Membesarkan anak dan menjadi orang tua versi terbaik jelas bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi di saat ia tidak mengikuti instruksi dari Mums. Eits, jangan emosi dulu, ya. Ada beberapa tips yang bisa Mums lakukan ketika si Kecil tak mau menurut.

 

1. Hindari kata “jangan” 

Aturan pertama yang perlu dikuasai adalah menghindari mengatakan “jangan” kepada si Kecil. Kenapa? Karena saat Mums memberi tahu, “Jangan pegang itu!", yang anak dengar hanyalah kata kerjanya. Jadilah ia melakukan apa yang sebenarnya Mums larang. 

 

Pendekatan yang lebih efektif adalah katakan kepadanya apa yang Mums ingin ia lakukan. Misalnya, jika ia selalu ingin menyentuh lubang listrik, katakan, "Adek, benda itu bahaya banget kalau dipegang. Adek bisa kesetrum. Rasanya sakit, lho.”

 

 

 

 

2. Tak perlu merespons berlebihan

Ingatlah bahwa perhatian apa pun yang Mums berikan pada perilaku negatif, tetaplah perhatian. Maka, usahakan untuk tetap tenang bagaimanapun tingkah si Kecil. Semakin keras dan energik respons Mums, maka semakin besar kemungkinan anak untuk bertindak.

 

Misalnya, ketika si Kecil tertangkap basah memukul adiknya padahal sudah diberi tahu berulang kali, usahakan agar respons Mums tetap tenang saat itu terjadi. Tunjukkan kepada anak bahwa Mums menguasai situasi itu, bukan sebaliknya.

 

Cari juga kesempatan untuk membuat anak merasa dicintai dan dihargai. Peluklah ia dengan sering dan tatap matanya ketika Mums berbicara kepadanya. Hal sesimpel itu nyatanya dapat meredam emosi si Kecil untuk menolak permintaan Mums, lho.

 

Baca juga: 5 Cara Mendidik Anak agar Bertanggung Jawab, Terapkan Sejak Dini

 

3. Tak semua harus dibesar-besarkan

Semua orang tua tentunya ingin mendidik buah hati dengan sebaik-baiknya. Makanya, wajar saja jika Mums berkomitmen untuk mengajarkan kedisiplinan dan keteraturan sejak usia dini. Namun perlu diakui, mengajarkan balita disiplin dan menaati aturan bukanlah proses yang mudah. Tak jarang, ini pula yang menjadi pemicu si Kecil “melawan” Mums. 

 

Emosi? Tentu saja. Dalam pemahaman Mums, semua ini dilakukan demi kebaikan si Kecil, tetapi ia malah membangkang. Namun, apakah perlu semua hal dijadikan besar dan dibuat panjang? Tentu tidak. Maka dari itu, kunci agar Mums tetap waras dan si Kecil tidak tumbuh menjadi pribadi yang tertekan adalah dengan memilih hal yang wajib dikoreksi dan mana yang sesekali boleh dilanggar. 

 

Misalnya, jika si Kecil bersikeras tidur memakai baju untuk pergi, sementara untuk Mums hal tersebut tak pantas, maka biarkanlah. Si Kecil hanya mau mandi 1 kali sehari? Berilah ia kelonggaran sesekali dengan bernegosiasi bahwa ia tetap perlu sikat gigi dan diseka. 

 

Kondisi ini memang tak selalu ideal. Namun dengan pola pikir seperti ini, Mums pun akan menjadi sosok orang tua yang membuka pintu negosiasi, sehingga si Kecil tak akan langsung menolak jika Mums suruh. Melepaskan hal-hal kecil tidak hanya mengurangi tingkat stres Mums, melainkan juga membuat anak cenderung mau bekerja sama dalam segala kesempatan.

 

Baca juga: Terpikir Pakai Minyak Bayi sebagai Pelumas? Jangan Dilakukan, ya!

 

4. Sadari apa yang menjadi pemicu kemarahan 

Orang tua marah kepada anak, nyatanya tak selalu karena tingkah laku anak. Pemicu kemarahan itu sering sekali ada di dalam diri Mums sendiri. Merasa tidak berdaya, lelah, tergesa-gesa, tertekan, tidak yakin, frustrasi, atau kesal, semuanya memengaruhi cara Mums merespons si Kecil, lho. 

 

Misalnya, Mums merasa kesal dan menjadi ketus ketika si Kecil menolak untuk memakai baju yang sudah disiapkan. Apakah kemarahan Mums berasal karena baju? Nyatanya tidak selalu. Bisa jadi, Mums marah karena merasa tidak dipedulikan atau karena sudah hampir terlambat, sehingga merasa tak punya waktu untuk berdebat panjang soal baju.

 

Lalu harus bagaimana? Mengambil jeda sejenak akan membantu Mums mengidentifikasi pikiran dan perasaan negatif yang dirasakan. Ini mungkin merupakan langkah yang sulit pada awalnya, tetapi semakin sering Mums melakukannya dan semakin Mums menyadarinya, maka semakin mudah untuk menyadari apa yang akan dibawa ke dalam konflik. 

 

5. Empati itu penting 

Anak mengungkapkan pendapat berbeda dari orang dewasa. Si Kecil terkadang menggunakan air mata, teriakan, atau penolakan, alih-alih mengutarakannya dengan kalimat ketika menginginkan sesuatu. Bagaimanapun caranya, bukan berarti perasaan anak tak penting, ya. 

 

Berikan validasi terhadap apa yang ia rasakan dan lihat situasinya dari sudut pandang anak. Tempatkan diri Mums di posisinya. Dengan begitu, Mums pun tak akan melihat penolakan atau pilihannya untuk tak menurut sebagai sebuah kenakalan, tetapi merupakan bagian dari perkembangan emosional dan sosialnya.

 

Bagaimana, siap untuk menjadi orang tua “baru” bagi si Kecil? Semoga tips di atas dapat membantu Mums untuk menghadapi anak dengan lebih baik, ya. (AS)

 

 

Baca juga: Jangan Khawatir, Mums Bisa Tetap Bonding dengan Si Kecil Meski Tidak Menyusui Langsung

 

 

Referensi

Parent Map. How Respond When Child Says No

Parents. Setting Limits to Children