Guna memutus penularan Covid-19, salah satu protokol wajib bagi individu yang tertular atau positif Covid-19 tanpa gejala maupun gejala ringan adalah menjalani isolasi mandiri. Penderita penyakit kronis, seperti hipertensi dan diabetes yang positif Covid-19, memang disarankan ke rumah sakit karena risiko tinggi.

 

Dijelaskan oleh dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD, dalam Instagram Live Good Doctor dan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Sabtu (28/8), isolasi mandiri hendaknya dipersiapkan dengan baik, terutama pada orang dengan kondisi khusus.

 

Persiapan yang harus dilakukan selama isolasi mandiri, baik untuk pasien tanpa gejala (10 hari isolasi mandiri) maupun bergejala ringan-sedang (10+3 hari), adalah logistik dan medis. Nah, bagaimana dengan pengobatan untuk orang dengan penyakit kronis? Simak penjelasan lengkapnya ya!

 

Baca juga: Penjelasan Mengapa Saturasi Oksigen Pasien COVID-19 Turun

 

Sindrom Pelana Kuda Covid-19 dan Komorbid Penyakit Kronis

Menurut dr. Jeff, ada tiga fase COVID-19 yaitu fase pertama, fase pulmonary, dan fase badai sitokin. Pasien Covid-19 juga kadang mengalami sindrom pelana kuda, kondisi yang naik-turun sehingga penderita mengira sudah sembuh dan menjadi lengah.

 

“Selain jangan sampai lengah, pengobatan harus dilakukan agresif sebelum masuk fase dua atau fase pulmonary, apalagi sampai masuk ke fase tiga atau badai sitokin. Terlebih pada orang dengan komorbid penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi dan lansia, di mana risiko kematian meningkat enam kali lipat,” jelasnya.

 

Komorbid, tambah dr. Jeff, adalah salah satu indikasi pasien seharusnya dirawat di rumah sakit. Terlebih bila komorbidnya lebih dari dua penyakit, maka dianjurkan untuk dirawat seperti pasien COVID gejala sedang. “Namun, orang dengan komorbid boleh isoman bila kondisinya terkontrol dengan obat rutin,” jelas dr. Jeff.

 

Selama isoman, orang dengan komorbid disarankan tetap rutin minum obatnya dan memantau saturasi oksigen. Lansia biasanya minum banyak obat atau polifarmasi sehingga perlu dipantau oleh dokter berkaitan dengan obat yang harus dilanjutkan, obat yang perlu dihentikan dulu sementara, dan obat yang dosisnya perlu disesuaikan atau diganti.

 

Pada pasien diabetes misalnya, biasanya kadar gula darah naik karena Covid-19, sehingga memerlukan injeksi insulin. Bila minum polifarmasi, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter. Bila sulit ke rumah sakit, manfaatkan telemedicine atau konsultasi daring dengan dokter. 

 

Baca juga: Apa Itu Badai Sitokin pada Covid-19?
 

Obat dan suplemen yang harus disiapkan

Persediaan obat selama isoman biasanya menjadi perhatian pasien. Menurut dr. Jeff, sekarang banyak sekali tersedia paket isoman, dikemas dalam boks dan dilengkapi daftar obat beserta dosisnya. “Kita harus kritis dan tahu, apa saja isinya. Jangan cuma terima paket dan langsung minum obatnya. Di dalam paket banyak sekali obat, bisa belasan,” jelasnya.

 

Berikut panduan mengonsumsi obat selama isoman:

  • Pertama, cocokkan obat dengan daftarnya. Cek diri sendiri, kita masuk kategori mana: OTG, ringan, sedang, atau berat? Setelah itu cek pedoman yang sudah disusun, antra lain bisa dilihat di Panduan Isolasi Mandiri dari GoodDoctor. Untuk gejala ringan obatnya lebih sederhana, cukup vitamin C, D, zinc, juga vitamin B dan E.

  • Obat tambahan—biasanya antivirus (favipiravir), dan mungkin juga antibiotik. Namun harus ada indikasinya, dan biasanya ditemukan oleh dokter/nakes. Untuk antibiotik, indikasinya yaitu infeksi sekunder, biasanya oleh bakteri H. influenza atau Strepococcus. Kedua bakteri ini sering menjadi infeksi oportunistik pasien Covid. Kalau ada tanda infeksi bakteri ini, apalagi ada tanda atipikal/tidak khas, boleh diberikan antibiotik, biasanya azithromycin.

  • Kalau ada gejala batuk, dahak diperiksa dulu dengan pemeriksaan lab apus, apakah ada kuman infeksi sekunder.

  • Untuk gejala berat juga diperlukan antivirus, dan bisa dipertimbangkan antikoagulan (pengencer darah). Ini harus berdasarkan pertimbangan dokter, jangan konsumsi sendiri.

  • Untuk gejala berat, diperlukan steroid. Biasanya ada penurunan saturasi oksigen, sehingga perlu oksigen. Namun ada salah kaprah. Di dalam paket isoman terdapat steroid tablet, padahal yang dianjurkan adalah steroid infus/IV, bukan yang tablet. Untuk steroid tablet, bukti ilmiahnya untuk Covid-19 belum jelas.

  • Hindari pemakaian obat yang harus dengan penilaian dokter. Biar tidak bingung, wajib dipantau oleh dokter, bisa melalui telemedicine.

 

Untuk memudahkan masyarakat menjalani isolasi mandiri, Good Doctor memiliki e-book panduan isolasi mandiri yang bisa diakses melalui website, Aplikasi GoodDoctor juga melayani pendaftaran vaksinasi COVID-19.

 

“Panduan sudah sangat lengkap, dikurasi oleh dokter, dan selalu kita perbarui dengan perkembangan terbaru. Selama isolasi mandiri pasien disarankan tetap terhubung dengan tenaga medis, melalui telemedicine,” ungkap dr Adhiatma selaku Head of Medical Management Good Doctor Technology Indonesia.

 

Baca juga: Kamu Layak Vaksin Covid-19 atau Tidak? Cek Rekomendasi Terbaru dari PAPDI