Geng Sehat, baru saja kita memperingati Hari AIDS Sedunia. Masih banyak sekali pekerjaan rumah dalam rangka menurunkan insiden HIV dan AIDS di dunia. HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menjadi penyabab AIDS (Acquired Immunie Deficiency Syndrome), akan melemahkan kekebalan tubuh penderitanya. 

 

Karena HIV melemahkan sistem imun, penderita infeksi HIV memiliki risiko lebih tinggi terkena berbagai jenis infeksi, termasuk masalah pada kulit. Bahkan, beberapa penyakit kulit bisa menjadi gejala awal seseorang terdiagnosis HIV. Lalu, penyakit kulit apa saja sih yang berkaitan dengan infeksi HIV/AIDS? 

 

Baca juga: 7 Fakta Obat Antiretroviral untuk Pengobatan HIV/AIDS
 

1. Infeksi Jamur di Mulut

Infeksi jamur di rongga mulut (thrush) umumnya disebabkan oleh jamur kandida. Gejala umum dari infeksi jamur mulut adalah lesi berwarna putih di lidah atau pipi bagian dalam. Namun, terkadang lesi tersebut juga bisa muncul di langit-langit mulut, gusi, amandel, atau bagian belakang tenggorokan. Lesi tersebut bisa menimbulkan rasa sakit dan bahkan berdarah ketika tergores.

 

Infeksi jamur kandida juga bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk esofagus, paru-paru, hati, dan kulit. Infeksi ini lebih sering menyerang penderita gangguan kekebalan tubuh, seperti pasien kanker, HIV, atau penyakit lain yang melemahkan sistem imun. Gejalanya juga bisa lebih parah dan sulit untuk diatasi pada orang yang memiliki sistem imun lemah. 

 

Penderita HIV kerap terdiagnosis saat memeriksakan infeksi jamur di rongga mulut ke dokter. Infeksi jamur mulut dapat diatasi dengan memberikan obat anti jamur, yang umumnya dikonsumsi selama 10 - 14 hari. Untuk mencegahnya datang kembali, pasien dengan HIV harus mengonsumsi obat HIV secara rutin.

 

2. Sarkoma Kaposi 

Sarkoma kaposi adalah sejenis kanker pada kulit dan membran mukosa. Penyakit ini seringkali menyerang penderita HIV/AIDS. Sarkoma kaposi disebabkan oleh jenis virus herpes.  Sarkoma kaposi biasanya muncul seperti lesi gelap atau keunguan pada kulit. Akibat sistem imun lemah yang disebabkan oleh AIDS, sarkoma kaposi bisa menyebar dalam waktu yang cepat ke bagian tubuh lain, termasuk organ dalam. 

 

Penyakit ini bisa diatasi dengan operasi (mengangkat lesi dan kulit di sekitarnya), kemoterapi (obat yang membunuh sel kanker), terapi radiasi (dosis tinggi X-ray atau radiasi lainnya), atau terapi biologis. Namun, biasanya mengobati HIV sendiri juga menjadi pengobatan terbaik karena sistem imun bisa kembali meningkat dan cukup kuat untuk menyembuhkan sarkoma kaposi.

 

3. Oral Hair Leukoplakia 

Penyakit ini berupa infeksi pada rongga mulut dalam bentuk lesi putih berambut di bagian bawah atau samping lidah. Oral hairy leukoplakia bisa menjadi pertanda awal dari HIV/AIDS. Infeksi ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr. Lesi penyakit ini berbentuk rata dan halus atau bisa juga berambut, dan tidak menimbulkan rasa sakit serta ketidaknyamanan. Oleh sebab itu, biasanya kondisi ini tidak diobati.

 

 

 

4. Moluskum Kontagiosum

Moluskum kontagiosum adalah infeksi dengan ciri khas benjolan berwarna putih atau menyerupai warna daging di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan menular. Moluskum kontagiosum bukan kondisi yang serius, dan benjolannya juga umumnya sembuh dengan sendirinya.  

 

Namun, pada penderita HIV yang sistem imunnya rendah, infeksi ini bisa menjadi kronik dan progresif. Jika diperlukan, dokter akan memberikan krim asam retinoat. Namun, cara terbaik tetap dengan menekan virus HIV-nya, karena dengan peningkatan sistem imun, moluskum kontagiosum juga akan sembuh dengan sendirinya.

 

Baca juga: Ini yang Bisa Kamu Lakukan untuk Membantu Pengidap HIV/AIDS
 

5. Herpes

Ada dua jenis herpes, yang pertama adalah herpes simplex tipe 1 (HSV-1), yang seringkali muncul di dekat mulut. Yang kedua adalah herpes simplex tipe 2 (HSV-2), yang seringkali muncul di dekat organ seksual. HSV-2 juga disebut herpes genital. Virus herpes menular lewat kontak seksual, seperti berciuman atau berhubungan seks. Herpes genital juga termasuk penyakit menular seksual. 

 

Tidak ada obat untuk herpes. Kalau Kamu tertular, virusnya akan menetap selamanya di dalam tubuh. Biasanya virus tersebut 'tidur' di sel-sel saraf, ketika tidak terpicu oleh alergi tertentu dan menjadi aktif kembali. 

 

6. Psoriasis 

Psoriasis adalah penyakit kulit umum yang menimbulkan ruam merah dan kulit yang mengelupas. Gejala tersebut biasanya muncul di kulit kepala, sikut, lutut, dan punggung bagian belakang. Gejala psoriasis juga bisa muncul di kuku tangan. Psoriasis tidak bisa disembuhkan secara total, namun pengobatan bisa meredakan gejalanya, pada kasus parah sekalipun. Pengobatan umum untuk psoriasis termasuk krim steroid, vitamin D, dan retinoid topikal. Untuk kasus parah, ada terapi khusus untuk mengatasinya.

 

7. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah inflamasi pada kulit di sekitar kelenjar sebasea, yang umumnya terletak di kepala, wajah, punggung bagian atas, dan selangkangan. Ketika kelenjar ini memproduksi terlalu banyak minyak, dampaknya berupa kemerahan di kulit dan mengelupas.

 

Dermatitis seboroik tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, untuk mengobati gejalanya, biasanya dokter memberikan sampo yang mengandung tar batubara, zinx pyrithione, atau selenium sulfida. Pengobatan lainnya berupa antijamur topikal. Pada penderita HIV/AIDS, dermatitis seboroik bisa mereda dengan sendirinya, seiring dengan pengobatan virus HIV-nya.

 

Baca juga: Tempat Ini Menyediakan Layanan Tes HIV yang Nyaman
 

Penjelasan di atas bisa sedikit meningkatkan kesadaran Geng Sehat tentang penyakit kulit akibat HIV/AIDS. Namun, Geng Sehat juga perlu tahu bahwa penyakit-penyakit kulit tersebut juga bisa menyerang orang yang tidak memiliki HIV/AIDS.(UH/AY)

 

Kebiasaan yang Merusak Kulit