Tak lengkap rasanya bila bayi belum diberi bedak dan wewangian agar lebih enak dicium. Tapi, tahukah Mums fakta penting di balik pemakaian bedak bayi? Berikut informasinya.

 

Bedak Bayi Akan Berhenti Dijual!

Di era 1980 hingga 1990-an, bedak bayi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam perawatan bayi. Bedak bayi sering digunakan untuk mencegah atau mengatasi ruam popok di sekitar bokong dan area genital bayi. Di budaya kita, bedak bayi bahkan dipakaikan di area wajah bayi setelah ia dimandikan, dengan tujuan agar kulit bayi wangi. Wanita dewasa pun biasa menggunakan bedak ini di area paha dalam dan selangkangan untuk mengurangi bau, mengatasi ruam, atau mengurangi gesekan pada kulit.

 

Tetapi perlu diketahui, bedak bayi memiliki sejarah tersendiri dalam pertarungan ilmiah dan hukum. Seperti yang dihadapi oleh Johnson & Johnson, perusahaan multinasional Amerika yang menjadi produsen peralatan medis, farmasi, dan barang konsumen dalam kemasan, harus menghadapi 9.000 tuntutan hukum atas produk bedaknya di pengadilan negara bagian dan federal Amerika Serikat.

 

Tuntutan tersebut berawal dari kandungan mineral talc yang menjadi kandungan utama di dalam bedak tabur bayi. Talc ini sendiri dikatakan sangat berbahaya, karena penelitian telah berulang kali mengaitkannya dengan kanker. 

 

Studi sejak tahun 1970-an menemukan bahwa ada hubungan antara kasus kanker ovarium dengan wanita yang mengoleskan bedak secara teratur ke area genital mereka. Satu studi lain menemukan 75 persen tumor kanker ovarium mungkin mengandung partikel bedak. Sementara, penelitian lain menunjukkan penggunaan bedak pada alat kelamin meningkatkan risiko kanker ovarium epitel sebesar 20-30 persen. Dengan penemuan-penemuan tersebut, maka keberadaan bedak pada bedak bayi dinilai patut diwaspadai.

 

Kasus gugatan dari banyak pihak pun terus berdatangan, hingga pada minggu ini Johnson & Johnson (J&J)mengumumkan secara resmi berencana untuk berhenti menjual produk bedak bayi berbasis talc secara global pada tahun 2023. Langkah ini diambil di tengah pertempuran hukum yang berkelanjutan dan bertahun-tahun. Sebelumnya, J&J sudah menghentikan distribusi bedak tabur bayi di Amerika Serikat dan Kanada sejak dua tahun lalu.

 

Dalam keterangan resminya, J&J turut menyampaikan bahwa telah membuat keputusan komersial untuk mengalihkan semua produk bedak bayinya menggunakan tepung maizena sebagai pengganti talc. Langkah ini diambil sebagai bentuk tanggung jawab mereka untuk menjaga keamanan produknya, setelah hampir satu dekade menghadapi tuntutan hukum yang menuduh J&J menyembunyikan risiko kanker pada bedak bayi berbahan dasar talc.

 

Baca juga: Finger Food untuk Bayi Usia 7-12 Bulan

 

 

Pakai Bedak Tabur untuk Bayi, Boleh atau Jangan?

Perbincangan penggunaan bedak tabur pada bayi juga terus ramai hingga sekarang. American Academy of Pediatrics (AAP) sudah lama memperingatkan para orang tua bahwa ada potensi bahaya penggunaan bedak pada bayi sejak 1969. Bedak tabur dengan kandungan bahan talc dikatakan mengeringkan selaput lendir, yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti pneumonia, asma, talcosis paru, fibrosis paru-paru, dan gagal pernapasan. Dalam kasus ekstrem, bedak dapat dikaitkan dengan kanker paru-paru. 

 

Kenapa bisa begitu? Bedak bayi berbahan dasar talc terbuat dari talc mineral, yang sebagian besar mengandung unsur magnesium, silikon, dan oksigen. Dalam bentuk alaminya, talc mengandung asbes, zat yang diketahui dapat menyebabkan kanker di dalam dan sekitar paru-paru ketika dihirup.

 

Jika dikemas dalam bentuk bedak, talc menyerap kelembapan dengan baik dan membantu mengurangi gesekan, sehingga berguna untuk menjaga kulit tetap kering dan membantu mencegah ruam. Makanya, talc juga banyak digunakan dalam produk kosmetik seperti bedak bayi, bedak tubuh, bedak wajah untuk orang dewasa, serta di sejumlah produk konsumen lainnya.

 

 

Baca juga: Ingin Anak Lebih Kreatif? Yuk, Mulai Kurangi Mainannya!

 

 

Untunglah, semua produk bedak bayi secara resmi bebas asbes sejak tahun 1970-an dan kini umumnya bedak tabur bayi terbuat dari tepung jagung sebagai bahan penyerap alami. Walau begitu, AAP tetap tidak merekomendasikan untuk menggunakan bedak tabur karena bayi tidak benar-benar membutuhkannya. Penggunaan bedak tabur dikhawatirkan dapat mengiritasi kulit bayi yang sensitif dan halus.

 

Di samping itu, AAP juga mengatakan bahwa bedak bayi bisa berbahaya bagi bayi jika banyak yang terhirup atau tertelan. Menghirup talc dapat menyebabkan mengi, batuk, nyeri dada, dan kesulitan bernapas. Meskipun jarang, keracunan bedak pun dapat berakibat fatal. Terlebih lagi, masih ada kekhawatiran bahwa bedak bayi berbahan dasar tepung jagung mungkin juga bermasalah, karena bahan utamanya dapat memperburuk ruam popok yang disebabkan oleh candida.

 

Dengan berbagai alasan tersebut, bisa disimpulkan bahwa pemakaian bedak tabur bayi kini tidak lagi disarankan. Para ahli menyarankan menggunakan cara lain yang lebih aman dan efektif untuk mencegah ruam popok.

 

Beberapa langkahnya antara lain:

  • Ganti popok si Kecil sesering mungkin, terutama setiap kali Mums curiga popoknya kotor atau sudah penuh.
  • Jika memungkinkan, angin-anginkan selama beberapa saat area bokong bayi agar sirkulasi udara di area tersebut baik dan terhindar dari ruam popok.
  • Setelah area bokong dan popok bayi benar-benar kering, Mums boleh saja mengoleskan krim berbahan dasar petroleum jelly atau seng oksida (zinc oxide) untuk melindungi kulit dari kelembapan berlebih.

 

Baca juga: Testis Tidak Turun pada Bayi, Ini Penyebab dan Komplikasinya!

 

Referensi:

Reuters. J&J Baby Powder

What to Expect. Is Baby Powder Safe?

Healthline. Baby Powder

Mayo Clinic. Diaper Rash

Cancer.org. Talcum Powder

Drugwatch. Talcum Powder