Pada bulan Agustus 2022 lalu, Kementerian Kesehatan RI meluncurkan kembali program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Pemeriksaan kekurangan hormon tiroid bawaan ini kembali digencarkan demi mendeteksi risiko hipotiroid kongenital pada bayi secara dini agar dapat segera ditangani.

 

Hipotiroid sendiri merupakan kondisi di mana kelenjar tiroid kurang aktif. Jika dialami sejak lahir, kondisi medis ini disebut dengan hipotiroid kongenital. Satu dari 3.000-4000 bayi lahir dengan kondisi ini dan kebanyakan bersifat permanen dan butuh penanganan seumur hidup.

 

Hipotiroid Kongenital pada Bayi

Bayi yang terlahir dengan hipotiroid kongenital tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang semestinya. Padahal, hormon tersebut berfungsi untuk perkembangan otak dan pertumbuhan bayi.

 

Ada beberapa penyebab mengapa kelenjar tiroid pada bayi tidak berkembang dengan sempurna, sehingga mengakibatkan ia mengalami hipotiroid kongenital. Bisa karena kelenjar tiroid tidak terbentuk, terlalu kecil, berada di posisi yang salah, terbentuk sempurna tetapi tidak memproduksi hormon, atau kehilangan sinyal dari kelenjar pituitari, kelenjar yang memberi perintah untuk memproduksi hormon tiroid.  

 

Pada beberapa kasus, obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil, terutama untuk penanganan tiroid yang berlebihan, dapat menyebabkan hipotiroid kongenital. Namun, pada kebanyakan kasus, masalah ini bersifat sementara. Hipotiroid kongenital pada bayi umumnya tidak diwariskan secara genetik. Jadi, bila ada anak pertama mengalaminya, anak berikutnya belum tentu mengalami masalah serupa.

 

Tanda Hipotiroid Kongenital pada Bayi

Gejala hipotiroid kongenital pada bayi di minggu-minggu pertama kelahiran biasanya tidak terlalu tampak. Akan tetapi, terkadan hipotiroid yang dialami bisa cukup berat, sehingga bayi mengalami:

  • Kesulitan menyusu.
  • Tidur terus menerus.
  • Tangisan terdengar lemah.
  • Konstipasi atau sembelit.
  • Kuning (jaundice) dalam waktu yang lama setelah dilahirkan.
  • Wajah bengkak.
  • Kekuatan otot lemah.
  • Lidah besar.
  • Perut buncit.
  • Ubun-ubun kepala lebih besar dari ukuran normal.

  

Pemerintah Wajibkan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)

Seperti disebutkan pada poin sebelumnya, gejala hipotiroid kongenital pada bayi kerap tidak menunjukkan gejala, sehingga suka tidak disadari oleh orang tua. Seiring bertambahnya usia, gejala khas pun baru muncul.

 

Untuk itu, menurut Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, wajib dilakukan pemeriksaan kekurangan hormon tiroid bawaan kepada seluruh bayi baru lahir sebagai upaya promotif preventif.

 

SHK akan dilakukan pada bayi baru lahir minimal 48-72 jam dan maksimal 2 minggu, dengan cara mengambil sampel darah dari tumit di fasilitas pelayanan kesehatan pemberi layanan Kesehatan Ibu dan Anak (baik FKTP maupun FKRTL), sebagai bagian dari pelayanan neonatal esensial.

 

Darah yang diambil hanya sebanyak 2-3 tetes, yang nantinya akan diperiksa di laboratorium. “Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah, langsung kita obati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal,” ujar Wamenkes.

 

Penanganan Hipotiroid Kongenital pada Bayi

Jika bayi dinyatakan positif hipotiroid kongenital, maka ia harus langsung ditangani dan menerima pengobatan sebelum usianya mencapai 1 bulan. Umumnya, dokter akan memberikan obat hormon tiroid dalam bentuk pil.

 

Pil hormon tiroid akan diberikan setiap hari. Sementara, dokter akan melakukan pengecekan secara berkala untuk melihat tumbuh kembang otak bayi dan tes fungsi tiroid untuk menyesuaikan dosis obat dengan pertumbuhan bayi.

 

Semakin cepat bayi dideteksi hipotiroid kongenital, maka semakin cepat pula ia diberikan penanganan agar terhindar dari risiko cacat, gangguan tumbuh kembang, serta keterbelakangan mental dan kognitif. Jadi, jangan sampai si Kecil melewatkan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) ya, Mums! (AS) 

 

Referensi

Sehat Negeriku: Kemenkes Relaunching Skrining Hipotiroid Kongenital Untuk Kurangi Risiko Kecacatan Pada Anak

American Academy of Pediatrics: Congenital Hypothyroidism in Infants