Tanggal 1 Desember ditetapkan sebagai Hari AIDS Sedunia. Tujuan dari ditetapkannya tanggal tersebut sebagai hari AIDS adalah untuk meningkatkan kewaspadaan (awareness) publik terhadap bahaya penyakit ini, mengingat tidak sedikit dari pengidapnya yang meninggal. Untuk memudahkan kita mengampanyekan tindakan pencegahan HIV/AIDS, cukup ingat selalu rumus ABCDE. Apakah itu?

 

A: ABSTINENCE from casual sex

Virus HIV dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui darah, sperma, cairan praejakulasi, cairan vagina, cairan rectal (anus), dan ASI. Cairan ini harus mengalami kontak langsung dengan selaput membran, jaringan yang luka, atau diinjeksi langsung ke peredaran darah untuk bisa menyebabkan infeksi kepada orang lain.

 

Kebanyakan pasien HIV/AIDS mendapatkan infeksi virus melalui perilaku seks berisiko. Sisanya mendapatkan infeksi tersebut melalui penggunaan jarum suntik bergantian, penularan dari ibu kepada bayinya, maupun pekerja medis yang tanpa sengaja tertular dari pasien yang dirawatnya.

 

Baca juga: 7 Penyakit Kulit Akibat HIV/AIDS

 

Perilaku seks yang tergolong berisiko antara lain bergonta-ganti pasangan, melakukan seks anal, dan tidak menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual, termasuk HIV.

 

Memiliki perilaku seks yang sehat memegang peranan penting dalam meminimalisasi penularan virus HIV. Casual sex adalah aktivitas seksual yang dilakukan oleh orang yang bukan merupakan pasangan resmi atau tetapnya, maupun dilakukan dengan orang yang tidak dikenal.

 

Abstinence from casual sex berarti tidak melakukan aktivitas seksual selain dengan pasangan resmi atau tetapnya. Dalam istilah sederhana, tidak bergonta-ganti pasangan. Perilaku ini akan meminimalisasi kemungkinan penularan virus HIV dengan sangat efektif.

 

B: BE FAITHFUL

Memiliki lebih dari satu pasangan seksual akan meningkatkan risiko seseorang terjangkit virus HIV. Hal ini disebabkan pada saat seseorang berhubungan seksual dengan pasangannya, orang tersebut juga dapat terpapar virus yang dibawanya dari orang lain. Untuk alasan tersebut, ada baiknya membatasi jumlah partner seksual sepanjang kita hidup, atau lebih tepatnya selalu mempraktikkan relasi monogami.

 

Setia dengan satu pasangan tidak hanya membawa dampak psikologis berupa perasaan bahagia, melainkan juga dapat membantu memutus jalur penularan penyakit HIV. Menikah tidak menjamin seseorang terhindar dari risiko tertular penyakit HIV, terutama jika salah satu atau kedua belah pihak menjalin hubungan dengan pihak lain yang melibatkan kontak seksual di dalamnya, contohnya selingkuh, menggunakan jasa prostitusi, maupun berpoligami.

 

Baca juga: 7 Fakta Obat Antiretroviral untuk Pengobatan HIV/AIDS

 

C: CONDOM usage, especially in high-risk sex

Selama ini, kondom lebih banyak dikenal sebagai alat kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur jarak kelahiran ataupun mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Akan tetapi, kondom memiliki peran yang cukup besar dalam mengontrol penyebaran penyakit HIV karena terbuat dari material yang tidak memungkinkan virus HIV melewatinya.

 

Bagi mereka yang memutuskan untuk tetap menjalani perilaku seks berisiko maupun hubungan non-monogami tanpa mengetahui status HIV partner seksualnya, penggunaan kondom dapat membantu mencegah penularan penyakit HIV dengan cukup efektif.

