Beberapa kasus orang dengan hepatitis memang tidak menimbulkan gejala spesifik. Biasanya mereka hanya mengalami perubahan pada tubuh, yang kita sebut sebagai gejala hepatitis. Adapun perubahan tersebut adalah kulit dan mata menguning, sakit perut dan timbul perasaan mual, kelelahan, hingga demam. Sedangkan cara untuk mengetahui apakah seseorang menderita hepatitis A atau C, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

 

Menariknya, hepatitis merupakan sejenis virus yang akan terus berkembang mengikuti perubahan, bahkan seakan terus menyesuaikan pengobatan. Jadi, bukan tidak mungkin ke depannya pengobatan hepatitis yang sekarang digunakan tidak lagi ampuh untuk melawan virus.

 

Baru-baru ini, uptodate.com akhirnya mengklarifikasi jika penelitian yang melibatkan dua responden terkait hepatitis, dinyatakan sebagai virus hepatitis G (HGV) dan virus GB tipe C (GBV-C). Setelah sebelumnya pada 2012, melalui medscape.com, diketahui adanya dugaan virus hepatitis baru.

 

Mengenal Hepatitis C dan B - guesehat.com

 

Asal Mula dan Perkembangan Virus Hepatitis G

Lebih lanjut mengenai penemuan virus yang diduga sebagai hepatitis G disampaikan oleh medscape.com. Awalnya, para peneliti melihat adanya perkembangan virus ini, khususnya yang termasuk dalam virus hepatotropik dan dikategorikan menjadi virus Hepatitis non-A dan non-B. Dugaan sementara, mungkin virus ini hanya terjadi akibat pengaruh obat atau gaya hidup pasien. Jadi, mereka hanya dikelompokkan sebagai non-A atau non-B.

 

Namun seiring dilakukannya perawatan, ternyata tidak hanya satu orang yang mengalami gejala serupa. Cukup banyak kasus yang ditemukan. Bahkan, dugaan virus lainnya sempat muncul, yakni ketika ditemukan virus yang berasal dari tinja pasien hepatitis klinis, dan kemudian disebut sebagai virus hepatitis F.

 

Untungnya, para peneliti segera melakukan riset hingga mengonfirmasi jika virus ini bukanlah hepatitis F. Lain halnya dengan kelompok virus hepatitis non-A atau non-B yang masih terus dipelajari, kelompok virus ini justru berkembang hingga muncullah sebuah nama yaitu virus hepatitis G.

 

Sebenarnya, dugaan perkembangan virus hepatotropik ini telah muncul sejak 1966. Saat itu, seorang ahli bedah dengan inisial GB mengalami sakit akut akibat hepatitis. Sebagai langkah pemeriksaan, darah GB diambil kemudian diinjeksi pada hewan uji seperti marmut. Hasilnya, hewan tersebut mengalami hepatitis akut yang kemudian disebut sebagai GB Virus (GBV). Namun, pada penelitian selanjutnya teridentifikasi dua virus lainnya yang bernama GBV-A dan GBV-B.

 

Tak berhenti sampai di situ, pada penelitian selanjutnya, virus GBV-A ditemukan memiliki persamaan struktur dengan GBV-C atau yang juga terkait dengan virus hepatitis C (HVC). Kemudian, virus GBV-C ini dibandingkan dengan virus yang diduga hepatitis G.

 

Hasilnya, keduanya ternyata memiliki struktur yang mirip. Namun virus GBV-C tidak dapat menginfeksi simpanse, hanya marmut saja. Akibatnya, istilah hepatitis G diragukan dan diganti dengan GBV-C yang juga merupakan bagian dari GBV.

Baca juga: Benarkah Penyakit Hepatitis Memengaruhi Kesuburan Pria?

 

Fakta Virus Hepatitis G

Dilansir dari health.state.mn.us, terdapat sekitar 1,5% anak-anak hingga orang dewasa yang terinfeksi virus hepatitis G akibat donor darah di Amerika Serikat. Selain itu, data lain yang dihimpun dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menunjukkan jika dampak secara keseluruhan infeksi virus ini sudah terjadi pada sekitar 10-20% orang dewasa yang terjangkit.

 

Secara tidak langsung, data ini pun menunjukkan jika infeksi virus hepatitis adalah kejadian yang umum. Lalu, bagaimana dengan ciri-cirinya? Apakah gejala hepatitis G dapat dibedakan secara spesifik atau sama saja dengan jenis lainnya?

 

Rupanya virus yang kebanyakan menginfeksi hati ini, memang tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Baik untuk virus hepatitis A hingga hepatitis G yang baru saja ditemukan. Namun sebagai pencegahan, Geng Sehat tetap dapat mengupayakannya dengan cara menjauhi penyebab atau yang diduga sebagai kelompok paling berisiko pada virus hepatitis G. Adapun kelompok risiko tersebut adalah:

  • Pendonor dan penerima transplantasi organ.

  • Pengguna narkoba jenis suntik.

  • Pasien hemodialisis atau orang yang melakukan pembersihan darah dari zat-zat sampah, khususnya melalui proses penyaringan di luar tubuh.

  • Pria yang melakukan hubungan seksual dengan sejenisnya.

 

Nah, jika sudah diketahui fakta-faktanya, paling tidak kita dapat melakukan upaya pencegahan agar terhindar dari infeksi virus hepatitis G ini. Meskipun gejalanya tidak pernah tampak, Kamu tetap dapat mengetahui karakter dari virus ini melalui kelompok-kelompok yang berisiko tinggi pada infeksi virus tersebut. Yuk, lebih peduli pada kesehatan! (BD/AS)