Kamu pasti sudah familier dengan penyakit darah tinggi atau hipertensi. Memang tidak mengherankan, sebab berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2014 lalu, hampir sepertiga masyarakat di Indonesia menderita hipertensi.

 

Hipertensi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah sistolik maupun diastolik di atas batas normal, yaitu lebih dari 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk tekanan diastolik.

 

Faktor yang Memengaruhi Tekanan Darah

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah seseorang, antara lain:

  1. Tahanan pembuluh darah tepi (perifer) yang juga dipengaruhi oleh diameter pembuluh darah, viskositas atau kekentalan darah, dan panjang pembuluh darah.

  2. Elastisitas pembuluh darah, yaitu kemampuan pembuluh darah untuk melebar atau menyempit guna membantu mengatur dan menjaga tekanan darah agar tetap pada tekanan yang optimal.

  3. Volume darah atau volume cairan dalam tubuh. Semakin besar volume darah atau cairan di dalam pembuluh darah, maka tekanan darah akan meningkat. Ibaratnya seperti Kamu mengisi air ke dalam balon. Semakin banyak air diisi ke dalam balon, tekanan pada permukaan balon akan semakin besar.

Baca juga: Hipertensi, Si Pembunuh Diam-diam

 

Penanganan untuk Hipertensi

Sama seperti penyakit yang lain, penanganan hipertensi terdiri dari penanganan tanpa obat dan penanganan dengan obat. Penanganan hipertensi tanpa menggunakan obat dapat dilakukan dengan cara:

  1. Mengurangi konsumsi garam. Pada umumnya, banyaknya garam yang Kamu konsumsi bukan berasal dari garam yang ditambahkan dalam masakan sehari-hari. Namun tanpa disadari, Kamu akan mengonsumsi begitu banyak garam yang berasal dari makanan siap saji, seperti roti, fast food, minuman bersoda, dan lain-lain.

  2. Perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan. Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi paling tidak 5 porsi buah dan sayuran. Satu porsi buah dan sayuran biasanya berjumlah 80 gr atau sebesar kepalan tangan.

  3. Kurangi atau hentikan mengonsumsi alkohol dan rokok. Seperti yang kita ketahui bersama, alkohol dan rokok dapat meningkatkan risiko hipertensi dan komplikasinya.

  4. Menjaga berat berat badan yang ideal. Menurunkan berat badan dapat membantu menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit lain. Cara terbaik menurunkan berat badan adalah dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan meningkatkan aktivitas fisik.

  5. Lebih aktif. Sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga atau aktivitas fisik selama 30 menit, minimal 5 kali dalam seminggu.

 

Apabila penanganan tanpa obat tidak berhasil untuk menurunkan tekanan darah, Kamu dianjurkan untuk berkonsultasi lebih lanjut kepada dokter. Dokter biasanya akan memberikan obat untuk membantu menjaga tekanan darah tetap normal. Ada berbagai golongan obat-obatan yang bisa diresepkan oleh dokter untuk kasus hipertensi, antara lain:

  1. ACE-inhibitor, misalnya captopril, lisinopril (Noperten), ramipril (Hyperil), dan sebagainya.

  2. Calcium channel blocker, misalnya amlodipine (Tensivask) dan nicardipine (Nicardex, Nicafer).

  3. Angiotensin receptor blocker, misalnya candesartan (Canderin) dan valsartan.

  4. Diuretik, misalnya hidrochlortiazide (HCT) dan furosemide.

Baca juga: Valsartan VS Nifedipin Obat Untuk Hipertensi

 

Obat-obatan Golongan Diuretik

Diuretik adalah salah satu golongan obat antihipertensi yang “tertua”, yaitu ditemukan pada tahun 1937. Namun hingga sekarang, obat ini masih banyak digunakan dan direkomendasikan dalam penanganan hipertensi. Prinsip kerja diuretik dalam menjaga tekanan darah adalah dengan mengurangi jumlah cairan yang beredar di dalam tubuh dengan cara mengeluarkan cairan tersebut dalam bentuk urine.

