Infeksi saluran pernapasan di sejumlah negara di Asia saat ini mengalami lonjakan dan perlu diwaspadai. Tak hanya COVID-19 yang meningkat di Singapura, Bangkok dan Hongkong, tapi juga flu dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Kemenkes Republik Indonesia menyampaikan bahwa saat ini dunia sedang menghadapi tantangan tiga infeksi tersebut yang dikenal dengan tripledemic dimana Covid-19, Influenza, dan RSV bersirkulasi secara bersamaan.
Siapa yang rentan tertular? Individu dengan usia di atas 60 tahun ke atas atau memiliki kondisi medis yang rentan dapat mengalami gejala yang berat.
Mengenal RSV dan Gejalanya
Di antara 3 infeksi virus tripledemic tadi, RSV memiliki tingkat keparahan klinis yang lebih tinggi dibandingkan dengan Covid-19 dan influenza. Persentase tindakan rawat inap yang lebih tinggi ditemukan pada pasien RSV dibandingkan dengan Covid-19 maupun influenza, yang meliputi kebutuhan akan terapi oksigen, ventilasi non-invasif, ventilasi mekanik, dan perawatan intensive care unit (ICU). Selain itu infeksi RSV secara umum memiliki tingkat penularan lebih tinggi dari Covid-19.
RSV adalah virus saluran pernapasan yang umum dan biasanya menyebabkan gejala mirip influenza yang ringan, tetapi dapat juga menginfeksi paru-paru. Gejala umum RSV di antaranya pilek, batuk, demam, sakit tenggorokan, bersin, sakit kepala, mengi, dan kesulitan bernapas, sehingga tidak mudah dibedakan dari virus pernapasan lainnya seperti influenza atau Covid-19.
Namun, di beberapa kasus seperti pada lansia atau pada orang dengan sistem imun yang rendah, infeksi RSV dapat menyebabkan infeksi sedang hingga berat, seperti pneumonia atau bronkiolitis (radang di saluran udara kecil di paru-paru).
RSV seringkali dianggap sebagai penyakit anak-anak, namun RSV telah dikaitkan dengan beban penyakit yang tinggi pada orang lansia. Angka kematian akibat RSV pada pasien rawat inap dewasa berdasarkan suatu studi di Thailand adalah 15,9%.
Virus RSV dapat menyebar saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin di dekat kita, atau melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi RSV (misalnya mencium balita yang terinfeksi), termasuk juga dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan virus.
Satu orang yang terinfeksi umumnya bisa menularkan virus sampai ke 3 orang. Sehingga infeksi RSV ini lebih rentan terjadi pada saat perkumpulan masa seperti momen haji dan umrah dan risiko tersebut bisa pula meningkat pada saat perjalanan di saat musim libur atau pada saat berkumpul bersama keluarga besar dimana populasi lansia ikut hadir.
Cara Agar Terlindungi dari RSV
Saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk RSV. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencegah penyebaran RSV dengan menerapkan kebersihan yang baik, seperti menutup mulut saat batuk atau bersin, mencuci tangan secara teratur, dan membersihkan permukaan yang sering disentuh. Selain itu, cara pencegahan lainnya termasuk menggunakan masker, dan menerapkan physical distancing.
Mengingat gejala infeksi RSV yang sulit dibedakan dari infeksi saluran pernapasan lainnya, diagnosis untuk RSV yang sering kali tidak dipertimbangkan, dan belum adanya pengobatan spesifik yang tersedia, maka mencegah infeksi RSV dengan vaksinasi menjadi cara untuk melindungi individu yang berisiko dari infeksi RSV. Vaksinasi RSV disarankan untuk lansia dan individu yang berisiko tinggi.
Reswita Dery Gisriani, selaku Communication, Government Affairs & Market Access Director, GSK Indonesia, mengatakan, "Berdasarkan penelitian dengan pendekatan proyeksi matematika, jumlah infeksi akibat RSV di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai 7,2 juta kasus dalam tiga tahun. Di Indonesia sendiri, jumlah kasus diprediksi mencapai 6,1 juta dalam periode yang sama26. Data ini menjadi pengingat penting bagi kita semua akan urgensi peningkatan edukasi untuk mencegah penyebaran infeksi RSV terutama di Indonesia.”
Karena itu, ia menambahkan, akses vaksin inovatif perlu diperluas untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat yang terus berkembang untuk membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.(AY)