Hipertensi adalah kondisi tekanan darah tinggi. Penyakit ini merupakan penyakit kronis yang bisa menyebabkan sejumlah komplikasi kesehatan serius, serta meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan bahkan kematian.

 

Tekanan darah adalah kekuatan arus darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini dipengaruhi oleh daya tahan pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja. 

 

Hipertensi merupakan faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular, seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan aneurisma. Jadi menjaga agar tekanan darah selalu terkontrol merupakan hal yang penting bagi kesehatan, serta menurunkan banyak risiko masalah kesehatan.

 

Berikut penjelasan lengkap tentang hipertensi, beserta penyebab, faktor risiko, dan gejalanya!

 

Baca juga: Kenali Efek Hipertensi pada Tubuh yang Berbahaya!
 

Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi seringkali tidak diketahui. Namun, pada banyak kasus, hipertensi disebabkan oleh kondisi tertentu. Tekanan darah tinggi yang bukan disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain disebut hipertensi primer. Namun jika tekanan darah tinggi disebabkan oleh kondisi atau penyakit tertentu, maka disebut hipertensi sekunder. 

 

Hipertensi primer bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk:

  • Volume plasma darah
  • Aktivitas hormon pada orang yang harus mengontrol volume dan tekanan darah menggunakan obat
  • Faktor lingkungan, seperti stres dan kurangnya aktivitas atau olahraga

Sementara itu, hipertensi sekunder memiliki penyebab yang spesifik dan biasanya merupakan komplikasi dari masalah kesehatan lainnya.

 

Penyakit ginjal kronik merupakan penyebab umum dari tekanan darah tinggi, karena penyakit tersebut menyebabkan penurunan fungsi ginjal dalam menyaring cairan. Kelebihan cairan inilah yang menyebabkan hipertensi.

 

Kondisi lain yang bisa menyebabkan hipertensi seperti:

  • Diabetes 
  • Penyakit ginjal
  • Feokromositoma (kanker pada kelenjar adrenal)
  • Sindrom cushing yang bisa disebabkan oleh obat golongan kortikosteroid
  • Hiperlapsia kongenital adrenal (penyakit pada kelenjar adrenal)
  • Hipertiroid (kelenjar tiroid terlalu aktif)
  • Hiperparatiroid (penyakit yang menyebabkan gangguan pada kadar kalsium dan fosfor)
  • Kehamilan
  • Sleep apnea
  • Obesitas

 

Faktor Risiko Hipertensi

Ada banyak faktor yang bisa meningkakan risiko hipertensi, yaitu:

Usia: hipertensi lebih umum pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Tekanan darah bisa meningkat secara perlahan seiring dengan bertambahnya usia karena arteri semakin mengeras dan menyempit akibat penumpukan plak.

Etnis: beberapa kelompok etnis lebih rentan terkana hipertensi ketimbang etnis lainnya. Contohnya, orang Afrika Amerika memiliki risiko yang lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan dengan etnis lainnya. 

Berat badan: berat badan juga memengaruhi risiko Kamu terkena hipertensi. Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko utama dari hipertensi. 

Konsumsi alkohol berlebihan dan merokok: mengonsumsi alkohol terlalu berlebihan ataupun merokok secara rutin bisa meningkatkan risiko tekanan darah. 

Seks: menurut sebuah review pada 2018, pria memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan dengan wanita Namun, begitu wanita mencapai masa menopause, risikonya sama.

Memiliki penyakit lain: penyakit jantung, diabetes, penyakit ginjal kronik, dan kolesterol tinggi bisa menyebabkan hipertensi, khususnya seiring dengan bertambahnya usia.

Faktor risiko lain termasuk:

  • Gaya hidup kurang aktif
  • Sering mengonsumsi garam dan makanan berlemak
  • Asupan potasium rendah
  • Stres
  • Memiliki keluarga dengan riwayat tekanan darah tinggi

 

Gejala Hipertensi

Orang yang memiliki hipertensi biasanya tidak merasakan gejala apapun. Inilah kenapa hipertensi sering disebut sebagai 'the silent killer'. Jika tidak segera terdeteksi, hipertensi bisa merusak jantung, pembuluh darah, dan organ lain, seperti ginjal.

 

Jadi, penting untuk mengecek tekanan darah secara rutin. Pada kasus langka, hipertensi bisa menyebabkan gejala-gejala seperti berkeringat, kecemasan, masalah tidur, dan pipi merah. Namun, kebanyakan orang yang memiliki hipertensi sama sekali tidak merasakan gejalan apapun.

 

Kalau tekanan darahnya sangat tinggi, seseorang bisa mengalamii gejala seperti sakit kepala dan mimisan.

 

Komplikasi Hipertensi

Salah satu komplikasi jangka panjang dari hipertensi yang paling umum adalah aterosklerosis, yaitu kondisi dimana plak terbentuk pada dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyempitan.

 

Penyempitan ini bisa memperparah hipertensi, karena jantung harus bekerja lebih keras untuk poses sirkulasi darah. Aterosklerosis akibat hipertensi bisa menyebabkan:

  • Gagal jantung dan serangan jantung
  • Aneurisma
  • Gagal ginjal
  • Stroke
  • Amputasi
  • Retinopati hipertensi

Mengecek tekanan darah secara rutin bisa membantu mencegah komplikasi-komplikasi tersebut. 

