Secara umum, penyakit hepatitis dan hipertensi memiliki keluhan serta gejala yang jauh berbeda. Namun pada kondisi tertentu, penderita hepatitis kronis rupanya juga bisa mengalami tekanan darah tinggi. Kenapa hal ini bisa terjadi? Simak penjelasan selengkapnya.

Baca juga: Tips dan Aturan Makan untuk Penderita Hepatitis

 

 

Memahami Hepatitis dan Hipertensi

Untuk memahami kaitan antara hepatitis dan hipertensi, ada baiknya Kamu mengetahui terlebih dahulu detail tentang dua penyakit ini.

 

Hipertensi

Seseorang dikatakan mengalami hipertensi ketika tekanan darah sistoliknya naik hingga lebih dari 140 mmHg, dan tekanan darah diastoliknya mencapai 90 mmHg ke atas. Ada dua dua jenis hipertensi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah kondisi meningkatnya tekanan darah yang belum diketahui penyebabnya, sementara hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang dipicu oleh penyakit kronis.

 

Hepatitis

Infeksi peradangan hati ini, umumnya disebabkan oleh virus yang menyebar akibat paparan darah serta cairan tubuh, seperti air mani dan cairan vagina. Kebersihan dan sanitasi yang buruk, serta infeksi HIV juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya hepatitis virus. 

 

Selain dari virus, hepatitis juga bisa disebabkan oleh obat-obatan yang merusak hati, alkohol, dan autoimun. Hingga kini, diketahui ada 5 kategori hepatitis, yaitu hepatitis A hingga G. Hepatitis yang telah diderita selama 6 bulan lebih dan tidak diobati, lambat laun akan bertambah parah. Bila hal ini tetap dibiarkan, hepatitis bisa berkembang menjadi fibrosis atau sirosis hati. Inilah cikal bakal situasi yang menghubungkan antara penyakit hepatitis dan hipertensi.

Baca juga: Terapi Tepat Untuk Hipertensi

 

Bagaimana Bisa Berhubungan?

Seperti disebutkan sebelumnya, hepatitis yang kronis dapat berujung pada sirosis (fibrosis hati). Sirosis dipicu oleh mengerasnya jaringan hati. Akibatnya, hati tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Jika sirosis sudah terlanjur parah, maka hati akan benar-benar tidak berfungsi dan dapat mencetuskan hipertensi portal.

 

Hipertensi portal ditandai oleh ketidakmampuan darah untuk mengalir dengan baik di area hati, serta adanya tekanan berlebihan pada pembuluh vena portal yang menuju ke organ hati. Biasanya, hipertensi portal dialami oleh penderita hepatitis B dan C akut.

 

Penderita sirosis hati yang juga didiagnosis hipertensi portal akan rentan mengalami muntah darah, feses hitam, atau kaki bengkak. Tahap akut hepatitis dan hipertensi dapat dengan mudah ditangani dan hilang melalui penggunaan obat-obatan. Apabila penggunaan obat-obatan diabaikan, tahapan kronis dari penyakit ini bisa bermanifestasi. Pada gilirannya, akan menyebabkan kerusakan proses normal tubuh Kamu. Ini dapat memengaruhi beberapa organ utama di dalam tubuh, dan menghasilkan masalah kesehatan terkait lainnya.

 

Apa Solusinya?

Jika Kamu didiagnosis hepatitis dan hipertensi secara bersamaan, Kamu harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan, untuk menghindari komplikasi yang lebih buruk. Tinggalkanlah gaya hidup yang berisiko semakin menurunkan fungsi hati. Beralihlah pada gaya hidup yang lebih sehat. Jagalah pola makan dengan mengonsumsi asupan serat, sumber protein, vitamin, dan mineral. Tingkatkanlah frekuensi olahraga agar tekan darahmu tetap terkontrol.

 

Dengan menjalani pengobatan secara teratur dan bijak dalam menerapkan gaya hidup sehat, penderita hepatitis dapat terhindar dari segala komplikasi, termasuk sirosis hati. Jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter, khususnya saat Kamu sedang mengalami hipertensi. (TA/AS)

Baca juga: Benarkah Penyakit Hepatitis Memengaruhi Kesuburan Pria?