Ada alasannya mengapa ASI disebut sebagai “emas cair”. Pasalnya, ASI memiliki komponen penambah kekebalan tubuh yang dinamis untuk merespons kebutuhan bayi. Yuk, simak lebih lanjut kehebatan ASI di tulisan berikut ini!

 

1. ASI berubah seiring pertumbuhan bayi

Tahukah Mums bahwa ASI merupakan cairan bernutrisi yang mengandung sel hidup? Itulah yang membuat komposisi ASI akan berubah secara dinamis setiap saat, mengikuti kebutuhan dan pertumbuhan bayi.

 

Sebagai contoh kolostrum. Di tiga hari pertama kehidupan bayi, payudara menghasilkan kolostrum yang kental dan bertekstur seperti madu. Di dalamnya, mengandung komponen imunologis yang melindungi bayi baru lahir.

 

Salah satu penguat kekebalan utama yang terkandung, disebut sekretori imunoglobulin A (SIgA), yang melapisi organ dalam dan lapisan saluran pencernaan, pernapasan, dan reproduksi. SIgA ini tidak akan membiarkan bakteri dan patogen masuk melalui usus, sehingga melindungi bayi dari dalam ke luar.

 

Secara komposisi, kolostrum lebih rendah laktosa dan lemak dibanding ASI matang yang akan keluar di hari ke-10 hingga ke-15 setelah melahirkan. Walau begitu, kolostrum mengandung protein dan kalium yang lebih tinggi. Perubahan ini dirancang agar sesuai dengan pertumbuhan tubuh bayi yang baru lahir.

 

Setelah memberi bayi peningkatan sistem kekebalan awal dan membersihkan usus dari mekonium, dalam dua atau tiga hari pertama, ASI berubah lagi dan volumenya meningkat. Fase ini dikenal sebagai ASI transisi, yang berlangsung kira-kira tiga sampai tujuh hari, kemudian secara bertahap berubah menjadi ASI matang. 

 

2. ASI berubah selama lonjakan pertumbuhan dan ketika bayi sakit

Ketika sudah memasuki fase ASI matang, komposisi nutrisi ASI konsisten mengandung protein, lemak, dan gula selama tahun pertama. Hal itu juga bertepatan dengan terjadinya fase percepatan pertumbuhan (growth spurt) yang membuat bayi akan sering menyusu.

 

ASI juga bisa berubah saat bayi ataupun Mums sakit. Para peneliti percaya ketika bayi sakit, ia memberikan isyarat melalui air liurnya, lalu mengirimkan sinyal ke tubuh ibunya untuk memproduksi lebih banyak susu dengan antibodi spesifik penyakit.

 

Demikian pula jika ibu menyusui terkena virus, tubuh akan menghasilkan antibodi yang diteruskan ke bayi untuk perlindungan. Bahkan selama pandemi COVID-19, penelitian menunjukkan bahwa ibu yang sebelumnya terinfeksi atau divaksinasi dapat menularkan antibodi pelindung yang aktif kepada bayi mereka melalui ASI. Ajaib, bukan?

  

Baca juga: Panduan Pemberian ASI Diselingi Susu Formula

 

 

 

 

3. ASI berubah dari siang ke malam

Menurut para ahli, ASI berubah sepanjang siang dan malam. Mums bisa menyadarinya dari volume yang lebih besar dan aliran yang lebih cepat jika menyusui atau memerah pada dini hari. Hal ini didasari pada tingkat prolaktin yang lebih tinggi, yaitu hormon yang membantu memproduksi susu. ASI yang diproduksi di malam hari juga dirancang untuk membantu si Kecil beristirahat karena mengandung lebih banyak serotonin dan elemen lain untuk membantu bayi tidur.

 

Baca juga: Penting! Ini 7 Waktu Konsultasi dengan Konselor Laktasi yang Direkomendasikan!

 

4. ASI bisa encer, bisa pula kental

Mums mungkin pernah mendengar bahwa ada istilah “ASI depan” dan “ASI belakang”.  Susu di awal sesi menyusui yang disebut foremilk, memiliki tekstur lebih encer, sedangkan susu di akhir yang disebut hindmilk, lebih berlemak dan kental. Memang benar lemak di dalam ASI meningkat secara bertahap selama menyusui, tetapi itu tidak berarti hindmilk lebih baik daripada foremilk, ya.

 

Saat susu diproduksi di payudara, gumpalan lemak dalam susu cenderung menempel satu sama lain dan ke dinding alveoli (tempat susu dibuat). Di antara waktu menyusui, ASI terkumpul di payudara dan secara bertahap bergerak ke arah puting susu, yang membuat semakin banyak lemak tertinggal lebih jauh ke belakang saluran susu. Itulah kenapa, Mums disarankan menghabiskan ASI di satu payudara, baru berpindah ke sisi satunya. Tujuannya agar si Kecil mendapatkan foremilk dan hindmilk secara menyeluruh. 

 

5. ASI berubah rasa

Makanan yang Mums makan juga dapat mengubah rasa ASI, lho! Sebuah studi tahun 2008 dalam Jurnal Physiology and Behavior mencatat bahwa rasa mentol bertahan paling lama, sedangkan rasa pisang hanya ditemukan hingga satu jam setelah dimakan.

 

Sementara itu, sebuah studi tahun 2001 yang diterbitkan di Pediatrics menunjukkan bahwa bayi yang ibunya minum jus wortel selama menyusui, tampaknya lebih memilih sereal rasa wortel daripada sereal biasa. 

 

Komposisi ASI juga turut memengaruhi rasa. Kandungan natrium yang lebih tinggi dalam kolostrum berarti rasanya asin. Sementara itu, beberapa ibu dengan ASI yang tinggi enzim lipase dapat menyebabkan ASI perah terasa seperti sabun. Tak perlu khawatir, si Kecil masih boleh meminumnya, kok. 

 

Semakin diulik, fakta ASI semakin menakjubkan, ya. Tentunya hal ini membuat Mums makin percaya diri dan bersemangat untuk mengASIhi si Kecil. (AS)

 

 

Baca juga: Pengaruh Ukuran Areola saat Menyusui

 

Referensi

Today’s Parent. Breastmilk Changes

Premier Health. Breastfeeding

Academic. Human Milk

Family and Co. Breastmilk