 

Bahkan pada pasangan yang memutuskan untuk melakukan seks selain jalur vaginal (contohnya seks anal), kondom tetap harus digunakan. Sebagai tambahan informasi, seks anal merupakan aktivitas yang sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan, mengingat aktivitas ini memiliki risiko penularan HIV yang sangat tinggi karena melibatkan iritasi selaput membran, kontak dengan cairan tubuh pembawa virus, serta kemungkinan terjadi perdarahan.

 

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa kondom dapat membantu mencegah penularan HIV hanya apabila digunakan dengan cara yang benar. Teknik penggunaan kondom yang kurang tepat akan menurunkan efek protektif dari alat tersebut.

 

Jenis-jenis Penyakit Seks Menular - GueSehat.com

 

D: DETECT early & DO NOT use drugs

Terdapat mitos yang menyatakan bahwa virus HIV hanya bisa menyerang kaum homoseksual, pekerja seks komersial, dan pekerja medis yang berinteraksi dengan penderita AIDS. Mitos ini tidaklah benar. Faktanya, HIV dapat menyerang semua orang, baik melalui aktivitas yang disengaja maupun tidak.

 

Lebih daripada itu, seseorang bisa saja berstatus positif HIV tetapi tidak menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Padahal, selama itu pula dirinya berisiko menularkan virus tersebut kepada orang lain. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui status HIV kita.

 

Baca juga: Tempat Ini Menyediakan Layanan Tes HIV yang Nyaman

 

Center of Disease Prevention and Control (CDC) merekomendasikan setiap orang berusia 13-64 tahun untuk setidaknya melakukan satu kali pemeriksaan status HIV sepanjang hidup mereka. Pada mereka yang memiliki perilaku seks berisiko, pemeriksaan status HIV sebaiknya dilakukan rutin setiap tahun, atau segera jika mengalami gejala flu-like illness, seperti meriang, lemas, sakit tenggorokan, bercak kemerahan di kulit, seriawan, dan lain sebagainya. Gejala seperti ini memang dapat muncul pada berbagai infeksi virus, tetapi bisa juga itu adalah masa infeksi akut dari virus HIV.

 

Khusus untuk ibu hamil, sekalipun merasa risiko tertular HIV rendah, tetap direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan status HIV setidaknya satu kali selama masa kehamilan (paling baik di awal kehamilan). Hal ini akan meningkatkan peluang untuk melakukan tindakan yang tepat untuk meminimalisasi penularan virus HIV dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Jadi, bukan tidak mungkin seorang ibu yang berstatus positif HIV untuk dapat melahirkan bayi yang sehat.

 

Selain itu, penularan HIV juga tinggi pada pengguna obat-obatan terlarang, terkait tingginya aktivitas penggunaan jarum suntik non-steril bergiliran. Untuk menghindari hal ini, tentunya hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menjauhi obat-obatan terlarang.

 

E: Education

Banyak orang yang tidak memiliki akses pada pengetahuan yang tepat mengenai kesehatan seksual. Padahal, banyak sekali bahaya yang mengintai apabila kita tidak mendapatkan pengetahuan yang benar seputar kesehatan seksual, termasuk soal penyakit HIV/AIDS.

 

Sayangnya, di luar sana banyak sekali mitos yang beredar tentang penyakit ini. Tidak sedikit di antaranya yang tidak benar dan malah menyebabkan pemahaman yang salah, baik tentang penyakit maupun penderitanya. Oleh sebab itu, penting untuk selalu mencari akses informasi yang tepercaya untuk mempelajari segala sesuatu seputar kesehatan seksual, termasuk penyakit HIV/AIDS.

 

Jadi, masih dalam rangka Hari AIDS Sedunia, mari kita turut berkontribusi untuk memutus rantai penyebaran penyakit HIV/AIDS. Ingat selalu rumus ABCDE ini dan kampanyekan kepada siapapun yang Geng Sehat jumpai. Salam sehat!

 

Baca juga: Hubungan Seksual Aman bagi Pengidap HIV/AIDS