Salah satu keluhan yang sering saya dengar dari pasien yang sedang dirawat di rumah sakit adalah: ‘Saya enggak mau disuntik, Mbak. Obatnya enggak bisa yang diminum saja?’. Tapi di lain pihak, banyak pula pasien yang meminta ‘Mbak, obatnya yang disuntik saja, jangan cuma yang diminum begini. Biar lebih manjur!’ Mungkin Anda juga pernah bertanya-tanya, kenapa sih ada obat yang diminum biasa, tapi ada juga obat yang pemberiannya harus diberikan lewat suntik? Dan apa sih Perbedaan obat suntik dan obat oral? Yuk, simak ulasan di bawah ini!

Jenis rute pemberian obat

Ada bermacam-macam cara untuk memberikan suatu obat kepada pasien, atau biasa disebut dengan rute administrasi obat. Secara garis besar, dibagi menjadi rute oral dan parenteral. Rute parenteral sebenarnya adalah semua rute non-oral, namun rute parenteral lebih sering diasosiasikan dengan pemberian obat lewat injeksi atau suntikan.

Pemberian obat secara per oral

Sesuai namanya, pemberian obat secara per oral adalah melalui mulut, baik dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, dan bentuk sediaan lainnya. Pemberian obat secara per oral memiliki beberapa keunggulan. Yang pertama, cara ini adalah cara pemberian obat yang paling mudah dilakukan oleh pasien karena tidak membutuhkan keahlian dan alat khusus. Kedua, cara pemberian ini juga lebih nyaman untuk pasien karena tidak bersifat invasif seperti halnya jika obat harus disuntik. Dan ketiga, harga obat-obatan oral cenderung jauh lebih ekonomis dibandingkan obat suntik. Hal ini dikarenakan ongkos produksi per unit obat oral cenderung lebih murah daripada obat injeksi.

Baca Juga : Mengapa Efek Obat Bervariasi pada Setiap Orang?

Namun, pemberian obat secara per oral juga memiliki beberapa kelemahan. Yang pertama, adalah karena dapat terjadinya variasi absorbsi obat. Jadi ceritanya, saat Anda mengonsumsi obat secara per oral, obat akan masuk ke saluran pencernaan. Saat obat mencapai lambung atau usus, obat akan diserap dari saluran cerna untuk masuk ke pembuluh darah. Proses inilah yang disebut dengan absorbsi obat. Setelah masuk ke dalam peredaran darah, obat dapat menuju ke tempatnya bekerja dan pada tempat itulah obat akan memberikan efek terapinya kepada tubuh. Oleh karena itu, proses absorbsi berperan sangat vital dalam menentukan seberapa banyak obat yang dapat bekerja memberikan efek terapi untuk tubuh. Kelemahan obat yang diberikan secara oral adalah absorbsi ini dapat dipengaruhi oleh adanya makanan, enzim, maupun asam lambung yang merusak obat. Jika jumlah yang diabsorbsi tidak maksimal, maka efek terapi juga tidak akan maksimal. Kelemahan kedua adalah cara pemberian obat secara oral tidak cocok digunakan untuk pasien dengan beberapa kondisi khusus. Contohnya, pasien yang memiliki kesulitan menelan. Juga tidak cocok digunakan untuk pasien yang sedang mengalami muntah-muntah, karena bisa jadi obat yang diminum tidak terabsorbsi sempurna dan keluar bersama muntahnya. Cara pemberian obat secara oral juga tidak dapat dilakukan untuk pasien yang sedang tidak sadarkan diri (misalnya pingsan atau masih dalam pengaruh obat bius setelah operasi), serta untuk pasien yang tidak kooperatif (misalnya pasien sedang mengamuk).

Pemberian Obat Secara Injeksi

Pemberian obat secara injeksi atau melalui penyuntikkan dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu intravena (IV), intramuscular (IM), subkutan (SC), dan intratekal (IT). Pemberian secara intravena adalah saat obat disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena. Rute intravena biasanya dilakukan untuk mendapatkan efek obat yang cepat, karena tidak diperlukan adanya proses absorbsi seperti yang saya ceritakan di atas tadi. Sebab, obat langsung masuk ke peredaran darah. Jika Anda menerima obat secara intravena, obat dapat diberikan dalam suntikan langsung (bolus), atau diinfuskan terus menerus. Pemberian obat secara intramuskular adalah menyuntikkan obat ke lapisan otot. Biasanya rute ini dipilih jika diinginkan efek obat yang pelan-pelan terlepas ke dalam pembuluh darah. Sedangkan rute subkutan dipilih untuk obat dengan struktur kimia besar, seperti produk protein. Nah, kalau injeksi intratekal diberikan ke tulang belakang, misalnya obat bius regional saat dilakukan sectio caesarea.   Keuntungan pemberian obat secara injeksi, salah satunya sudah saya sebutkan tadi. Ya, efek terapi terjadi secara cepat! Saya berikan satu perbandingan. Obat penahan rasa sakit (pain killer) bernama ketorolak tersedia dalam bentuk injeksi dan tablet oral. Setelah diberikan atau dikonsumsi, ketorolak injeksi akan mulai meredakan rasa sakit dalam waktu kurang lebih 10 menit, sedangkan apabila diberikan tablet maka efek meredakan rasa nyeri baru terjadi 30 hingga 60 menit setelah pemberian! Kecepatan timbulnya efek terapi ini penting untuk obat-obat yang bersifat life saving, misalnya pada kondisi henti jantung. Pemberian secara injeksi juga lebih dipilih pada pasien yang sedang berada dalam kondisi tidak sadar dan tidak kooperatif. Namun, pemberian obat secara injeksi juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, dibutuhkan tenaga kesehatan profesional seperti dokter atau perawat untuk memberikan obat tersebut kepada pasien. Kedua, seperti yang sudah saya paparkan di atas, obat dalam bentuk injeksi biasanya memiliki harga yang lebih mahal. Hal ini karena obat yang diberikan dalam bentuk injeksi haruslah steril, dan proses produksinya pun lebih ribet dibanding sediaan oral.

Pilihan obat oral vs obat parenteral (injeksi)

Setelah Anda menyimak pemaparan di atas, Anda dapat melihat bahwa pemberian obat oral dan parenteral atau injeksi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi, tidak ada yang absolut lebih baik daripada yang lain. Dokter Anda pasti sudah memilihkan rute pemberian obat yang terbaik buat kondisi Anda, jadi Anda tidak perlu khawatir. Dalam praktek klinis, biasanya rute oral akan menjadi pilihan pertama pemberian terapi obat. Rute injeksi akan dipilih jika pasien tidak dapat menerima obat lewat mulut, misalnya pada kondisi tidak sadarkan diri atau tidak kooperatif. Selain itu, ada beberapa obat yang hanya tersedia dalam bentuk injeksi saja (tidak ada bentuk oral yang tersedia), maka injeksi menjadi pilihan. Untuk pasien yang sedang berada dalam kondisi mengancam jiwa dimana dibutuhkan pertolongan secara cepat, maka pemberian injeksi tentunya menjadi pilihan. Nah, itu dia perbedaan obat suntik dan obat oral. Ternyata ada banyak sekali hal yang harus diperhatikan, ya! Dan ternyata pemilihan pemberian obat secara oral ataukah injeksi ditentukan oleh banyak faktor, mulai dari kondisi fisik pasien, bentuk sediaan yang tersedia, serta efek yang diharapkan.

Salam sehat!