HIV/AIDS memang lebih banyak dikenal sebagai penyakit yang menular melalui aktivitas seksual. Tak jarang seorang wanita yang tertular penyakit HIV melalui aktivitas seksual dengan pasangannya kemudian hamil. Ada mitos bahwa bayi yang dikandung oleh seorang wanita dengan status positif HIV pasti akan tertular penyakit tersebut dari ibunya. Namun, apakah hal tersebut benar? Berikut kita bahas mengenai mekanisme penularan infeksi HIV dari ibu kepada bayinya, serta apakah risiko penularan tersebut dapat diminimalisasi.

 

Bagaimana virus HIV dapat ditularkan?

Penyakit HIV tidak diturunkan secara otomatis dari ibu kepada bayinya. Hal ini sesuai dengan istilah acquired pada kata AIDS, yang berarti diperoleh, bukan inherited atau diwariskan. Penularan dari ibu merupakan penyebab utama kasus infeksi HIV yang terjadi pada bayi dan anak-anak.

 

Transmisi atau proses penularan infeksi HIV dari ibu kepada bayinya dapat terjadi melalui tiga kemungkinan, selama masa kehamilan, pada saat proses persalinan, serta setelah bayi dilahirkan. Pada masa kehamilan (in utero), penularan dapat terjadi apabila virus HIV berhasil melintasi plasenta dan menginfeksi janin di dalam rahim. Kasus ini tergolong jarang terjadi jika ibu hamil terjaga kondisi kesehatannya dan plasenta tidak mengalami masalah.

 

Baca juga: ABCDE, Rumus Jitu untuk Mencegah Penularan HIV

 

Pada saat proses persalinan (intrapartum), bayi berisiko tinggi untuk terpapar virus HIV melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari sang Ibu. Risiko paparan virus HIV kepada bayi mulai meningkat secara signifikan setelah kantong ketuban bocor atau pecah.

 

Yang terakhir, setelah bayi lahir (postpartum) melalui proses menyusui. Air susu ibu (ASI) merupakan salah satu cairan tubuh yang dapat membawa virus. Dalam istilah medis, penularan yang terjadi selama kehamilan, dalam proses persalinan, maupun setelah bayi lahir akibat dari proses menyusui dikenal dengan istilah perinatal transmission.

 

 

Apakah penularan virus HIV dapat dicegah?

Apabila ibu hamil dengan status positif HIV diterapi dengan benar, peluang untuk menularkan virus HIV kepada bayinya bisa ditekan dengan sangat signifikan. Berikut beberapa cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya.

 

  • Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

Apabila seorang wanita berstatus positif HIV, maka metode kontrasepsi yang efektif haruslah digunakan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, risiko bayi dikandung oleh ibu berstatus HIV pun dapat berkurang.

 

Baca juga: Catat! Virus HIV Tidak Menular Melalui 9 Hal Ini

 

  • Melakukan pemeriksaan status HIV pada semua ibu hamil

Pemeriksaan status HIV direkomendasikan pada setiap ibu hamil, bahkan jika memungkinkan dilakukan juga pada wanita yang sedang merencanakan kehamilan. Pemeriksaan HIV pada ibu hamil sebaiknya dilakukan di awal masa kehamilan. Tujuannya jika didiagnosis positif HIV, maka terapi dengan obat antiretroviral (ARV) dapat dimulai sejak dini.

 

  • Terapi dengan obat antiretroviral (ARV) harus dimulai sesegera mungkin

Terapi dengan obat antiretroviral (ARV) bertujuan untuk menjaga kondisi ibu hamil dengan HIV, serta untuk mencegah penularan kepada bayi yang dikandungnya. Ibu hamil dengan status positif HIV memiliki peluang sekitar 25% untuk menularkan virus ini kepada bayinya.

 

Angka tersebut dapat meningkat jika kondisi kesehatan sang Ibu selama hamil kurang baik ataupun terdapat masalah pada plasenta. Akan tetapi, jika ibu hamil mendapatkan regimen terapi obat ARV secara efektif, peluang penularan ini dapat ditekan sampai di bawah angka 2%.

 

  • Melakukan persalinan dengan metode operasi Caesar sebelum pecah ketuban

Selain plasenta, hal lain yang membantu bayi terlindung dari infeksi adalah cairan ketuban karena sifatnya yang steril. Oleh karena itu, prosedur persalinan yang dianjurkan untuk ibu hamil dengan status positif HIV adalah operasi Caesar, yang dilakukan secara terencana sebelum kantong ketuban bocor atau pecah.

 

Baca juga: 7 Penyakit Kulit Akibat HIV/AIDS

 

  • Memberikan terapi obat ARV kepada bayi selama 4-6 minggu setelah kelahiran

Bayi yang dilahirkan dari ibu yang berstatus positif HIV tetap harus mendapatkan terapi dengan obat ARV selama 4 sampai dengan 6 minggu setelah dilahirkan, untuk memastikan risiko penularan HIV seminimal mungkin.

 

  • Tidak menyusui bayi

ASI merupakan salah satu cairan tubuh yang dapat membawa virus HIV. Oleh sebab itu, seorang ibu yang mengidap HIV tidak disarankan untuk menyusui bayinya. Sebagai gantinya, bayi bisa mendapatkan nutrisi dari susu formula, yang disesuaikan dengan kondisi bayi.

 

Dapat disimpulkan kalau mitos bayi yang dikandung oleh wanita dengan status positif HIV pasti akan selalu tertular tidaklah benar. Dengan penanganan yang tepat, wanita dengan status positif HIV pun bisa melahirkan bayi yang sehat. Jadi, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan status HIV pada saat hamil dan merencanakan kehamilan jika memungkinkan. Salam sehat!

 

Baca juga: Hubungan Seksual Aman bagi Pengidap HIV/AIDS

 

Jenis Penyakit Seks Menular - GueSehat.com