Tumbuhnya gigi susu menjadi satu milestone penting untuk kesehatan dan keterampilan si Kecil. Namun perlu Mums ketahui, anak balita belum disarankan untuk sikat gigi sendiri, lho. Kenapa, ya? Ini alasannya.

 

Menjaga Gigi Susu Itu Penting!

Setiap anak terlahir dengan jumlah total gigi susu yang sama, yaitu 20 buah. Namun, erupsi atau tumbuhnya gigi susu memang bervariasi pada setiap anak, yang biasanya dimulai sejak ia berusia 6 bulan. Gigi susu terus tumbuh selama dua hingga tiga tahun ke depan, hingga totalnya menjadi 20 gigi susu.

 

Gigi susu ditakdirkan untuk digantikan oleh gigi dewasa atau permanen. Akar gigi susu yang menancap di rahang, perlahan-lahan hilang. Gigi susu mulai goyang, lalu akan tanggal dan digantikan dengan gigi dewasa.

 

Walau bersifat sementara, gigi susu berperan penting untuk kelangsungan hidup si Kecil hingga nanti dewasa. Maka dari itu, sejak dini gigi si Kecil sudah wajib dibersihkan dan mulai rutin diperiksakan ke dokter sejak ia berusia 1 tahun.

 

Beberapa alasan mengapa gigi susu wajib untuk dirawat sejak dini antara lain:

 

  • Untuk makan

 

Gigi susu yang terawat dengan baik memungkinkan anak untuk mengunyah makanannya. Dengan begitu, si Kecil pun akan mendapatkan nutrisi yang optimal dari asupan makanannya. Itulah mengapa, sakit gigi akibat gigi berlubang dapat menyebabkan kekurangan gizi, akibat ketidakmampuan anak untuk mengunyah makanan dengan baik.

 

  • Kemampuan bicara

 

Tumbuhnya gigi susu dengan posisi yang tepat membantu dalam proses pengucapan yang benar selama berbicara. Hal ini pastinya sangat sangat penting selama tahun-tahun awal ketika anak belajar berbicara. 

 

  • Penyelarasan gigi dewasa 

 

Dalam keadaan normal, gigi susu akan tetap di tempatnya sampai digantikan oleh gigi dewasa. Kemudian, gigi permanen tumbuh dan berkembang di bawah gigi susu hingga siap untuk menembus gusi. Artinya, gigi susu berfungsi menjaga tempat bagi gigi dewasa agar nantinya ia bisa tumbuh di tempat yang tepat. Makanya, kehilangan gigi susu untuk alasan apa pun, termasuk gigi berlubang, trauma, atau keturunan, meninggalkan ruang. Hal ini dapat menyebabkan bergesernya gigi lain, dan dapat menyebabkan gigi dewasa menjadi berantakan.

 

Baca juga: Haruskah Bercerai Jika Pasangan Selingkuh?

 

 

  • Kepercayaan diri

 

Pada akhirnya, si Kecil akan menyadari penampilannya sedikit terganggu akibat kondisi giginya, seperti posisi berantakan, bau mulut akibat bakteri mulut, atau gigi berlubang besar. Hal ini dapat menyebabkan ia menghindari tersenyum, dan memengaruhi seluruh kepribadian anak. Bukan tidak mungkin, hal ini secara tidak langsung bahkan berpotensi memengaruhi perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya.

 

  • Modal untuk gigi dewasa yang sehat

 

Penyebab utama kerusakan gigi susu adalah bakteri mulut pada makanan dan minuman yang bersifat asam. Kerusakan ini dapat menyebabkan rasa sakit dan infeksi. Email atau lapisan luar gigi yang terbuat dari enamel, akan digerogoti oleh asam dari sisa makanan atau minuman, dan perlahan akan menyebabkan gigi berlubang. Jangan salah, gigi susu pun bisa mengalami gigi berlubang. Rongga besar dan abses (bisul) pada gigi susu membentuk cawan petri bakteri yang memengaruhi tumbuhnya gigi permanen. Maka dari itu, jika gigi susu anak tidak dijaga kesehatannya, gigi permanen akan lebih rentan terhadap gigi berlubang dan masalah gigi selamanya.

 

Baca juga: Kulit Bayi jadi Kuning karena Makan Terlalu Banyak Wortel, Berbahayakah?

 

 

Balita Belum Boleh Sikat Gigi Sendiri?

Memasuki usia, 3 tahun, keterampilan motorik dan sensorik semakin baik, sehingga mendukung keinginannya untuk mencoba independen. Pada beberapa aktivitas tertentu, ia akan lebih memilih untuk melakukannya sendiri, seperti makan, membuka pintu, memencet tombol lift, ataupun menyikat gigi. Tentu saja hal ini baik dan perlu Mums dukung. Namun perlu diketahui, semuanya wajib membutuhkan pengawasan dan bantuan Mums. 

 

Salah satu contohnya adalah sikat gigi, yang mana merupakan ritual higienitas penting untuk kesehatannya. Para ahli menyarankan orang tua harus menyikat gigi anak sampai ia berusia sekitar 8-10 tahun. Dan, harus terus mengawasi anak ketika menyikat gigi hingga berusia 10-12 tahun. Hal ini untuk memastikan bahwa ia melakukannya secara menyeluruh, dengan ketentuan dilakukan minimal dua menit dan dua kali sehari.

 

Kenapa begitu? Menyikat gigi adalah keterampilan. Seperti banyak keterampilan, perlu waktu bertahun-tahun untuk mempelajarinya dan menjadi ahli dalam hal itu. Umumnya, anak-anak tidak akan langsung menguasai ketangkasan manual untuk menyikat gigi, sehingga masih tetap membutuhkan bantuan dari Mums.

 

Jangan disalahartikan, ini bukan berarti si Kecil tak boleh memegang sikat gigi sendiri dan mencoba belajar menyikat gigi, lho. Tetap biarkan si Kecil untuk melakukannya sendiri karena merupakan cara yang bagus untuk berlatih. Tetapi, selalu pastikan Mums menyikat giginya sebelum atau sesudah si Kecil melakukannya, ya. Hal ini untuk memastikan bahwa giginya sudah dibersihkan dengan benar dan tidak ada sisa makanan, susu, atau minuman manis di sela-sela giginya.

 

Saran ini bukanlah tanpa alasan. Menurut penelitian di tahun 2015, sekitar 23% anak usia 2-5 tahun mengalami karies gigi pada gigi susu, dan 56% pada anak-anak berusia 6-8 tahun. Prevalensi karies ini terus menanjak naik setiap tahunnya disebabkan oleh banyak faktor, yang tentu saja salah satunya adalah langkah menjaga kebersihan gigi yang tidak tepat.

 

Maka sebelum terlambat, sudah tentu akan lebihbaik  mencegah dan menjaga agar gigi susu si Kecil sehat. Jika telanjur terlambat, bukan hanya sakit dan memengaruhi kesehatannya, namun juga membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk pengobatannya. (IS)

 

Baca juga: Makanan Terbaik untuk Bayi Tumbuh Gigi, Bantu Redakan Ketidaknyamanan

 

Referensi:

FirstCry. Dental Health for Kids

CDC. Dental Caries in Children