Tiap orang memiliki preferensi berbeda-beda seputar jumlah anak yang ingin dimiliki. Beberapa orang cukup dengan satu atau dua anak, sementara sebagian lainnya ingin memiliki banyak anak. Entah berapapun jumlah anak yang ingin dimiliki, Mums dan Dads wajib memberikan jarak kehamilan yang sesuai.

 

Membuat jarak kehamilan dapat membantu Mums dan Dads mempersiapkan pembuahan atau memilih kontrasepsi yang tepat. Ini juga memastikan Mums dan Dads siap menyambut dan merawat bayi yang baru lahir nantinya. Lebih penting lagi, jarak kehamilan yang pas dapat mengurangi risiko kehamilan dan masalah kesehatan pada bayi.

 

Lalu, berapa jarak kehamilan terbaik? Untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan masalah kesehatan, para ahli menyarankan Mums menunggu 18 hingga 24 bulan setelah kelahiran untuk kembali hamil. Jika jarak kehamilan kurang dari 18 bulan, ini meningkatkan risiko berbagi masalah pada Mums maupun bayi.

 

Baca juga: Manfaat Memiliki Anak dengan Jarak Usia Cukup Jauh
 

Risiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat

Di sini, kita akan membahas apa saja risiko jarak kehamilan terlalu dekat.

 

1. Kelahiran prematur

Mums yang hamil lagi dalam waktu kurang dari 18 bulan setelah bersalin lebih mungkin untuk melahirkan bayi prematur. Selain itu, wanita yang sebelumnya pernah mengalami persalinan prematur berisiko tinggi melahirkan secara prematur di kehamilan selanjutnya.

 

Bayi dikatakan lahir prematur jika ia dilahirkan sebelum kehamilan berusia 37 minggu. Berdasarkan usia kehamilan, kelahiran prematur terbagi menjadi tiga subkategori:

  • sangat prematur (kurang dari 28 minggu)
  • sangat prematur (28 hingga 32 minggu)
  • sedang hingga akhir prematur (32-37 minggu).

 

Bayi yang lahir prematur lebih mungkin mengembangkan masalah kesehatan dan membutuhkan perawatan rumah sakit dibandingkan bayi yang lahir tepat waktu. Karenanya, penting bagi Mums untuk segera mendapatkan kontrasepsi setelah melahirkan agar tidak kembali hamil terlalu cepat.

 

Baca juga: 5 Negara Ini Ternyata Memiliki Angka Kelahiran yang Rendah!

 

2. Berat badan lahir rendah

Jarak kehamilan terlalu cepat meningkatkan kemungkinan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR adalah kondisi saat bayi dilahirkan dengan berat kurang dari 2,5 kg. 

 

Beberapa bayi dengan BBLR dapat hidup dengan sehat, tetapi sebagian lainnya memiliki masalah kesehatan yang serius. Karena alasan ini, bayi dengan BBLR membutuhkan perhatian lebih.

 

3. Komplikasi kesehatan

Bayi dengan BBLR lebih mungkin mengalami masalah kesehatan dibandingkan bayi dengan berat badan normal. Beberapa bahkan memerlukan perawatan khusus di NICU untuk menangani masalah medis. Berikut adalah beberapa komplikasi kesehatan yang mungkin dialami oleh bayi BBLR:

  • Masalah pernapasan, seperti respiratory distress syndrome (RDS). Bayi dengan RDS tidak memiliki protein yang disebut surfaktan yang menjaga kantung udara kecil di paru-paru bayi agar tidak kolaps. Akibatnya, bayi yang menderita RDS mungkin membutuhkan oksigen dan bantuan pernapasan lainnya.
  • Pendarahan di otak. Sebagian besar kasus pendarahan otak ringan dan dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika pendarahan cukup parah, ini dapat menyebabkan tekanan dan penumpukan cairan di otak yang kemudian mengakibatkan kerusakan.
  • Enterokolitis nekrotikans. Enterokolitis nekrotikans adalah masalah pada usus bayi yang dapat menyebabkan masalah makan, pembengkakan di perut, dan komplikasi lainnya. Bayi yang menderita enterokolitis nekrotikans perlu diobati dengan antibiotik dan diberi makan melalui tabung intravena.
  • Retinopati prematuritas. Ini adalah penyakit mata yang terjadi saat retina bayi tidak berkembang sepenuhnya pada minggu-minggu setelah kelahiran.
  • Penyakit kuning. Ini disebabkan karena ada terlalu bilirubin dalam darah. Penyakit kuning ditandai dengan mata dan kulit bayi terlihat kuning.
  • Infeksi. Pada bayi yang lahir terlalu dini, sistem kekebalan tubuh mungkin tidak berkembang sepenuhnya sehingga mereka mungkin tidak mampu melawan infeksi.

 

Baca juga: 5 Komplikasi Kehamilan di Trimester Kedua yang Harus Diwaspadai
 

4. Depresi pascapersalinan

Jarak kehamilan yang terlalu dekat membuat Mums lebih mungkin mengembangkan depresi pascapersalinan. Mums yang mengalami depresi mungkin mengalami kesulitan merawat anak dan mengembangkan ikatan dengan si kecil. Padahal, keterikatan orangtua dan anak penting untuk perkembangan bayi dan membuatnya merasa aman.

Berikut akibatnya jika anak yang tidak mengembangkan keterikatan dengan Mums:

  • mengalami kesulitan berinteraksi dengan Mums,
  • memiliki masalah tidur,
  • tumbuh kembang yang tertunda,
  • pasif,
  • kurang mampu bersosialisasi dengan orang lain,
  • memiliki masalah perilaku,
  • mengalami kesulitan belajar.

Idealnya, kehamilan harus berjarak 18 hingga 24 bulan setelah kehamilan terakhir. Dengan kata lain, anak terakhir harusnya sudah berusia 18 bulan atau 2 tahun saat Mums dan Dads memutuskan kembali melakukan program hamil. Jadi, penting untuk segera menggunakan kontrasepsi setelah bersalin guna menghindari kehamilan yang terlalu cepat.

 

Baca juga: Postpartum Depression pada Ibu Setelah Melahirkan

 

 

Sumber:

Mayoclinic.org. Family planning 

Newscientist.com. 15-close-pregnancy-linked-to-premature-births

Reuters.com. Pregnancy-interval-prematurity

 

Marchofdimes.org. Low-birthweight.

Caringforkids.cps.ca. Depression_in_pregnant_women_and_mothers

Cchealth.org. Possible-problems

Who.int. Fact-sheets