Sebagian orang tentu sudah tidak asing lagi saat mendengar kata ‘hepatitis B’. Namun, apakah Kamu sudah benar-benar mengetahui penyakit apa hepatitis B itu? Kira-kira berbahayakah dan apa saja sih obat hepatitis B? Yuk, lebih mengenal penyebab dan obat hepatitis B, Gengs!

 

Apa Itu Infeksi Hepatitis B?

Hepatitis B adalah infeksi atau peradangan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Infeksi hepatitis B kronis bisa menyebabkan kerusakan hati permanen, berupa jaringan parut pada organ, yang kemudian menyebabkan gagal hati, bahkan hingga kanker. Inilah pentingnya mengobati hepatitis B sedini mungkin dengan melakukan deteksi infeksi hepatitis B.  

 

Hepatitis B menular lewat darah dan cairan tubuh, misalnya saat seseorang menyentuh darah ataupun luka terbuka orang lain yang memiliki virus hepatitis B. Tidak perlu khawatir karena tidak semua infeksi hepatitis B akan menjadi kronis. Sebagian besar bahkan dapat sembuh dengan sendirinya dan bisa pulih sepenuhnya.

 

Salah satu pencegahan penularan hepatitis B adalah dengan vaksin yang diberikan begitu bayi lahir. Hal ini karena hepatitis B dapat ditularkan dari ibu ke bayinya melalui proses persalinan normal. 

 

Ketika seseorang terinfeksi hepatitis B, dapat terjadi infeksi akut atau kronis. Infeksi hepatitis B akut adalah infeksi yang terjadi mendadak dan singkat, biasanya berlangsung kurang dari 6 bulan.

 

Sedangkan, hepatitis B kronis biasanya bersifat menahun, lebih dari 6 bulan bahkan hingga seumur hidup. Infeksi hepatitis B kronis inilah yang berbahaya karena dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker hati.  

 

Baca juga: Setelah Hepatitis A Sampai E, Sekarang Muncul Hepatitis G

 

Apa Saja Gejala Hepatitis B?

Kadang penderita infeksi hepatitis B kronis tidak menunjukkan gejala. Berbeda dengan yang akut. Gejala hepatitis B kronis biasanya muncul jika infeksi sudah meluas di hati dan mengganggu fungsi hati. Hati adalah organ tubuh terbesar di rongga perut, sehingga dibutuhkan waktu lama sampai virus hepatitis B merusak sepenuhnya.

 

Gejala infeksi hepatitis B akut maupun kronis bisa ringan hingga berat. Gejala ini biasanya muncul sekitar 1 sampai 6 bulan setelah terinfeksi. Meski begitu, gejala juga bisa terlihat paling cepat 2 minggu setelah terinfeksi. Adapun gejala hepatitis B meliputi:

  • Nyeri di area perut
  • Urin berwarna gelap
  • Demam
  • Nyeri sendi
  • Kehilangan selera makan
  • Mual dan muntah
  • Lemas dan lelah
  • Kulit dan bagian putih pada mata mulai menguning (jaundice)

 

Jika Kamu baru saja menyentuh darah, luka terbuka, air mani (semen), atau cairan tubuh dari orang dengan hepatitis, segeralah ke dokter. Yang perlu diketahui, hepatitis B tidak disebarkan melalui bersin ataupun batuk. 

 

Baca juga: Hepatitis A Adalah Infeksi Hati Menular, Waspada Selalu Ya!



Faktor Risiko Hepatitis B

Langkah pencegahan bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terinfeksi apabila Kamu segera ke dokter dalam 24 jam. Lalu, apakah Kamu berisiko? Nah, Kamu perlu tahu faktor risiko apa saja untuk infeksi hepatitis B. 

  • Melakukan hubungan seksual tidak aman. Perilaku berhubungan seksual tidak aman, misalnya berganti-ganti pasangan tanpa kondom, atau hubungan sesama jenis adalah faktor risiko hepatitis B. Namun berhubungan seks tanpa pengaman dengan pasangan sah pun belum tentu terbebas dari risiko tertular, jika pasangan ternyata pengidap hepatitis B. Itulah pentingnya melakukan tes hepatitis B. Virus hepatitis B menular melalui darah, air liur, air mani, atau bahkan cairan di vagina. 

 

  • Menggunakan jarum suntik bergantian. HBV bisa menyebar melalui jarum suntik yang terkontaminasi oleh darah seseorang yang sudah terinfeksi. Misalnya pada pengguna narkoba suntik. Menggunakan jarum suntik bekas orang lain yang terinfeksi akan meningkatkan risiko Kamu terkena penyakit ini. 

 

  • Tertusuk jarum tidak sengaja. Tenaga medis sering kali berurusan dengan jarum yang mengandung virus, dan kemudian menyebar melalui darah. Oleh karena itu, tenaga medis sebaiknya menggunakan sarung tangan steril untuk menghindari kontak dengan darah pasien yang telah terinfeksi. 

