Hari Jantung Sedunia ydiperingati setiap tanggal 29 September. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sedikitnya 15 dari 1000 orang atau sekitar 2.784.064 orang di Indonesia menderita penyakit jantung, sehingga penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Faktanya, satu dari 10 orang Indonesia meninggal karena penyakit ini.

 

Saat ini penyakit jantung mulai meningkat di usia muda, di bawah 50 tahun. Kira-kira apa penyebabnya, dan bagaimana mencegah dan mengelola penyakit jantung di usia muda?

 

Baca juga: Kematian Mendadak Akibat Penyakit Jantung Juga Bisa Menyerang Anak Muda
 

Penyakit Jantung di Usia Muda

Karena penyakit jantung tergolong penyakit tidak menular (PTM) yang dianggap tidak dapat disembuhkan setelah didiagnosis, penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa perkembangan PTM di Indonesia semakin mengkhawatirkan.

 

Dahulu penyakit ini banyak menyerang kelompok usia lanjut, namun kini mulai mengancam kelompok usia yang lebih muda. Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi penyakit jantung koroner dan gagal jantung pada kelompok usia produktif (15—64 tahun) adalah 3,33%. Sementara itu, Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit jantung pada kelompok usia yang sama mencapai 9,1%.

 

Dari perspektif kesehatan penduduk, tingginya angka penderita penyakit jantung juga meningkatkan biaya kesehatan negara secara keseluruhan. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menunjukkan adanya peningkatan biaya kesehatan untuk penyakit jantung dari tahun ke tahun.

 

Pada tahun 2014, penyakit jantung membebani BPJS Kesehatan sebesar Rp 4,4 triliun, yang kemudian meningkat menjadi 7,4 triliun pada tahun 2016, dan selanjutnya terus meningkat pada tahun 2018, sebesar Rp 9,3 triliun. Apabila kondisi ini terus berlanjut, akan berdampak besar terhadap sumber daya manusia (SDM) dan perekonomian Indonesia di masa depan. Tren yang mengkhawatirkan ini diprediksi akan meningkat, terutama di tengah COVID-19.

 

Baca juga: Penderita Diabetes Perlu Tahu Cara Mengatasi Serangan Jantung
 

Penyebab Penyakit Jantung di Usia Muda

Mengapa orang muda bisa terkena penyakit jantung? Alasan utamanya adalah karena gaya hidup yang tidak sehat. Mulai dari makan makanan yang tidak sehat, minum alkohol, merokok, kurang aktivitas fisik hingga depresi. Penyakit jantung juga bisa dipicu oleh kondisi medis seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

 

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018, menunjukkan bahwa 95,5% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah; 33,5% masyarakat kurang aktivitas fisik; 29,3% penduduk usia produktif merokok setiap hari; 31% mengalami obesitas sentral dan 21,8% mengalami obesitas pada orang dewasa.

 

Jika sudah memiliki penyakit jantung di usia muda, apa yang harus kita lakukan? Orang dengan penyakit jantung sangat berisiko mengalami serangan jantung yang dapat berakibat fatal atau kematian mendadak. Maka cara yang bisa dilakukan adalah mencegah agar tidak sampai mengalami serangan jantung. 

 

Langkah yang busa dilakukan adalah mengelola faktor risiko yang dimiliki:

  • menerapkan pola makan sehat dengan menghindari makanan tinggi garam, gula, dan lemak tidak sehat
  • berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
  • menjaga berat badan tetap ideal
  • beristirahat dan tidur cukup
  • rutin beraktivitas fisik
  • mengelola stres
  • selalu berkonsultasi dengan dokter, dan minum obat yang diresepkan dengan teratur 

 

 

Dari langkah-langkah pencegahan tersebut, jelas sekali dinyatakan bahwa seseorang dengan penyakit jantung atau yang berisiko jangan menunggu sampai jatuh sakit baru berkonsultasi dengan dokter. Terhubung dengan dokter tidak selalu harus ke rumah sakit, namun bisa memanfaatkan layanan konsultasi daring atau telemedicine.

 

Baca juga: Atlet Kolaps di Lapangan, Kenali Yuk Gejala Penyakit Jantung pada Pria

 

Kesadaran untuk berkonsultasi dengan dokter, saat ini mulai meningkat. Dijelaskan Danu Wicaksana, Managing Director Good Doctor Technology Indonesia, ada peningkatan 10 kali lipat orang berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi kesehatan, sebelum mereka sakit. 

 

Menurut Danu, Data internal tim B2B Good Doctor Technology Indonesia menunjukkan, sebelumnya, orang menggunakan layanan konsultasi hanya ketika mereka sakit atau mengalami gejala yang mengkhawatirkan. "Namun, tren ini tampaknya berubah dengan peningkatan sekitar 10 kali lipat dalam jenis obrolan pencegahan penyakit dalam 3 bulan terakhir tahun 2021,” jelasnya.

 

Melihat perkembangan tersebut, GDTI pun berupaya meningkatkan relevansi layanan kesehatan digital di kalangan masyarakat Indonesia. Salah satunya dengan dengan meluncurkan “Super Warrior Program”. Program kesehatan ini dirancang khusus untuk memenuhi prioritas kesehatan para karyawan. 

 

Dalam program yang bekerja dengan salah satu asuransi kesehatan ini, dilakukan edukasi berbagai topik kesehatan melalui webinar, penerapan pola hidup sehat, pengobatan hingga pengantaran obat ke rumah.

 

Program ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan masing-masing perusahaan. Dengan program ini, karyawan didorong untuk meningkatkan kesehatan dan menghindari perilaku tidak sehat. Melalui lebih banyak lagi kolaborasi kemitraan korporasi tersebut, GDTI melanjutkan komitmennya untuk memainkan perannya dalam memperkuat kesehatan masyarakat Indonesia dan mendorong masyarakat Indonesia untuk mengambil langkah proaktif dalam pengelolaan kesehatan mereka secara keseluruhan.

 

Baca juga: Awas, Risiko Penyakit Jantung Sudah Dimulai di Masa Prediabetes!