Sekalian capek, katanya, jika langsung memiliki anak dalam jarak berdekatan. Tapi perlu diketahui, pola mengasuhnya pun akan menantang dan perlu trik tersendiri. Yuk, ketahui lebih lanjut di sini.

 

Setiap keluarga memiliki pertimbangannya masing–masing dalam menambah jumlah anggota keluarga. Ada yang bersedia memiliki anak dengan jarak usia berdekatan dengan alasan agar anak memiliki teman main, dorongan keluarga, usia orang tua, ataupun bisa pula karena kehamilan tidak direncanakan. Apa pun itu, perlu disadari bahwa setiap anak memiliki kepribadian, kebutuhan, dan keinginan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan kemampuan untuk menyeimbangkan segalanya.

 

Nah, berikut beberapa tips efektif yang bisa Mums jalankan:

 

1. Prioritaskan Waktu untuk Masing-masing Anak

Ketika si Kakak terbiasa memiliki segalanya untuk dirinya sendiri, memiliki adik bisa terasa mengganggu, bahkan memancing perasaan cemburu. Seringnya, orang tua mengartikan ekspresi kecemburuan ini dengan ekspresi seperti bertingkah. Para ahli merekomendasikan orang tua untuk selalu memiliki momen berdua yang teratur dengan setiap anak. Dengan tujuan, untuk meminimalkan kecemburuan antaranak.

 

Tidak harus lama atau seharian, kok. Bahkan 10 atau 15 menit membaca buku atau bermain di tempat tidur saja, sudah akan membuat perbedaan. Dan meskipun kelihatannya tega, pastikan Mums tidak membiarkan kakak atau adik mengganggu waktu khusus iti. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa Mums memang benar-benar fokus untuk memiliki waktu berkualitas dengan masing-masing anak, sehingga tidak akan memperburuk kecemburuan.

 

 

Baca juga: Terbentuknya Garis Tangan Janin dan Kelainan Apa yang Dapat Dideteksi

 

 

2. Jangan Bandingkan Anak

Sudah jelas, semua orang tua pasti menyayangi semua anaknya secara setara. Walau begitu, para ahli menilai bahwa wajar dan normal bagi orang tua untuk sesekali merasa “pilih kasih”. Alasannya bisa bermacam-macam, seperti salah satu anak lebih mudah ditangani daripada yang lain, atau mungkin Mums memiliki lebih banyak kesamaan dengan salah satu anak daripada yang lain. Kuncinya adalah tetap sadar diri, sehingga Mums tidak menunjukkan atau mengomunikasikan favoritisme itu.

 

Satu hal lagi yang perlu Mums ingat, terkadang anak yang kurang responsif atau kooperatif, sebenarnya membutuhkan lebih banyak perhatian dan waktu dari orang tuanya, lho. Maka dari itu, lakukanlah yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Serta, jangan pernah membandingkan anak satu sama lain atau dengan anak-anak lain. Itu hanya merendahkan dan membuat anak merasa kurang dihargai.

 

3. Buat Ruang Bermain Terpisah

Semua anak membutuhkan waktu untuk bermain mandiri agar merasa seimbang dan bahagia. Salah satu cara praktis untuk mendorong kegiatan ini adalah dengan menciptakan area bermain terpisah untuk masing-masing anak.

 

Dengan cara ini, adik tidak dapat mengganggu atau merusak apa yang sedang dimainkan kakak. Sementara si Kakak, juga tidak dapat selalu mengatur adik apa yang harus dilakukan ataupun merebut. Keuntungannya untuk orang tua, tentu saja juga dapat meminimalkan potensi pertengkaran yang riskan terjadi pada kakak beradik dengan selisih usia yang sedikit.

 

 

 

 

Baca juga: Balita Masih Suka Mengisap Jempol, Biarkan atau Larang?

 

 

4. Beli Dua Mainan yang Sama Bila Bisa

Belajar berbagi merupakan bagian dari perkembangan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi yang harus diasah. Namun terkadang, pembelajaran ini pula yang menjadi sumber pertengkaran antaranak. Sebagai solusi untuk menghindari konflik dan stres di rumah, membelikan atau menyediakan dua mainan yang sama bisa Mums coba. 

 

Tak bisa dimungkiri, walaupun berbagi penting untuk dibiasakan, namun harus diakui juga bahwa sangat sulit bagi balita untuk bermain bersama dan bergiliran. Mereka membutuhkan banyak latihan sebelum akhirnya bisa menguasai kemampuan untuk bermain secara kooperatif.

 

5. Berlatih Narasi

Saat anak cukup besar untuk memahami konsep bersosialisasi seperti berbagi, peran Mums dan Dads sebagai orang tua adalah membantu untuk menguasainya. Tenang, itu tidak harus rumit, dan bahkan Mums dapat menggunakan konflik seperti berebut mainan untuk mengajarkannya.

 

Caranya adalah dengan menggunakan bahasa narasi, yaitu berbicara dari hati ke hati dengan si Kecil tentang apa yang ia rasakan dan inginkan saat itu. Misalnya, jika si Kakak mengambil mainan dari tangan adiknya, ajak ia mengutarakan alasannya mengapa hal itu dilakukan. Lalu, dorong ia untuk memberi tahu kepada Mums kenapa si Kecil merasa marah jika mainannya dipakai oleh orang lain.

 

Cara ini memang membutuhkan waktu yang lebih lama dan ekstra tenaga, ketimbang memarahi atau membela salah satu anak. Namun dengan cara ini, Mums secara tidak langsung mengajarkan ia bahwa tidak apa-apa untuk merasa marah atau sedih, sekaligus menyadari bahwa tak boleh menyakiti orang lain dengan tangan atau kata-kata. Hal ini pun mengajarkannya untuk bisa mengekspresikan kemarahan dan emosi tanpa berkata kasar atau memukul.

 

6. Kerjakan Proyek Bersama

Cara sederhana lain untuk menyeimbangkan sekaligus membangun bonding dengan semua anak, adalah melakukan proyek bersama yang membutuhkan kerja sama tim. Hal ini bisa berupa mengajak anak-anak membuat kue bersama, membersihkan mainan, atau bermain berkelompok. Kegiatan yang dilakukan secara bersama ini, dapat membantu semua anak merasa dicintai dan diperhatikan secara setara, sambil mengasah keterampilan lain seperti kerja sama, kerja tim, dan komunikasi.

 

7. Berbagi Peran

Tugas yang berat akan menjadi ringan jika dilakukan bersama. Termasuk dalam membagi perhatian kepada anak-anak. Agar semua anak mendapatkan perhatian yang sama besarnya dari orang tua, Mums dan Dads perlu membuat kesepakatan dalam pembagian tugas untuk mengasuh buah hati. 

 

Misalnya, jika Dads lebih mudah untuk berinteraksi dengan si Kakak sementara yang bungsu lebih bisa Mums tangani, maka jalankanlah pola seperti itu. Atau, jika Dads lebih mudah untuk mengajak permainan yang melibatkan fisik, sedangkan Mums lebih menguasai untuk aktivitas yang lebih kreatif, maka tak ada salahnya untuk terbagi menjadi dua kelompok ketika mengasuh anak-anak. Hal ini sah-sah saja dilakukan berdasarkan kekuatan Mums dan Dads sebagai orang dewasa. Toh tujuannya baik, yaitu agar semuanya berjalan lebih mudah dan menyenangkan bagi anak-anak. (IS)

 

 

Baca juga: Hati-hati, Ini Dampak Konsumsi Susu Berlebihan pada Balita!

 

 

Referensi:

Bounty. Age Gap Between Kid

Fatherly. Parenting Two Kids