 

  • Ibu ke anak. Ibu hamil yang terinfeksi HBV bisa menulari virus ke bayinya saat melahirkan melalui vagina. Namun, bayi baru lahir bisa divaksin untuk mencegah infeksi ini. Oleh karena itu, jika Kamu sudah terinfeksi HBV, konsultasikan hal ini pada dokter. 

 

Selain itu, risiko infeksi hepatitis ini bisa meningkat saat Kamu adalah pria yang melakukan hubungan seks dengan pria lainnya, tinggal bersama seseorang yang terinfeksi HBV kronis, atau berpergian ke daerah dengan tingkat infeksi HBV yang tinggi.

 

Baca juga: Ini Hubungan antara Hepatitis C dengan Diabetes!

 

Bagaimana Cara Mendiagnosis Hepatitis B?

Setelah Kamu merasakan gejala, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap dengan melakukan tes darah untuk melihat kondisi liver atau hati. Kalau hepatitis B sudah menjadi kronis, dokter mungkin akan mengambil sampel jaringan liver atau hati dengan biopsi untuk mengetahui seberapa parah kondisimu.

 

Baca juga: Tips dan Aturan Makan untuk Penderita Hepatitis

 

Mencegah Hepatitis B

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Nah, sebelum Kamu mengetahui obat hepatitis B, yuk coba lakukan langkah-langkah berikut untuk mencegah dan mengurangi risiko terinfeksi HBV!

  • Jangan melakukan hubungan seks tanpa kondom kecuali Kamu benar-benar yakin bahwa pasangan tidak terinfeksi HBV atau infeksi menular seksual lainnya. Perlu diketahui, kondom berperan untuk mengurangi risiko tertular HBV, bukan menghilangkan risiko. 

 

  • Jangan menggunakan jarum suntik bekas orang lain, apalagi jika jarum suntik itu digunakan untuk obat-obatan terlarang.

 

  • Berhati-hatilah dengan tindik badan atau tato. Jika Kamu ingin melakukan tindik atau tato pada tubuh, cari tempat tepercaya dan menggunakan peralatan steril atau bukan bekas orang lain. Kalau perlu, tanyakan bagaimana mereka membersihkan peralatan yang digunakan untuk tindik ataupun tato. 

 

  • Vaksin hepatitis B sebelum bepergian. Kalau Kamu bepergian ke tempat di mana kasus hepatitis B tinggi, pastikan untuk melakukan vaksin terlebih dahulu untuk mengurangi risiko. 

 

Baca juga: Benarkah Penyakit Hepatitis Memengaruhi Kesuburan Pria?



Obat Hepatitis B

Setelah mengetahui gejala, penyebab, dan langkah pencegahan, saatnya Kamu mengetahui penanganan dan obat hepatitis B yang mungkin diberikan oleh dokter. Obat hepatitis B yang mungkin diresepkan oleh dokter adalah antivirus. Jenisnya ada banyak, misalnya entecavir, tenofovir, lamivudin dan sebagainya. Sebelum ada antivirus golongan baru yang lebih aman, dulu pasien hepatitis B diterapi dengan interferon yang efek sampingnya sangat berat.

 

Menurut Kementrian Kesehatan RI, pengobatan hepatitis B akut tidak diperlukan antiviral, namun pengobatan umumnya bersifat simtomatis (untuk mengatasi gejala). Sedangkan, obat hepatitis B kronis saat ini yang tersedia di Indonesia ialah Interferon alfa-2a, Peginterferon alfa-2a, Lamivudin, Adefovir, Entecavir, Telbivudin, dan Tenofovir.

 

Baca juga: Penderita Hepatitis Kronis Rentan Terkena Hipertensi, Kenapa Ya?



Adapun tujuan pengobatan tersebut untuk memperpanjang harapan hidup, menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau kanker hati. Selain itu, obat hepatitis B tidak murah Gengs. Pemberiannya pun bisa dalam jangka waktu lama sampai jumlah virus bisa ditekan di dalam tubuh. Karena itu,  jangan sampai Kamu tertular dengan mengenali faktor risiko dan melakukan deteksi dini.

 

Obat hepatitis B memang membantu tetapi seperti antivirus lainnya, ada kemungkinan terjadi resistensi. Obat menjadi tidak efektif lagi karena virus hepatitis B bermutasi. Ini tentu merepotkan karena artinya dibutuhkan obat hepatitis B yang lebih baru.

 

Ingatlah bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.  Oh iya, kalau Kamu punya masalah seputar kesehatan atau hal lain yang ingin ditanyakan pada dokter atau ahli, jangan ragu untuk memanfaatkan fitur online consultation ‘Tanya Dokter’ yang ada di aplikasi GueSehat khusus Android. Cobain yuk fiturnya sekarang! 

 

Baca juga: Wabah Hepatitis A di Pacitan, Pentingnya Perilaku Hidup Bersih!






Sumber: 

Mayo Clinic. 2019. Hepatitis B.

WebMD. 2018. Hepatitis B.

Kementrian Kesehatan. InfoDATIN Situasi dan Analisis Hepatitis.