Hai Geng Sehat, banyak sekali penyakit-penyakit yang namanya masih asing di telinga, salah satunya penyakit kusta. Kusta memang sudah mulai terlupakan jika dibandingkan dengan penyakit HIV/AIDSmalaria, atau hepatitis.

 

Kusta tergolong penyakit yang sudah tua, yakni diketahui telah ada sejak 2000 tahun yang lalu. Nyatanya, kusta masih ada sampai saat ini, termasuk di Indonesia. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita terbesar ketiga di dunia. Sedangkan posisi pertama dan kedua ditempati oleh India dan Brazil.

 

Apa itu kusta?

Kusta yang juga dikenal dengan sebutan lepra ini, merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycrobacterium leprae. Kusta juga sering disebut penyakit Morbus Hansen, sesuai dengan nama penemu kuman tersebut, yaitu dr. Gerhard Armauer Henrik Hansen. Dokter Hansen pertama kali menemukan kuman penyebab kusta pada tahun 1873 di Norwegia.

 

Dikutip dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, kusta menyerang berbagai bagian tubuh, di antaranya saraf dan kulit. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif merusak kulit dan saraf, anggota gerak, serta mata. Kusta menyerang saraf tepi dan kulit, kemudian saluran pernapasan atas, serta organ lain seperti mata, kecuali otak.

Baca juga: Mengenal Penyakit Autoimun

 

Penyebab Kusta

Kusta disebabkan oleh Mycrobacterium leprae yang menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan penderita. Meskipun kusta merupakan penyakit menular, penularannya tergolong tidak mudah. Penularan terjadi jika kontak langsung dengan penderita dilakukan berulang-ulang dan dalam waktu yang lamam serta keduanya memiliki lesi, baik mikroskopis atau makroskopis.

 

Kuman kusta di luar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam. Ada pula yang berpendapat hingga 7-9 hari, tergantung dari suhu dan cuaca di luar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca, maka makin cepat kuman kusta mati. Kuman kusta dapat tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin, seperti tangan, wajah, kaki, dan lutut.

 

Kuman kusta mengalami masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun, bahkan ada yang memakan waktu lebih dari 5 tahun. Karenanya, gejala kusta dapat muncul saat seseorang telah dewasa, padahal ia terinfeksi kuman tersebut saat masih anak-anak. Selain itu, penelitian menyebutkan bahwa 6 dari 7 kasus kusta tidak menular pada orang lain.

 

Gejala Kusta

Kemunculan gejala biasanya memerlukan waktu yang lama setelah seseorang terinfeksi kuman kusta. Tanda yang muncul juga menyerupai penyakit lain, sehingga terkadang diagnosis menjadi terlambat. Gejala yang muncul di antaranya:

  • Kelainan pada warna kulit, seperti hipopigmentasi (warna kulit menjadi lebih terang), hiperpigmentasi (warna kulit menjadi lebih gelap), dan eritematosa (kemerahan pada kulit).
  • Kulit kering, ada bagian tubuh yang tidak berkeringat.
  • Muncul bercak putih pada kulit, seperti panu yang lama-kelamaan melebar.
  • Rasa kesemutan pada bagian anggota tubuh sampai tidak berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan mengalami kelumpuhan atau lemah otot.
  • Daerah yang ditumbuhi rambut menjadi rontok, termasuk bulu mata.
  • Mata jarang berkedip dan kering.
  • Perubahan bentuk wajah, seperti muka berbenjol-benjol dan tegang (facies leomina: muka singa).
  • Mati rasa karena kerusakan saraf tepi, sehingga penderita tidak menyadari adanya luka dan menjadi borok sampai mutilasi

 

Tidak semua tanda-tanda di atas akan tampak. Gengs patut waspada jika ada luka yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lama atau jika luka tidak terasa sakit bahkan saat ditekan dengan jari.

 

Tipe Kusta

1. Pausy Bacillary (PB)

Kusta PB disebut juga dengan kusta kering atau kusta tuberkuloid. Tipe kusta ini kurang menular. Kusta PB memiliki ciri adanya bercak keputihan seperti panu dan mati rasa, permukaan bercak kering dan kasar serta tidak berkeringat, tidak tumbuh rambut atau bulu, serta bercak pada kulit antara 1-5 tempat. Kusta tuberkuloid menyerang satu cabang saraf tepi.

 

2. Multi Bacillary (MB)

Kusta MB disebut juga dengan kusta basah atau kusta lepromatosa. Kusta ini termasuk yang sangat parah. Kusta tipe MB memiliki ciri bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh kulit badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, mati rasa dan kelemahan otot, serta bercak pada kulit lebih dari 5 tempat. Kusta ini juga menimbulkan banyak saraf tepi yang rusak. Lepromatosa lebih menular dibandingkan kusta pausi bacillary.

 

Pengobatan Kusta

Kusta dapat disembuhkan. Pengobatan kepada penderita kusta merupakan salah satu cara terpenting untuk memutuskan penularan kusta. Saat ini, sudah ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan kusta dan digratiskan oleh pemerintah. Namun, kesadaran masyarakat untuk mau datang berobat masih kurang karena pandangan negatif dari orang lain mengenai penyakit ini.

 

Pengobatan yang diterima oleh penderita kusta tergantung pada tipe kusta yang dialami. Pengobatan kusta dilakukan dalam jangka waktu yang panjang secara intensif selama 6-12 bulan. Penelitian menunjukkan bahwa kuman kusta yang masih utuh lebih mungkin menular dibanding yang sudah tidak utuh (sudah diobati). Dengan kata lain, kasus kusta yang parah sekalipun jika diobati secara teratur selama 6 bulan bisa menjadi kusta yang tidak menular.

 

Deteksi dini dan pengobatan lebih awal dapat mengurangi dan mencegah kecacatan fisik pada penderita kusta. Cacat terjadi karena kuman menyerang saraf yang membuat anggota tubuh mati rasa, jari tangan kaku dan keriting seperti cakar, serta kelumpuhan anggota gerak.

Baca juga: Ini Dia Perbedaan Obat Suntik dan Obat Oral

 

Masalah penyakit menular masih menjadi beban pembangunan dunia kesehatan Indonesia. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan menargetkan tahun 2019 Indonesia akan berhasil menghapus penyakit kusta. Namu, harapan itu masih memiliki banyak tantangan, misalnya kesadaran untuk mau berobat meski pengobatan telah digratiskan.

 

Kebanyakan penderita kusta merasa malu untuk berobat dan cenderung menutup diri dari masyarakat karena stigma dan pandangan buruk yang ditujukan pada mereka. Bahkan, tidak jarang keluarga mereka sendiri lah yang mengucilkan mereka. Jika demikian, mata rantai dari penyakit kusta ini tidak akan terputus.

 

Untuk mempercepat eliminasi kusta di Indonesia, Kamu bisa ikut berperan aktif, lho. Caranya dengan ikut menyebarluaskan informasi yang benar mengenai kusta dan menghilangkan stigma terhadap penderita kusta dan orang yang pernah mengalami kusta beserta keluarganya. Hindari tindakan diskriminatif, ya. Yuk, sama-sama berjuang untuk menghancurkan lepra di Indonesia!

Baca juga: 6 Cara Menjaga Kesehatan Mata