Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas rata-rata normal yang ditunjukkan dengan alat tensimeter. Hipertensi tidak menunjukkan gejala, terutama di tahap awal. Meskipun begitu, perjalanan penyakit atau patofisiologi hipertensi ini sangat kompleks dan rumit Geng.

 

Ada banyak faktor yang terlibat dalam patofisiologi hipertensi. Faktor yang paling berpengaruh pada hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah faktor genetik, diet tinggi garam, kondisi hormonal, dan masih banyak faktor lainnya.

 

Meskipun ada pengaruh genetik, namun sampai saat ini mekanisme terjadinya hipertensi primer masih belum diketahui dengan pasti. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi, berikut ini penjelasannya secara sederhana.

 

Baca juga: Penyebab dan Gejala Hipertensi yang Harus Diwaspadai

 

Patofisiologi Hipertensi

Hampir semua penyakit kronis tidak datang tiba-tiba, tetapi memiliki riwayat perjalanan yang lama. Begitu pula dengan hipertensi. Ketika seseorang terdiagnosis hipertensi untuk pertama kalinya, bisa jadi ia sudah mulai memiliki hipertensi beberapa tahun sebelumnya.

 

Patofisiologi hipertensi secara alami diawali dari kenaikan tekanan darah sesekali saja. Tanpa melakukan pemeriksaan tekanan darah, Kamu tidak akan tahu kalau terjadi kenaikan tekanan darah. Naiknya tekanan darah yang kadang-kadang ini, lama-kelamaan akan semakin sering dan kemudian menetap, atau tidak bisa turun kembali.

 

Awalnya, penderita hipertensi tidak merasakan gejala. Jika pun ada gejala, biasanya tidak spesifik dan berubah-ubah. Setelah penyakit berkembang menjadi hipertensi persisten (menetap), maka patofisiologi hipertensi menjadi lebih rumit, di mana sudah melibatkan kerusakan organ-organ lain di seluruh tubuh.

 

Diawali dari kerusakan pembuluh-pembuluh darah kecil karena hipertensi, diikuti pembuluh darah yang lebih besar seperti arteri dan aorta. Keduanya adalah pembuluh utama di tubuh yang berukuran besar, salah satunya yang membawa darah menuju dan meninggalkan jantung. 

 

Kerusakan pembuluh darah kecil juga terjadi di seluruh organ tubuh sehingga perlahan-lahan jantung, ginjal, retina, dan sistem saraf pusat akan mengalami kerusakan.

 

Baca juga: Kebiasaan Pencetus Darah Tinggi yang Kerap Diabaikan

 

Patofisiologi Hipertensi Sesuai Waktu Kejadiannya

Jika diamati, inilah patofisiologi hipertensi diawali dari tahap sangat dini hingga hipertensi tingkat lanjut:

 

1. Prehipertensi

Prehipertensi sering juga disebut hipertensi tahap awal, yaitu ketika hasil pemeriksaan tekanan darah menunjukkan kenaikan tetapi belum masuk kategori hipertensi. Prehipertensi ditandai dengan tekanan darah sistolik (angka atas) adalah 120 mmHg-139 mmHg, dan diastolik (angka bawah) adalah 80 mmHg-89 mmHg.

 

Prehipertensi adalah tanda peringatan bahwa Kamu mungkin akan mengalami tekanan darah tinggi di masa mendatang. Prehipertensi ini dapat ditemui pada usia 10-30 tahun. Penyebabnya biasanya peningkatkan curah jantung.

 

2. Hipertensi Tahap 1

Hipertensi tahap 1 umumnya dialami pada usia 20-40 tahun, ketika tekanan darah antara 140/90 dan 159/99. Jika sudah diketahui hipertensi seperti ini, maka harus dilakukan terapi.

 

3. Hipertensi Tahap 2

Dikenal juga sebagai hipertensi tahap 2, yakni ditunjukkan dengan tekanan darah 160/100 atau lebih tinggi. Umumnya hipertensi yang sudah menetap ini diderita orang mulai usia 30-50 tahun.

 

4. Hipertensi tingkat lanjut (komplikasi)

Ini adalah tahap akhir hipertensi ketika sudah terjadi komplikasi ke organ tubuh lainnya baik ke pembuluh darah jantung, ginjal, mata, dan saraf. Usia rata-rata mulai muncul gejala komplikasi adalah 40-60 tahun.

 

Penyebab Tekanan Darah Tinggi

Sebagaimana dijelaskan di atas, pada orang yang masih muda, hipertensi yang dialami biasanya berhubungan dengan peningkatan curah jantung. Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh ventrikel jantung per menit.