 

Baca juga: 7 Herbal yang Mungkin Memiliki Efek Menurunkan Darah Tinggi
 

Mendeteksi Hipertensi

Alat sfigmomanometer atau alat monitor tekanan darah bisa membantu Kamu untuk memantau tekanan darah. Kamu tidak harus selalu ke dokter untuk mengecek tekanan darah. Alat cek tekanan darah bisa dibeli, sehingga Kamu bisa mengecek tekanan darah di rumah.

 

Memiliki tekanan darah tinggi pada jangka waktu pendek merupakan respon normal terhadap banyak situasi dan kondisi, jadi tidak perlu khawatir. Contoh kondisi yang dimaksud seperti stres akut dan olahraga berat. Keduanya bisa menyebabkan tekanan darah tinggi selama beberapa saat.

 

Oleh sebab itu, diagnosis hipertensi tidak bisa dilakukan setelah satu kali cek tekanan darah saja. Perlu beberapa kali pengecekan kadar gula darah untuk melakukan diagnosis hipertensi. 

 

Menurut pedoman American Heart Association (AHA), hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah secara terus menerus melebihi 130/80 mmHg. 130 mmHg merupakan angka sistolik yang menunjukkan tekanan ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. 80 mmHg merupakan angka diastolik yang menunjukkan tekanan ketika jantung sedang beristirahat dan mengisi darah.

Berikut pedoman tekanan darah dari AHA:

Keterangan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Tekanan darah normal < 120 < 80
Tekanan darah tinggi 120-129 < 80
Stadium 1 hipertensi 130-139 80-89
Stadium 2 hipertensi 140 dan lebih 90 dan lebih
Hipertensi krisis > 180 > 120

 

5 Cara Mengelola Hipertensi

Perubahan gaya hidup merupakan pengobatan utama dari hipertensi. Berikut sejumlah rekomendasi pengobatan hipertensi:

 

1.Olahraga Secara Rutin

Menurut ahli, setiap orang, termasuk yang memiliki hipertensi, direkomendasikan untuk melakukan olahraga aerobik dengan intensitas sedang setidanknya selama 150 menit per minggu atau 75 menit per minggu olahraga dengan intensitas tinggi. Setiap orang sebaiknya olahraga setidaknya 5 hari dalam seminggu. Contoh olahraga yang bisa dilakukan meliputi jalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang. 

 

2.Mengurangi Stres

Menghindari stres dan tahu cara mengontrol stres merupakan salah satu hal terpenting dalam mengontrol tekanan darah. Mandi air hangat, yoga, atau sebatas berjalan santai merupakan sejumlah teknik meditasi yang bisa membantu meredakan stres. 

 

Hindari pula mengurangi stres dengan cara mengonsumsi alkohol, merokok, atau mengonsumsi makanan cepat saji. Ketiga hal tersebut bisa meningkatkan tekanan darah dan risiko komplikasinya. Merokok bisa meningkatkan tekanan darah. Jadi, berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling penting dalam mengobati hipertensi.

 

3. Mengonsumsi Obat

Mengonsumsi obat hipertensi juga penting dalam mengobati penyakit ini. Biasanya, di awal dokter akan memberikan obat dalam dosis rendah. Contoh obat-obat hipertensi diantaranya:

  • Diuretik, termasuk thiazida, chlorthalidone, dan indapamide
  • Beta-blocker dan alfa-blocker
  • Calcium-channel blocker
  • Centra agonist
  • Peripheral adrenergic inhibitor
  • Vasodilator
  • ACE inhibitor
  • Angiotensin receptor blocker

Pemilihan obat biasanya tergantung dari kondisi setiap individu.

 

4. Konsumsi Makanan Sehat

Hipertensi bisa dicegah dengan menjalani diet yang menyehatkan jantung, yaitu:

  • Mengurangi konsumsi garam
  • Mengurangi konsumsi alkohol
  • Banyak makan buah dan sayuran
  • Mengurangi konsumsi makanan berlemak

 

Orang yang memiliki hipertensi atau memiliki risiko terkena hipertensi harus sebisa mungkin menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak total. Sementara itu, makanan yang direkomendasikan meliputi:

  • Gandum utuh dan makanan lain yang kaya serat
  • Beragam buah dan sayuran
  • Kacang-kacangan (dikonsumsi secara alami)
  • Ikan yang kaya akan kandungan omega-3 (sebanyak dua kali seminggu)
  • Minyak zaitun
  • Ikan dan ayam tanpa kulitnya
  • Produk susu rendah lemak

 

Hindari konsumsi lemak trans, lemak hewani, minyak sayuran terhidrogenasi, dan makanan dalam porsi besar. Beberapa jenis lemak sehat, seperti lemak ikan dan minyak zaitun memiliki efek melindungi jantung. Namun, keduanya tetap masih tergolong lemak. Jadi, meskipun termasuk lemak sehat, orang yang memiliki hipertensi tetap perlu membatasi konsumsinya. 

 

5. Menjaga Berat Badan Normal

Kelebihan berat badan bisa menyebabkan hipertensi. Penurunan tekanan darah biasanya terjadi seiring dengan menurunnya berat badan, karena jantung tidak perlu bekerja terlalu keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. (UH)

 

Baca juga: Hipertensi dalam Kehamilan

 

 

Sumber:

MedicalNewsToday. Everything you need to know about hypertension. Juli 2019.
American Heart Association. The Facts About High Blood Pressure. November 2017.