Hari ini 1 Desember diperingati sebagi Hari AIDS Sedunia. Kesadaran akan dukungan untuk penderita HIV/AIDS mulai muncul sejak penyakit ini ditemukan sekitar awal tahun 80-an. Sejak saat itu pengobatan untuk HIV dan AIDS juga semakin berkembang, bahkan penderitanya bisa hidup tanpa virus di tubuhnya, Mungkin Geng Sehat sering mendengar HIV/AIDS. Tapi, apakah Geng Sehat tahu perbedaan HIV dan AIDS?

 

HIV dan AIDS tidak bisa dipisahkan. Keduanya memang diagnosis penyakit yang berbeda, namun saling berkaitan. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh dan bisa menyebabkan suatu kondisi atau masalah kesehatan yang disebut AIDS. Inilah perbedaan utama HIV dan AIDS.

 

Dahulu, diagnosis HIV atau AIDS sangat menakutkan karena tidak ada obatnya dan cepat atau lambat akan menyebabkan kematian. Namun, setelah dilakukan penelitian kini sudahh ditemukanlah pengobatan-pengobatan baru untuk HIV/AIDS, sehingga penderitanya bisa memiliki umur panjang dan hidup secara produktif.

 

Untuk tahu lebih jauh tentang perbedaan HIV dan AIDS, baca penjelasan berikut ya!

 

Baca juga: Prosedur Tes HIV: Persiapan, Jenis, dan Risikonya

 

Perbedaan HIV dan AIDS

Seperti yang disebutkan di atas, HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda, namun saling berkaitan. Begini penjelasannya: 

 

HIV adalah Virus

HIV adalah virus yang bisa menyebabkan penurunan sistem imun. Istilah HIV sendiri memiliki kepanjangan human immunodeficiency virus. Istilah HIV menjelaskan tentang virus tersebut: hanya manusia yang bisa menularkannya, dan virus ini menyerang sistem imun.

 

Akibat virus ini, sistem imun tidak bisa bekerja secara efektif. Padahal sistem imun itu punya fungsi yang sangat penting, yaitu melawan virus atau bakteri di dalam tubuh. Namun, sistem imun tidak bisa melawan HIV. Obat bisa mengontrol HIV dengan cara mengganggu siklus kehidupan virus tersebut.

 

AIDS adalah Kondisinya

Jika HIV adalah virus yang bisa menyebabkan infeksi, AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) adalah kondisinya. Tertular HIV bisa menyebabkan AIDS. AIDS terjadi ketika HIV telah menyebabkan kerusakan serius pada sistem imun. Ini merupakan kondisi kompleks dengan gejala yang beragam pada setiap penderitanya.

 

Gejala HIV berhubungan dengan infeksi yang bisa dialami penderita akibat kerusakan sistem imun. Gejala atau komplikasi dari AIDS yang umum meliputi tuberkulosis, pneumonia, dan lainnya. Beberapa jenis kanker juga meningkat risikonya jika sistem imun menurun. Terapi antiretroviral bisa mencegah AIDS.

 

Baca juga: 6 Langkah Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

 

HIV Tidak Selalu Berkembang Menjadi AIDS

Meskipun HIV adalah penyebab AIDS, namun, infeksi HIV tidak selalu berkembang menjadi AIDS. Bahkan, banyak orang yang terinfeksi HIV bisa hidup bertahun-tahun tanpa terkena AIDS, selama diberikan pengobatan terus menerus. Karena pengobatan yang sudah canggih, orang yang terinfeksi HIV bisa hidup dengan normal.

 

Meskipun seseorang bisa memiliki infeksi HIV tanpa terkena AIDS, namun orang yang didiagnosis AIDS pasti sudah terinfeksi HIV. Karena tidak ada obatnya, infeksi HIV tidak pernah bisa sembuh, meskipun penyakitnya tidak pernah berkembang menjadi AIDS.

 

Karena HIV adalah virus, maka bisa ditularkan antara manusia, sama seperti virus lain. Sementara itu, AIDS hanya bisa muncul jika seseorang telah terinfeksi HIV. Virus HIV menular dari satu orang ke orang lain lewat pertukaran cairan tubuh.

 

Pada umumnya, HIV menular lewat seks tanpa kondom atau penggunaan suntikan secara bersama. Seorang ibu juga bisa menularkan virus HIV ke anaknya ketika sedang hamil.

 

Waspada, HIV Tidak Selalu Menunjukkan Gejala

HIV biasanya menyebabkan gejala seperti flu selama dua sampai empat minggu setelah masa transmisi. Periode pendek ini disebut infeksi akut. Sistem imun mengontrol infeksinya, sehingga menyebabkan periode laten.

 

Sistem imun tidak bisa benar-benar membasmi HIV secara keseluruhan, namun bisa mengontrolnya dalam waktu yang lama. Selama periode laten, yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun, orang yang terinfeksi HIV bisa saja tidak mengalami gejala apapun. Namun tanpa terapi antiretroviral, virus akan terus berkembang dan menyebabkan gejala AIDS. Ketika sudah menjadi AIDS, peluang kesembuhan menurun karena biasanya akan timbul berbagai jenis infeksi berbahaya. 

 

Orang yang berisiko, harus rutin melakukan tes HIV sebelum terlambat dan menularkannya pada orang lain. Tes HIV dapat dilakukan di rumah sakit. Jika terdiagnosis positif HIV, tidak perlu khawatir karena dengan pengobatan teratur, orang dengan HIV bisa hidup normal layaknya orang tanpa HIV.

 

Baca juga: 7 Penyakit Kulit Akibat HIV/AIDS

 

 

Sumber:

Healthline. HIV vs. AIDS: What’s the Difference?. April 2018.

Centers for Disease Control and Prevention. About HIV/AIDS. Agustus 2019.