Permainan ayunan dan perosotan umumnya bisa ditemukan di taman atau tempat bermain. Karena, hampir semua anak-anak menyukainya. Ya, hampir semua, yang mana ada beberapa di antaranya justru ketakutan dengan dua permainan tersebut. Berikut alasannya.

 

Kenapa Perosotan dan Ayunan Membuat Anak Takut?

Apakah si Kecil terlihat takut berayun, menghindari eskalator dan lift, dan takut dengan perubahan posisi kepala seperti saat dimiringkan ke belakang atau terbalik? Jika ya, maka ia mungkin merasa tidak aman secara gravitasi, atau biasa disebut juga sebagai ketidakamanan gravitasi (gravitational insecurity).

 

Ketidakamanan gravitasi berasal dari respons sistem vestibular (sistem keseimbangan tubuh dan gerak) yang terlalu reaktif ketika terjadi input vestibular (segala sesuatu yang melibatkan gerakan atau perubahan posisi kepala). Ini bisa termasuk berdiri dari lantai, membungkuk untuk mengambil sesuatu, merangkak atau berjalan di atas permukaan yang tidak rata, atau memanjat permainan. Organ yang terletak di telinga bagian dalam adalah yang bertanggung jawab atas input vestibular, dan pada anak dengan gravitational insecurity, mendeteksi gerakan dan tarikan gravitasi terlalu ekstrem. Perilaku khusus yang dapat diamati ini adalah manifestasi dari sistem vestibular yang hiperresponsif, yang berarti reseptor gravitasi anak sangat sensitif. 

 

Seorang anak dengan ketidakamanan gravitasi memproses tarikan gravitasi sebagai ancaman, sehingga pengalaman gerakan sehari-hari, seperti turun dari trotoar atau masuk dan keluar dari mobil bisa menakutkan. Anak menjadi sangat cemas dengan aktivitas tertentu karena ia merasakan gerakan terjadi lebih besar dari yang sebenarnya. Ia pun takut memindahkan dirinya sendiri, digerakkan oleh orang lain, atau kakinya terangkat dari tanah. Selain menghindari ayunan dan perosotan, anak-anak yang merasa tidak aman secara gravitasi cenderung menghindari melompat, digendong, atau duduk di kursi yang terlalu tinggi dan kakinya tidak dapat menyentuh tanah.

 

Berikut adalah beberapa tanda lain yang bisa diamati jika anak memiliki ketidakamanan gravitasi:

-Tidak suka menaiki mainan bergerak, seperti kuda goyang, mobil mainan, dan lain-lain.

-Tidak suka terbalik.

- Menunjukkan kecemasan ketika Mums mengubah posisinya secara drastis. Misal dari posisi duduk menjadi berbaring ketika akan menggantikan popoknya.

- Menangis atau menolak memiringkan kepala ke belakang saat mandi.

- Menghindari naik atau turun tangga atau memakan waktu lebih lama dari anak lain.

- Tidak akan merangkak atau berjalan di permukaan yang tidak rata.

  • Merasa mual dengan aktivitas yang banyak aktivitas melambung, seperti melompat, memanjat, diayun, diangkat, dan semacamnya.

 

 

 
 
Baca juga: Cegah Risiko Cacat, Pemerintah Wajibkan Skrining Hipotiroid Kongenital pada Bayi

 

 

Yang Orang Tua Bisa Lakukan

Penting untuk menghormati reaksi anak jika ia memperlihatkan ketakutan gravitasi semacam ini dan tidak memperlakukannya sebagai masalah emosional atau perilaku, karena hanya akan memperburuk keadaan. Sebaliknya, Mums dan Dads bisa melakukan beberapa cara untuk membantu mengatasi ketakutannya, antara lain:

  • Ajak si Kecil bermain ayunan yang memungkinkan kakinya menyentuh tanah. Atau, Mums juga bisa memangkunya di ayunan sehingga ia merasa lebih aman saat bergerak. 
  • Cobalah mengalihkan perhatian dengan bermain dan berimajinasi selama aktivitas yang menantang. Misal, saat ia menaiki komidi putar yang berayun, ajak ia untuk berimajinasi bahwa ia memiliki kekuatan super untuk terbang.
  • Terkadang menambah berat akan membantu anak merasa lebih aman. Misal, jika ia akan bermain ayunan, pakaikan ia ransel yang diisi beberapa barang agar membuatnya merasa memiliki pemberat saat nanti mengayun. 
  • Berikan waktu tambahan ketika ia mau mencoba aktivitas yang membuatnya cemas. Jika waktu bermainnya terbatas, komunikasikan hal ini lebih awal agar ia tahu apa yang harus diharapkannya.

 

 

Baca juga: Apakah Kondisi Sperma Seperti ini Bisa Pengaruhi Tingkat Kehamilan?

 

 

  • Pilih aktivitas yang lebih mudah ditolerir oleh anak. Gerakan bolak-balik yang lembut biasanya lebih mudah ditoleransi daripada gerakan berputar melingkar atau di dalam lingkaran. Sementara, aktivitas yang melibatkan gerakan membalikkan kepala atau terbalik, biasanya merupakan jenis gerakan yang paling sulit untuk ditoleransi.
  • Bantu si Kecil secara bertahap melakukan aktivitas yang dianggapnya mengancam. Misal, Mums bisa mengajaknya bermain perosotan berukuran kecil, dan perlahan menaikkan tantangan ketika ia terlihat sudah menguasainya. Atau, mulailah dengan ayunan rendah.
  • Mendorong, tapi jangan memaksa. Jika si Kecil takut melakukan sesuatu seperti menaiki komidi putar atau mencoba memanjat dinding, beri semangat, namun jangan sampai memaksa. Pasalnya, memaksa hanya akan menyebabkan ketakutannya menjadi lebih dalam.
  • Pertimbangkan untuk menjelajahi lokasi yang akan dikunjungi si Kecil. Misal, jika ia diundang ke pesta ulang tahun yang akan diadakan di taman bermain, pergilah ke taman itu dan biarkan si Kecil menjelajah terlebih dahulu.
  • Temui ahli terapi okupasi pediatrik. Dengan terapi okupasi terstruktur, anak-anak dapat belajar untuk merasa lebih aman dengan variasi gerakan yang lebih luas dan dapat menguasai aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.

 

Yang terpenting, validasi rasa takut dan cemasnya sebagai sebuah perasaan yang nyata, agar ia tidak merasa tertinggal di dalam ketakutannya sendiri. Semoga berhasil ya, Mums. (IS)

 

Baca juga: Anak Umur 1 Tahun Belum Tumbuh Gigi, Normalkah?

 

 

Referensi:

Washington Post. Toddler Scared

All About Therapy for Kids.  Gravitational Insecurities

Napa Center. Sensory Behaviors

Popsugar Family. Scared Children