Pandemi COVID-19 tidak dapat dipungkiri menciptakan banyak perubahan dalam kehidupan kita. Biasanya kita dapat berjalan-jalan keluar rumah dengan santai, sekarang harus pakai masker dan selalu bawa hand sanitizer, kadang-kadang malah sekaligus pakai sarung tangan.

 

Kita juga semakin memperhatikan kesehatan dan melakukan berbagai langkah agar kita terhindar dari penyakit. Mulai dari rutin mengonsumsi multivitamin atau suplemen, menjaga asupan makanan selalu sehat, berolahraga secara teratur, hingga rajin berjemur di bawah sinar matahari pagi.

 

Salah satu ‘fenomena’ yang saya amati dalam rangka peningkatan kualitas hidup untuk mencegah terjangkit COVID-19 adalah banyaknya masyarakat yang mulai melirik kembali jamu dari bahan alam.

 

Banyak masyarakat yang kemudian membuat jamu sendiri dari tanaman yang memang sudah secara empiris dikenal berkhasiat dalam menjaga kesehatan tubuh, antara lain kunyit, temulawak, jahe, sereh, dan lain sebagainya. Tidak sedikit juga yang kemudian menjadikan pembuatan jamu rumahan siap minum ini sebagai bisnis alias dijual kepada orang lain.

 

Baca juga: Praktis Mengonsumsi Jamu Temulawak, Jahe, dan Kunyit!

 

Cara Membuat Jamu di Rumah

Membuat jamu sendiri di rumah sebenarnya susah-susah gampang. Saya sendiri ingat ketika kuliah dulu, terutama ketika praktikum terkait bahan alam, sesungguhnya mengolah bahan untuk jamu bukan hal yang mudah. Diperlukan cara-cara khusus agar perlakuan yang kita berikan tidak merusak zat berkhasiat yang ada dalam bahan jamu tersebut. Pun higienitas harus dijaga, jangan sampai ada mikroba dari bahan yang digunakan untuk membuat jamu justru mencemari hasil akhir jamu.

 

Nah, bagi Geng Sehat yang belum biasa membuat jamu di rumah sendiri namun tertarik untuk membuat jamu di rumah, berikut ini ada beberapa langkah aman yang bisa dilakukan dengan konsep utama sejalan dengan upaya penanggulangan penyebaran COVID-19 yaitu menjaga higienitas.

 

Pertama, bahan segar jamu sebaiknya dicuci dengan air mengalir, lalu kemudian dikeringkan dan disimpan di tempat yang bersih dan kering. Menyimpan bahan segar jamu dalam kondisi basah tidak disarankan karena dapat menjadi tempat tumbuh yang baik bagi jamur.

 

Kedua, selama pengolahan Geng Sehat semua harus memperhatikan kebersihan, baik alat dan bahan yang digunakan serta tentu saja kita sebagai pembuatnya. Jadi, seluruh tempat yang digunakan berikut alat-alat seperti pisau atau pemarut selalu dalam keadaan bersih.

 

Sedangkan kita sendiri juga menggunakan pakaian yang bersih dan sebelum mengolah jamu hendaknya juga sudah cuci tangan terlebih dahulu dengan air mengalir selama 20 detik. Untuk proteksi tambahan bisa menggunakan sarung tangan serta masker. Masker ini tentu saja untuk meminimalkan potensi droplet dari pembuat tercampur ke olahan jamu kita. Satu lagi, selalu gunakan air bersih yang sudah direbus sampai mendidih.

 

Baca juga: Beberapa Interaksi Antara Obat dan Jamu yang Perlu Kamu Tahu!
 

Nah, setelah selesai, maka langkah amannya akan terkait dengan penyimpanan. Disarankan untuk selalu menyimpan olahan jamu pada wadah yang berlabel food grade, sebab jamu tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia.

 

Jadi tidak disarankan untuk menyimpan jamu misalnya di botol bekas air mineral sekali pakai. Kemudian, olahan jamu dapat disimpan pada suhu sejuk dan sebaiknya jangan terlalu lama. Bukan apa-apa, dalam pengolahan kita tidak menggunakan bahan pengawet sehingga jika konsumsinya tidak langsung pada hari yang sama, agak sulit mengukur kelayakannya untuk dikonsumsi dalam beberapa hari ke depan.

 

Terakhir, sebelum dikonsumsi, satu hal lain yang harus dipastikan adalah tidak ada perubahan warna dan bau pada jamu yang telah disimpan. Plus, dicicip sedikit dulu, kalau rasanya juga tidak berubah, barulah jamu tersebut dikatakan layak untuk dikonsumsi.

 

Dalam konsumsi jamu olahan sendiri, kita juga harus memperhatikan reaksi alergi yang ditimbulkan. Reaksi ini bisa berbeda antar manusia. Jika sesudah meminum jamu olahan sendiri ada gatal-gatal misalnya, maka konsumsinya bisa dihentikan terlebih dahulu.

 

Selain itu, sebaiknya juga kita mengolah dan mengonsumsi jamu dalam takaran dan kombinasi yang tidak berlebihan serta setidak-tidaknya secara empiris terbukti aman. Serta kita harus ekstra hati-hati ketika memberikan olahan jamu pada kelompok yang berisiko seperti bayi, anak-anak, wanita hamil, orang lanjut usia, serta kondisi penyakit tertentu.

 

Gengs, itu dia hal-hal yang perlu Kamu perhatikan jika Kamu berniat membuat dan mengolah jamu sendiri di rumah. Mulai dari proses penyiapan, pembuatan, penyimpanan, hingga saat mengonsumsinya ada hal-hal yang sebaiknya diperhatikan agar jamu yang dihasilkan memberikan manfaat yang sebaik-baiknya bagi kesehatan.

 

Ikhtiar kita mengolah jamu sendiri adalah untuk menunjang kesehatan, sehingga jamu dibuat sebaik-baiknya untuk mendukung tujuan itu dan bukan sebaliknya. Salam sehat!

 

Baca juga: Mengenal Fitofarmaka, Bukan “Jamu” Biasa

 

 

 

Referensi:

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2020.