 

Menurut Joint National Committee (JNC) di Amerika, obat-obat golongan diuretik ini terbukti efektif menurunkan tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi yang sensitif terhadap garam. Sayangnya, sampai sekarang obat-obatan ini masih kurang optimal untuk digunakan dalam terapi hipertensi.

 

Oleh karena itu, JNC masih merekomendasikan penggunaan obat-obat golongan diuretik dalam penanganan hipertensi, baik sebagai obat tunggal maupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi yang lain.

 

Yang Perlu Diperhatikan ketika Mengonsumsi Obat-obatan Golongan Diuretik

Obat-obatan ini termasuk dalam obat yang hanya dapat diperoleh berdasarkan resep dokter. Untuk itu, sebelum mengonsumsinya harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, apakah perlu atau tidak untuk mengonsumsi obat ini. Beberapa hal yang perlu diingat selama mengonsumsi obat ini antara lain:

  1. Kapan obat ini harus diminum? Minum obat ini sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis pertama sebaiknya diminum pada pagi hari dan dosis kedua sebaiknya dikonsumsi pada sore hari sebelum pukul 4 sore.
  2. Bagaimana kalau terlewat? Segera konsumsi obat saat Kamu mengingatnya. Namun jika sudah mendekati waktu minum dosis kedua, sebaiknya tidak mengonsumsi dosis yang terlupa. Minum saja dosis yang selanjutnya, sebab sangat tidak dianjurkan untuk meminum dua dosis secara bersamaan.
  3. Apakah boleh dibarengi dengan obat-obatan lain? Sebelum mengonsumsi obat lain, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter atau apoteker. Pasalnya, beberapa jenis obat dapat memengaruhi kinerja obat golongan diuretik.
  4. Apa saja efek samping yang mungkin muncul selama mengonsumsi obat diuretik? Ada beberapa efek samping yang pernah dilaporkan terjadi saat mengonsumsi obat golongan ini, antara lain mual, pusing, kemerahan pada kulit, dan kram otot. Apabila muncul efek samping tersebut, sangat dianjurkan untuk menghubungi dokter agar dapat ditangani secara tepat. Penggunaan obat golongan diuretik juga dapat menurunkan kadar kalium dalam darah, sehingga dokter biasanya akan menambahkan suplemen kalium dalam peresepan obat.

 

Jadi Sering Buang Air Kecil!

Volume darah pada umumnya berhubungan dengan asupan garam (NaCl). Konsumsi garam yang berlebih dapat meningkatkan volume cairan dalam tubuh, karena pada dasarnya garam natrium bersifat mengikat air.

 

Salah satu cara menjaga tekanan darah adalah dengan mengurangi konsumsi garam (NaCl) dan mengonsumsi obat-obatan golongan diuretik untuk membuang garam natrium bersama urine. Akibatnya, volume urine pun akan meningkat.

 

Itulah sebabnya orang yang mengonsumsi obat-obatan golongan diuretik akan lebih sering pipis. Makanya dianjurkan untuk minum dosis kedua sebelum pukul 4 sore, agar tidak bolak-balik ke kamar mandi di malam hari dan mengganggu istirahat Kamu.

 

Volume cairan yang menurun di dalam tubuh akan membuat tekanan darah jadi ikut menurun. Berkurangnya volume cairan dalam pembuluh darah akan meringankan kerja jantung dalam memompa darah, mengurangi risiko pembengkakan pada tungkai, dan beberapa manfaat klinis lainnya

 

Meski akan muncul efek samping seperti sering beser, namun obat-obatan golongan diuretik telah terbukti secara klinis dan direkomendasikan dalam penanganan hipertensi. Selama pengobatan, Kamu sangat tidak dianjurkan untuk menghentikan pengobatan sendiri. Keputusan penghentian pengobatan hanya dapat dilakukan oleh dokter yang menangani.

 

Laporkan bila ada efek obat dari hipertensi muncul selama proses pengobatan kepada dokter, sehingga dokter dapat mengambil keputusan yang paling tepat demi kesehatan pasien berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat. (By Team Medical GueSehat)

Baca juga: Terapi Tepat Untuk Hipertensi