Setiap tanggal 28 Juli dunia memeringati hari Hepatitis. Saat ini hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan global. Setiap tahun 1,5 juta orang meninggal karena hepatitis. Hepatitis adalah virus yang menyerang organ hati. Jenis virus hepatitis dinamai dari huruf yaitu hepatitis A, B, C, hingga G. Tetapi jenis hepatittis yang paling sering menyebabkan peradangan hati kronis adalah B dan C. Kamu harus waspada dengan infeksi hepatitis karena pada awal terinfeksi, tidak menunjukkan gejala. Tahu-tahu penderita hepatitis mengalami sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati, Artinya ia sudah positif terinfeksi hepatitis puluhan tahun. Inilah mengapa banyak pasien hepatitis yang tak tertolong.

 

Untuk mengenal lebih jauh tentang hepatitis dan meningkatkan kewaspadaan kita tentang penularan virus ini, inilah fakta-fakta tentang hepatitis yang perlu Kamu tahu, dilansir dari health.com :

 

1. Penularan virus hepatitis melalui pertukaran cairan tubuh

Untuk hepatitis B dan C, penularan tersering adalah melalui pertukaran cairan tubuh, terutama darah. Pamela Anderson terinfeksi virus hepatitis C karena menggunakan jarum tato yang sama dengan mantan suaminya, Tommy Lee. Sumber penularan lain adalah berganti-ganti jarum suntik pada pengguna narkoba, menggunakan pisau  cukur yang sama, dan berganti-ganti pasangan tanpa kondom. Tetapi untuk hepatitis A, penularan melalui makanan dan air yang terkontaminasi dengan virus.

Hepatitis B - guesehat.com

2. Infeksi Hepatitis B dan C Sering tidak Bergejala 

Organ hati adalah organ terbesar di tubuh kita Gengs. Ketiak hati terinfeksi virus hepatitis, ia masih dapat berfungsi sebagai zat penetral racun dan pabrik beberapa enzim untuk metabolisme dan pencernaan. Inilah sebabnya di awal terinfeksi, tidak ada gejala spesifik. Kalaupun menunjukkan gejala, mirip seperti flu termasuk demam, nyeri, dan lemas, sehingga kerap diabaikan.

 

 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, 3 dari 4 orang dewasa yang terinfeksi hepatitis tidak pernah mengetahui jika dirinya sedang terinfeksi. Satu-satunya cara kita tahu apakah terinfeksi hepatitis adalah dengan tes di dokter. Apakah hasilnya positif, negatif, dan dapat diketahui apakah virusnya masih aktif atau tidak. Infeksi hepatitis yang menjadi kronis ditandai dengan gejala kuning pada mata dan kulit, mual, kehilangan nafsu makan hingga terjadi penurunan berat badan yang drastis.

Baca juga: Benarkah Penyakit Hepatitis Memengaruhi Kesuburan Pria?
 

3. Infeksi Hepatitis A Ditularkan Melalui Air dan Makanan.

Hepatitis A dan E jarang menjadi kronis, kecuali pasien sebelumnya sudah menderita hepatitis. Namun penularannya  pun lebih mudah yaitu melalui air dan makanan.  Air dan makanan yang terkontaminasi feses dari pasien hepatitis A, dapat mencemari dan menulari orang lain. Biasanya wabahh hepatitis A mudah ditemukan pada daerah yang memiliki sanitasi buruk. Untuk itu, para ahli medis pun menyarankan agar kita tetap menerapkan hidup bersih, seperti minum air murni, mencuci tangan setelah mandi, dan tidak mengonsumsi makanan mentah. 

 

4. Hepatitis Adalah Salah Satu Virus Penyebab Kanker

Jika tidak dilakukan pengobatan dengan benar, hepatitis B dan C kronis dapat menyebabkan kerusakan sel-sel dan jaringan hati yang akhirnya menjadi sel kanker. Pada 2010 CDC memberi laporan jika 78% penyebab kanker hati adalah infeksi hepatitis.

 

Penularan Hepatitis C - guesehat.com

 

5. Minum Alkohol Semakin Memperburuk Infeksi

Pasien hepatitis harus melakukan pengobatan sampai virus hilang sepenuhnya dari tubuh. Selain pengobatan, pasien perlu mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, seperti tidak lagi mengonsumsi minuman beralkohol. Pasalnya, alkohol dapat membuat jaringan parut pada hati menjadi semakin buruk dan infeksi virus akan berkembang lebih cepat.

 

6. Ibu Hamil Berisiko Tertular 

Penting untuk diketahui khususnya para wanita yang ingin menikah dan hamil. Apakah sudah melakukan vaksin hepatitis B sebelumnya? Jika belum, sebaiknya segera dilakukan. Pasalnya, penyebaran virus hepatitis B dapat diminimalisir bahkan digagalkan dengan vaksin ini. Namun, jika Mums sedang hamil dan mengalami hepatitis B, sebaiknya ikuti semua saran dokter terlebih untuk memberikan vaksin pada bayi segera setelah dilahirkan.

Baca juga: Waspada Rasa Sakit pada Hati: Gejala, Jenis, dan Diagnosisnya
 

7. Seseorang Dapat Terinfeksi Dua Virus Hepatitis Sekaligus

Kondisi ini sering dialami pasien hepatitis B yang memiliki risiko untuk terinfeksi virus hepatitis lain. Para ahli medis menyebutkan kondisi tersebut sebagai delta hepatitis. Dampaknya, tentu memperburuk infeksi yang sudah didapatkan sebelumnya. Infeksi akan semakin sulit untuk diobati akibat virus tidak merespons pengobatan.

 

8. Pengobatan Hepatitis Semakin Berkembang.

Kabar bauiknya adalah, saat ini pengobatan infeksi hepatitis, terutama hepatitis C, semakin berkembang. Obat-obatan baru terus dikembangkan dengan efikasi mencapai 100%. Artinya, untuk infeksi hepatitis C, ada peluang sembuh total. Dulu, pengobatan hepatitis B dan C hanya mengandalkan interferon yang memiliki efek samping berat. Temuan obat untuk infeksi hepatitis C seperti sofosbuvir, yang bisa membasmi virus hingga 98% menjadi harapan baru. Setelah itu bermunculan obat dari kelas yang sama dengan efikasi yang hampir sama. Sayangnya, untuk hepatitis B, perkembangan pengobatan tidak sebaik hepatitis C.  

 

Gengs Sehat tidak perlu khawatir, karena tidak semua infeksi hepatitis akan menjadi kronis dan berakhir dengan kanker hati atau sirosis. Sebagian besar infeksi, akan sembuh dengan sendirinya. Namun pencegahan tetap dianjurkan. Di Indonesia bayi-bayi yang dilahirkan setelah tahun 90-an, sudah terlindungi karena program nasional vaksin hepatitis B. Menurut WHO, vaksin sangat efektif mencegah infeksi hingga 95%.Bagi yang belum sebaiknya melakukan cek ke dokter apakah sudah pernah atau tengah terinfeksi hepatitis B, dan kemudian apakah diputuskan untuk mendapatkan vaksin, atau diterapi terlebih dahulu. Selalu terapkan gaya hidup sehat dengan menghindari semua faktor risiko penularan. (BD/AY)

Baca juga: Pada Usia Berapa Vaksin Hepatitis A Bisa Diberikan Pada Anak?