Salah satu cara penyebaran virus HIV/AIDS adalah melalui aktivitas seksual. Namun, bukan berarti jika Kamu atau pasanganmu adalah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), kalian tidak bisa melakukan aktivitas seksual sama sekali. Seorang pengidap HIV masih dapat melakukan aktivitas seksual tersebut selama mereka memperhatikan cara yang aman dan tepat.

 
Baca juga: Kampanye KB dan Bahaya HIV, Akankah Dibatasi?

 

Ketahui Kontak Fisik Seperti Apa yang Terbilang Aman untuk Dilakukan

Sebelum terlalu jauh berbicara mengenai aktivitas seksual, ada baiknya Kamu memahami dulu kontak fisik seperti apa yang sebenarnya dapat berisiko menularkan HIV dan kontak fisik apa yang sebenarnya aman dilakukan. Kontak fisik seperti berciuman dan berpelukan sebenarnya merupakan aktivitas yang terbilang aman untuk dilakukan karena virus HIV tidak dapat menular melalui air liur ataupun sentuhan.

 

Meski begitu, ada risiko kecil untuk tertular virus ini apabila salah satu pasangan yang mengidap HIV mengalami luka pada tubuh atau terdapat seriawan di bagian mulut. Namun, menurut para ahli hal ini masih belum dapat dipastikan kebenarannya. Jadi, tak perlu takut akan tertular HIV apabila Kamu hanya sekadar berciuman atau berpelukan.

 

Baca juga: Hari Aids Sedunia: Yuk, Cegah Penularan HIV Melalui Metode PPIA!

 

 

Lakukan Aktivitas Seksual Secara Aman

Nah, setelah mengetahui batasan dalam melakukan aktivitas seksual sebagai ODHA bersama pasangan, ada beberapa hal selanjutnya yang perlu Kamu ketahui agar kehidupan seks bersama pasangan bisa tetap aman.

  1. Jujurlah kepada pasanganmu

    Cara terbaik memastikan keamanan dan kelancaran kehidupan seksualmu bersama pasangan adalah dengan bersikap selalu jujur. Beri tahukan pasangan mengenai risiko apa saja yang bisa terjadi dari aktivitas seksual yang dilakukan dan bagaimana cara untuk mengatasinya. Bicarakan pula kepada pasangan mengenai rencana lain yang mungkin saja bisa terjadi tanpa Kamu perkirakan sebelumnya, seperti melakukan perawatan Post Exposure Prophylaxis (PEP) saat kondom yang digunakan mengalami kebocoran.

  2. Selalu menggunakan alat kontrasepsi

    Virus HIV dapat menular melalui cairan tubuh, dalam hal ini adalah cairan kelamin (sperma, vagina). Maka dari itu, jika salah satu dari pasangan mengidap HIV, maka pastikan untuk selalu menggunakan alat kontrasepsi kondom. Seks menggunakan pelindung merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi risiko penularan HIV.

  3. Berhati-hatilah jika melakukan oral seks

    Risiko tertular HIV melalui oral seks sebenarnya memang kecil. Namun, bukan berarti ini tidak perlu diperhatikan. Risiko penularan bisa saja terjadi jika pasangan yang melakukan oral seks mengalami luka pada bagian mulutnya, seperti seriawan, gusi berdarah, atau bersentuhan langsung dengan darah menstruasi. Apabila pengidap HIV mengalami ejakulasi pada mulut pasangan yang memiliki luka pada mulutnya, maka ini bisa berpotensi menyebabkan penularan virus HIV. Maka dari itu, pengidap HIV sebaiknya lebih mempertimbangkan aktivitas seksual dengan cara yang satu ini. Jika memang ingin melakukannya, sebaiknya gunakan kondom atau dental dam.

  4. Gunakan bantuan obat-obatan

    Melakukan terapi obat dengan mengonsumsi antiretroviral (ART) bisa menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh dan membuatnya tidak terdeteksi. Penelitian mengungkapkan bahwa jika jumlah virus yang ada tidak terdeteksi, risiko penularan pun akan menurun. Untuk menggunakan jenis obat antiretroviral, pastikan Kamu sudah mengonsultasikannya dengan dokter.

    Obat antiretroviral juga dapat digunakan oleh orang-orang yang negatif HIV jika memiliki hubungan dengan seorang ODHA. Obat ini bisa digunakan baik setelah (Post Exposure Prophylaxis) atau sebelum (Pra Exposure Prophylaxis) melakukan hubungan seksual. Post Exposure Prophylaxis (PEP) biasanya digunakan saat seseorang yang negatif HIV merasa telah berhubungan dengan seorang pengidap HIV atau saat kondom yang digunakan robek. Jika kondisi ini terjadi, obat antiretroviral dapat digunakan selama 28 hari untuk mencegah virus bertahan dalam tubuh. Obat ini dapat bekerja efektif jika dilakukan secepat mungkin setelah seseorang dirasa telah terinfeksi atau setidaknya dalam waktu 72 jam.

    Sedangkan Pra Exposure Prophylaxis (PrPP) adalah pengobatan antiretroviral yang dapat digunakan sebelum seseorang dengan HIV negatif terpapar virus. Obat ini berfungsi untuk melindungi dari infeksi yang mungkin terjadi. Penggunaan antiretroviral pada tahap PrPP biasanya dilakukan oleh pasangan wanita yang ingin memperoleh keturunan dari pasangan yang mengidap HIV. Obat ini dapat membantu wanita dan calon bayinya tetap aman dari infeksi virus HIV.

 

Hidup sebagai pengidap HIV/AIDS bukan berarti tidak bisa melakukan aktivitas seksual bersama pasangan. Dengan beberapa tips di atas, Kamu dan pasangan masih bisa kok melakukan hubungan seks yang aman. Oh ya, selain melakukan tips tersebut, pastikan Kamu dan pasangan juga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi masing-masing, ya! (BAG/AS)

 

Baca juga: Inilah Syarat Pemberian ASI bagi Ibu dengan HIV