 

Mengapa kecepatan curah jantung ini meningkat, salah satunya disebabkan retensi cairan dan garam oleh ginjal. Di hipertensi tahap awal ini, kerusakan pembuluh darah umumnya belum terjadi. Hal ini karena pembuluh darah masih bisa beradaptasi dengan kenaikan curah jantung ini.

 

Namun, ketika hipertensi terus berlanjut, adaptasi pembuluh darah mulai hilang. Pembuluh darah mulai mengalami perubahan bentuk, termasuk kaku dan mulai terjadi penyempitan. Dan ini terjadi secara sistemik, atau di semua pembuluh darah besar maupun kecil.

 

 

Baca juga: Apa Perbedaan Hipertensi Paru dengan Hipertensi pada Umumnya?

 

Waspada Komplikasi dan Kematian Karena Hipertensi 

Kebanyakan orang yang didiagnosis hipertensi akan terus mengalami peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia mereka. Artinya sekali menderita hipertensi, tekanan darahnya akan sulit turun kembali, tanpa bantuan obat-obatan. Hipertensi yang tidak diobati akan meningkatkan risiko kematian dan inilah sebabnya hipertensi digambarkan sebagai pembunuh diam-diam.

 

Hipertensi ringan sampai sedang, jika tidak diobati, dapat dikaitkan dengan risiko penyakit aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah, pemicu serangan jantung dan stroke) pada 30% penderita hipertensi. Selain itu, dikaitkan dengan kerusakan organ pada 50% penderita hipertensi, dalam 8-10 tahun setelah terdiagnosis hipertensi.

 

Pasien dengan hipertensi resisten juga berisiko lebih tinggi untuk komplikasi yang lebih buruk, apalagi jika memiliki penyakit lain seperti penyakit ginjal kronis, penyakit jantung iskemik, atau diabetes.

 

Satu-satunya cara mencegah komplikasi dan kematian karena hipertensi adalah menurunkan tekanan darah. Penelitian menunjukkan pasien dengan hipertensi resisten yang memiliki tekanan darah yang terkendali memiliki risiko yang jauh berkurang untuk beberapa penyakit kardiovaskular seperti stroke,penyakit jantung koroner, atau gagal jantung.

 

Baca juga: 14 Hal yang Tidak Disangka Bisa Meningkatkan Tekanan Darah
 

Hati Hati Jika Terjadi Kenaikan Tekanan Darah

Dengan mengenali patofisiologi hipertensi, dapat dilakukan intervensi sejak awal sebelum hipertensi berkembang lebih lanjut. Setiap kenaikan tekanan darah, sekecil apapun adalah suatu ancaman.

 

Data menunjukkan, risiko kematian karena penyakit jantung atau stroke akan meningkat untuk setiap mmHg kenaikan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 20 mm Hg atau diastolik sebesar 10 mm Hg (di atas 115/75 mm Hg), dihubungkan dengan risiko kematian akibat penyakit dan stroke sebesar dua kali lipat.

 

Jangan salah Gengs, meskipun masih di tahap prehipertensi, risiko untuk kena komplikasi penyakit jantung dan stroke tetap ada. Penelitian menunjukkan risiko stroke mencapai 66% dibandingkan orang yang tekanan darahnya normal (< 120/80 mm Hg).

 

Baca juga: Haruskah Anak-anak Dicek Tekanan Darahnya?

 

 

Terapi Hipertensi

Karena dahsyatnya pengaruh hipertensi ini dilihat dari patofisiologi hipertensi yang merupakan keniscayaan, maka penting untuk mengelola tekanan darah agar selalu di angka normal. Caranya dengan melakukan beberapa pendekatan terapi.

 

Pemberian obat hipertensi terbukti dalam menyelamatkan nyawa pasien hipertensi dari komplikasi dan kematian. Penelitian klinis menunjukkan, pasien yang rutin minum obat hipertensi akan mendapatkan manfaat berikut:

 

  • Penurunan risiko stroke rata-rata 35-40%

  • Penurunan risiko serangan jantung rata-rata 20-25%

  • Penurunan risiko gagal jantung lebih dari >50%

 

Selain itu, diperkirakan 1 kematian dapat dicegah untuk setiap 11 pasien hipertensi tahap 1 yang diobati. Tak hanya itu, faktor risiko kardiovaskular lainnya dapat terus diturunkan jika tekanan darah bisa turun 12 mm Hg selama 10 tahun tercapai.

 

Kamu sudah tahu patofisiologi hipertensi sekarang? Ingat bahwa hipertensi bisa dicegah dengan gaya hidup sehat. Jika sudah telanjur hipertensi, bisa dicegah agar tidak menjadi lebih berat dan menimbulkan komplikasi.

 

Baca juga: Kenali Efek Samping Obat Hipertensi

 

 

Referensi

Medscape. Overview hypertension. 

Infodatin Kemenkes, Hipertensi

WebMD. Prehypertension are you at risk?