Si Kecil mengisap jempol bukanlah hal yang aneh. Namun perlu dicatat, kebiasaan ini juga ada “masa berlakunya”, lho. Kapan ya, seharusnya menghentikan kebiasaan ngenyot jempol ini? Kita ulas lebih lanjut di sini, yuk!

 

Kapan Harus Berhenti Mengisap Jempol?

Sejak lahir, bayi memiliki refleks rooting (mencari sumber sentuhan ketika pipinya diusap) dan mengisap alami. Karena itulah, tanpa perlu diajari, si Kecil akan refleks memasukkan ibu jari atau jari lainnya ke dalam mulut. Bahkan kabarnya, kebiasaan ini sudah dilakukan oleh bayi sedari sebelum lahir. 

 

Bukan hanya sebagai bentuk refleks, mengisap ibu jari membuat bayi merasa aman. Pada beberapa bayi, pada akhirnya mengembangkan kebiasaan ini saat ia mereka membutuhkan ketenangan dan kenyamanan atau akan tidur, sama seperti ia menggunakan boneka atau selimut kesayangannya. Umumnya, kebiasaan mengisap jari dimulai dengan memasukkan benda dan jari ke dalam mulut sebagai cara alami untuk mengeksplorasi, mengintegrasikan, dan memahami dunia di sekitarnya. Di sinilah bisa disimpulkan bahwa mengisap jempol merupakan hal yang sangat umum dan wajar.

 

Menurut American Dental Association, anak-anak sering menghentikan perilaku ini dengan sendirinya antara usia 2-4 tahun. Walau begitu, mungkin saja ia akan tetap melakukannya sesekali saat merasa stres, cemas, atau menenangkan diri saat akan tidur. Namun, tetap penting ya, untuk memantau kebiasaan ini karena dapat menyebabkan masalah gigi jika perilakunya parah atau berlanjut terlalu lama hingga gigi permanennya tumbuh. Pada titik ini, mengisap jempol besar kemungkinan akan mulai memengaruhi langit-langit mulut atau bagaimana gigi berbaris. Itulah sebabnya, American Academy of Pediatrics menganjurkan para orang tua untuk melakukan tindakan serius jika si Kecil terus mengisap jempol setelah berusia 5 tahun

 

Beberapa potensi masalah mulut jika si Kecil mengisap jempol melewati usia yang sehat antara lain:

  • Gigitan yang tidak sejajar.
  • Masalah pada langit-langit mulut.
  • Gangguan bicara.
  • Gigi seri atas lebih maju daripada gigi seri bawah, sehingga lebih dari sepertiga gigi seri bawah tertutupi oleh gigi seri atas (Overbite).

 

Baca juga: Bolehkah Facial saat Hamil? Ini Jawabannya!

 

 

Bantu si Kecil untuk Berhenti Ngenyot Jempol, yuk!

Walau para ahli memberikan “tenggang waktu” berhenti mengisap jempol hingga maksimal usia 4 tahun, namun tentunya akan lebih baik jika kebiasaan ini dihentikan lebih cepat untuk mencegah efek jangka panjang. Apalagi setelah gigi depan permanennya tumbuh, kebiasaan tersebut dapat mengganggu pertumbuhan mulut dan susunan giginya. Semakin sering dan intens mengisap, semakin tinggi risiko masalah gigi.

 

Nah, ada beberapa cara yang bisa Mums coba untuk “menyapih” si Kecil dari jempolnya, antara lain:

 

  • Kurangi perlahan

Pertimbangkanlah untuk membiarkan si Kecil mengenyot jempol, namun hanya di satu waktu. Misal, jika ia mengisap jempol setiap mau tidur, maka izinkan ia untuk melakukannya hanya pada salah satu waktu tidur, entah saat tidur siang atau tidur malam. Diharapkan dengan perubahan bertahap seperti ini, si Kecil dapat menerimanya dengan baik, bukan dengan marah atau rewel.

 

Baca juga: Stranger Anxiety, Saat Si Kecil Takut Bertemu Orang Baru

 

  • “Menggosipkan” si Kecil

Tidak, ini bukan bermaksud untuk memojokkan si Kecil, ya. Cara yang dimaksud dini adalah ketika Mums tahu si Kecil dalam jangkauan pendengaran, bisikkan dengan keras kepada Dads, orang lain, atau bahkan bonekanya tentang betapa bangganya Mums karena si Kecil mulai mencoba untuk berhenti mengisap jempol. Perlu Mums tahu, anak-anak lebih cenderung percaya pujian yang didengar daripada yang disampaikan langsung, lho. 

 

Cara ini tentu berbeda dengan menyindir ya, karena Mums benar-benar menyampaikan rasa bangga Mums atas pencapaian si Kecil, namun dengan cara tak langsung. Tidak hanya membuat si Kecil senang, cara ini juga akan memotivasinya untuk terus berusaha.

 

  • Minta bantuan

Jika Mums sudah mencoba berbagai cara dan si Kecil sulit untuk bekerja sama, Mums boleh saja meminta bantuan dokter gigi. Komunikasikan kekhawatiran ini kepada dokter agar dokter bisa membantu menyampaikannya kepada si Kecil. Untuk beberapa anak, penyampaian informasi yang dilakukan oleh orang asing bisa lebih efektif daripada disampaikan oleh orang tuanya. Tak jarang, beberapa dokter juga bisa menyarankan untuk menggunakan teknik yang tidak menyenangkan, seperti menutupi ibu jari dengan plester atau kaos kaki agar kebiasaannya berhenti. Namun, tentu saja hal ini akan lebih baik bila dikonsultasikan lebih dulu kepada dokter.

 

Apa pun metode yang Mums pilih, American Academy of Pediatrics menyarankan orang tua agar tidak terlalu menekan anak untuk berhenti dari kebiasaannya ini, karena umumnya akan berhenti dengan sendirinya. Selain itu, lakukanlah perubahan secara perlahan agar tidak malah meninggalkan trauma untuk si Kecil. Semoga sukses ya, Mums! (IS)

 

Baca juga: Kenapa Ya Anak Suka Berbicara Ketika Tidur?

 

Referensi:

Mayo Clinic. Thumb Sucking

Healthline. Thumb Sucking