Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bandung melaporkan, Selasa (23/8/22), sejak Desember 2021, terdapat 5.943 warga kota Bandung yang mengidap HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut, 664 di antaranya merupakan Ibu Rumah Tangga (IRT)!

 

Berdasarkan riwayatnya, HIV/AIDS memang lebih banyak terjadi pada pria ketimbang wanita. Namun, melihat laju jumlah kasusnya, tidak menutup kemungkinan kasus padawanita bisa melebihi kasus pada pria. Oleh sebab itu, Mums maupun Geng Sehat perlu tahu gejala HIV pada wanita. Pasalnya, semakin dini terdeteksi, semakin baik upaya pengobatannya.

 

Baca juga: Merawat Kulit Bayi dan Anak, Perhatikan Pilihan Skincare ya Mums!

 

Gejala HIV pada Wanita

Banyak pengidap HIV/AIDS yang tidak merasakan gejala ketika baru tertular. Beberapa orang mengalami gejala seperti flu (termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening) dalam kurun waktu 1-2 bulan setelah terpapar.

 

Gejala-gejala tersebut biasanya hilang dalam kurun waktu satu minggu hingga satu bulan dan sering kali disalah artikan sebagai gejala infeksi virus lain. Sementara itu, gejala yang lebih parah bisa saja tidak muncul selama 10 tahun lagi atau lebih. Bahkan dalam masa asimtomatik, virus HIV aktif di dalam tubuh pengidapnya dan bisa ditularkan ke orang lain.

 

Seiring dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh, banyak komplikasi yang bisa muncul. Pada kebanyakan kasus, gejala pertamanya adalah infeksi kelenjar getah bening yang membesar selama lebih dari tiga bulan.

 

Gejala lain yang sering muncul sejak berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum berkembang menjadi AIDS diantaranya:

  • Kurang energi atau kelelahan
  • Berat badan turun
  • Sering demam dan berkeringat di malam hari
  • Sering muncul infeksi jamur di mulut
  • Ruam kulit yang sulit sembuh
  • Sering lupa 

 

Kebanyakan gejala HIV sama pada pria maupun wanita. Namun, wanita yang memiliki HIV bisa memiliki gejala tambahan yang lebih sering muncul, diantaranya:

  • Infeksi jamur pada vagina
  • Infeksi lain pada vagina, seperti penyakit menular seksual, gonorrhea, klamidia, infeksi HPV, infeksi inflamasi panggul.
  • Infeksi pada organ reproduksi wanita dan perubahan siklus menstruasi.

 

Apa Perbedaan antara HIV dan AIDS?

Istilah AIDS merujuk pada infeksi HIV pada stadium akhir. Kebanyakan kondisi yang memengaruhi penderita AIDS merupakan infeksi yang secara umum tidak memengaruhi orang yang sehat. Pada penderita AIDS, infeksi-infeksi ini umumnya parah dan terkadang fatal karena sistem imun tubuhnya terganggu akibat HIV, sehingga tubuh tidak bisa melawan infeksinya. 

 

Gejala-gejala infeksi AIDS diantaranya:

  • Batuk dan sesak napas
  • Kejang dan koordinasi menurun
  • Sulit dan sakit saat menelan
  • Gejala mental seperti kebingungan 
  • Diare yang parah dan tidak kunjung sembuh
  • Demam
  • Penglihatan menurun
  • Demam, nyeri abdominal, muntah
  • Berat badan turun
  • Kelelahan berlebihan
  • Sakit kepala yang parah
  • Koma

 

Cara Menurunkan Risiko Terkena HIV

HIV ditularkan lewat cairan tubuh seperti darah dan air mani. Menggunakan obat-obatan terlarang yang disuntikkan ke tubuh, melakukan hubungan seksual tanpa pengaman, dan memiliki pasangan seksual lebih dari satu juga meningkatkan risiko terkena HIV.

 

Satu-satunya cara untuk sepenuhnya menghindari infeksi HIV adalah dengan tidak berhubungan seksual dan tidak menggunakan obat-obatan yang disuntik. Infeksi juga bisa dicegah dengan hanya memiliki satu pasangan seksual, selama pasangan tersebut tidak memiliki HIV dan hanya berhubungan seks dengan Mums. 

 

Baca juga: Proses Pembuatan ASI Sudah Dilakukan Sejak Kehamilan Lho, Mums!

 

Bagaimana Cara Diagnosis HIV?

Tes antibodi HIV, baik dari sample darah atau sample oral, bisa mendeteksi infeksi HIV. Hasil tes negatif berarti tidak ada antibodi HIV yang ditemukan di dalam tubuh, ini berarti Mums tidak terinfeksi.

 

Hasil tes positif berarti antibodi HIV ditemukan di dalam tubuh Mums. Ini artinya Mums terinfeksi virus HIV dan bisa menularkannya ke orang lain, meskipun Mums tidak punya gejala. Virus tersebut akan menetap di tubuh Mums selamanya. 

 

Adakah Pengobatan untuk Menyembuhkan HIV/AIDS?

Saat ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS. Penderita HIV membutuhkan pengobatan berkepanjangan sepanjang hidupnya. Pengobatan yang dimaksud termasuk pengobatan antivirus, protease inhibitor, dan obat lain yang membantu penderita HIV untuk tetap sehat. Jadi, penderita HIV bisa tetap hidup sehat dan beraktivitas normal.

 

Jika Sedang Hamil dan Terkena HIV, Apakah akan Menular Ke Anak?

Kebanyakan wanita yang tertular HIV bisa melindungi bayinya dari infeksi HIV selama hamil. Pengobatan pre-natal yang baik bisa menurunkan risiko terinfeksi HIV dari ibunya menjadi kurang dari satu persen. 

 

Namun, pengobatan khusus ini hanya bisa diberikan jika dokter dan tenaga kesehatan tahu bahwa Mums terinfeksi HIV. Jadi, Mums harus jujur kepada dokter tentang kondisi Mums. Pengobatan paling efektif dilakukan jika dimulai sejak awal kehamilan. Mums yang positif HIV tidak boleh menyusui anaknya karena HIV terkadang bisa menular dengan cara ini.

 

Baca juga: Bedak Bayi Stop Dijual di Tahun Depan, Haruskah Berhenti Menggunakannya?

 

Referensi

IDPH Women's Health.Facts About HIV/AIDS
WebMD.HIV Symptoms in Women. 2021.