Saya, di suatu hari yang cerah di bulan Oktober, poliklinik suatu rumah sakit. “Sore dok, dengan poliklinik dr R?” seorang pria dewasa muda menyapa saya dengan ramah. Sosoknya tegap, kelimis, menggunakan kemeja dan skinny jeans. Orang ini tentu tahu cara menjaga diri. “Iya betul, pak. Saya hari ini membantu di poliklinik ini sebagai asistennya.” Jawab saya sambil tersenyum. Orang sehat, pikir saya. Mungkin hanya mau mengantar keluarga atau kerabat untuk berobat. “Oh begitu, apakah dr. R sudah datang?” “Sebentar lagi pak, beliau sedang dalam perjalanan, sudah dekat katanya.” Sambung saya,” bapak mau berobat? Ada keluhan tertentu?” “Iya saya mau berobat. Hanya kontrol saja” si pasien pun mengedipkan mata, kemudian menunggu dengan sabar di ruang tunggu. Singkat cerita, setelah si pasien masuk, saya pun membantu mendengarkan konsultasi, dan tidak disangka dia adalah seorang penderita HIV/AIDS, terkontrol dengan obat. Betapa kagumnya saja karena si bapak terlihat begitu sehat dan ceria. Bukan seperti penderita HIV/AIDS yang saya bayangkan.

Mengenal HIV/AIDS

HIV/AIDS memberikan momok tersendiri bagi beberapa orang awam yang mendengarnya. Bagaimana tidak? Bagi sejumput orang, HIV/AIDS adalah sebuah penyakit mematikan, terjangkitnya penyakit ini sama saja dengan vonis mati. Namun sebenarnya bagaimana sih perjalanan penyakit HIV/AIDS? Virus HIV ditularkan melalui produk darah, hubungan seksual, dan dapat menular ibu ke anak di dalam kandungan. Produk darah antara lain dapat melalui transfusi dan menggunakan jarum suntik bersamaan. Dikabarkan bahwa virus ini juga dapat berpindah melalui air susu ibu. Berciuman, asalkan di mulut sedang tidak ada luka terbuka, secara teori tidak dapat menularkan penyakit ini. Begitu pula dengan menggunakan kloset, handuk, dan pakaian yang sama. Setelah seseorang tertular virus HIV, awalnya akan memberikan gejala yang tidak spesifik, antara lain demam, flu, dan sebagainya. Fase ini akan sembuh secara cepat dan tidak memberikan gambaran spesifik tentang penyakit ini. Setelah itu virus akan tetap tinggal di dalam tubuh selama 5-10 tahun, sampai akhirnya orang ini akan memasuki fase AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). AIDS merupakan sebuah keadaan dimana sel darah putih atau sistem imun kita sangatlah rendah. Jadi penyakit ini menyebabkan seseorang rentan terhadap serangan penyakit. AIDS bukan penyakit yang mematikan, namun AIDS menyebabkan seseorang menjadi rentan untuk terjangkit penyakit dan tidak memiliki ‘prajurit’ untuk melawan segala penyakit tersebut. Contoh penyakitnya bisa berupa Tuberculosis, diare, radang paru pneumonia, dan sebagainya.

Gejala apa yang dapat dikenali jika sudah memasuki fase AIDS?

Pasien sering kali terjangkit penyakit yang sama, misalnya sariawan berulang, diare berulang, batuk berulang dengan pengobatan adekuat. Penurunan berat badan yang menonjol juga merupakan gejala yang dapat terlihat. Pasien menjadi mudah sakit dan sulit sembuh.

Apakah ada obat untuk AIDS?

Thank God, sekarang kita memiliki ARV (Anti Retroviral). Terapi ini tidak membunuh virus, namun dapat menekan perkembangan si virus tersebut. Obat ini dapat menurunkan angka kematian dan jumlah infeksi pada penderita HIV/AIDS. Konsultasi dengan dokter penyakit dalam untuk informasi lebih lanjut. Sayangnya pasien HIV/AIDS sampai sekarang memiliki stigma yang buruk di masyarakat. Padahal tidak semua penderita terjangkit mendapatkan dari lifestyle mereka yang buruk. Oleh karena itu, pasien HIV/AIDS sebaiknya dirangkul dan tidak dijauhi. Tidak perlu menghindari kontak tubuh dengan mereka, asal tidak melakukan kontak darah. Yuk sharing! Agar mengenal HIV/AIDS ke sekitarmu!