Hampir semua obat memiliki efek samping. Tidak terkecuali obat tekanan darah tinggi (antihipertensi). Namun, reaksi efek samping obat pada penderita hipertensi tidak sama. Ada yang mengalami efek samping ringan, namun ada yang berat. Apapun efek sampingnya, penderita hipertensi dan keluarganya perlu mendapat informasi yang benar dan bekerja sama dengan dokter untuk mengelola efek samping yang mungkin terjadi.

 

Efek Samping Obat Hipertensi

Sebagai pasien hipertensi, Kamu harus tahu tentang jenis obat yang Kamu minum dan kemungkinan efek sampingnya. Kamu dapat menanyakan secara lengkap ke dokter atau membaca petunjuk tentang obat antihipertensi.

 

Sebagai permulaan, inilah kemungkinan efek samping obat antihipertensi yang dapat Kamu alami, tergantung jenis antihipertensi yang Kamu minum. Untuk diketahui, bahwa daftar di bawah ini adalah efek samping yang paling sering dijumpai, jadi di luar daftar berikut tentu masih mungkin ada efek samping lain, namun kasusnya lebih jarang ditemui.

 
Baca juga: Kenali dan Cegah Komplikasi Hipertensi

 

  • Kencing terus

Jika Kamu, atau salah satu keluargamu, ada yang minum antihipertensi kemudian mengeluh menjadi beser, kemungkinan Kamu mengonsumsi antihipertensi jenis diuretik. Contoh diuretik dengan nama generik adalah bumetanide, spironolactone, furosemid, teofilin, dan semua jenis "thalazides". Cara kerja diuretik adalah memang membuang kelebihan air dan garam dari tubuh. Maka frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering. 

 

Karena frekuensi berkemih menjadi lebih sering, obat dianjurkan diminum pagi hari sehingga tidak mengganggu tidur di malam hari, karena harus bolak balik ke kamar mandi. Akibat sering kencing, maka kandungan kalium dan potasium, salah satu mineral yang diperlukan tubuh, ikut terbuang. Kekurangan mineral-mineral ini dapat menyebabkan efek samping lain berupa kram dan kelelahan terutama di kaki.

 

  • Gangguan irama jantung

Obat hipertensi dari jenis Beta-Blockers dapat membuat detak jantung lebih cepat atau lebih lambat. Efek samping beta blocker sebenarnya tidak hanya gangguan detak dan irama jantung, tetapi sesak napas seperti gejala asma, tangan dan kaki teras dingin, hingga insomnia. Contoh obat dari golongan beta blocker, agar mudah diingat, umumnya diakhiri dengan "lol" seperti acebutolol, atenolol, betaxolol, bisoprolol dan lain-lain. 

Baca juga: Apa sih Bahayanya Hipertensi?
 
  • Batuk

Ini adalah efek samping yang sering sekali dirasakan peminum obat antihipertensi dari golongan ACE Inhibitor. Cara kerja obat tekanan darah tinggi ini adalah memblokir pembentukan hormon yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Diharapkan dengan minum ACE inhibitor, maka pembuluh darah menjadi rileks dan tekanan darah turun. Obat dari golongan ACE inhibitor umumnya diakhiri dengan "pril" misalnya enalapril, ramipril, quinapril, perindopril, lisinopril, dan benazepril.

 

Jenis batuk akibat efek samping ACE inhibitor ini adalah batuk kering yang membandel. Jika Kamu tidak tahan dengan efek samping ini, mintalah dokter meresepkan jenis obat lain. Selain batuk, ACE inhibitor juga dapat menyebabkan ruam kulit dan rasa baal.

 

  • Pusing

Pusing adalah keluhan yang kerap diutarakan pengguna obat antihipertensi Angiotensin II Receptor Blockers (ARB). Obat tekanan darah tinggi dari kelas ini berkerja dengan melindungi pembuluh darah dari hormon yang menyebabkan pembuluh darah menyempit.

 

Hal ini untuk mendorong pembuluh darah tetap terbuka. Namun salah satu efek samping yang paling umum dari ARB adalah pusing. Obat antihipertensi dari golongan ARB memiliki nama dengan akhiran "tan" misalnya losartan, irbesartan, valsartan, candesartan, olmesartan, telmisartan, dan eprosartan.

 

  • Bengkak di kaki

Kamu kenal amlodipine? Ini adalah antihipertensi yang paling banyak digunakan dari golongan Calcium Channel Blockers (CCB). Selain amlodipine, obat antihipertensi dari golongan CCB di antaranya bepridil, cilnidipin, felodipine, isradipine, nicardipine, nifedipine, nimodipine, dan nisoldipine. 

 

Obat ini mencegah kalsium memasuki sel otot jantung dan sel pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi rileks. Efek samping paling sering dikeluhkan dari CCB adalah kaki bengkak atau edema. Jika Kamu mengalami edema berat terutama di kaki, ada baiknya Kamu melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk fungsi ginjal, EKG, dan rontgen untuk mengetahui penyebab edema yang sebenarnya.  

 

Bagaimana Mengatasi Efek Samping Obat Antihipertensi?

Jangan langsung menghentikan penggunaan obat antihipertensi, ya Gengs! Karena hipertensi yang tidak diobati jauh lebih berbahaya. Tanyakan ke dokter Kamu, cara mengurangi efek samping atau meminta dokter mengganti obat jenis lain. 

 

Dalam beberapa kasus, efek samping seperti kelelahan atau diare biasanya hanya sementara. Jika efek sampingnya menetap, dokter dapat mengurangi dosis atau meresepkan obat tekanan darah tinggi lainnya. Kombinasi obat kadang bekerja lebih baik daripada satu obat saja. Selain meningkatkan kontrol tekanan darah tinggi, juga dapat mengurangi efek samping.

Baca juga: Pentingnya Konsumsi Rutin Obat Hipertensi

 

Ingat hal ini ya!

  1. Jangan pernah berhenti minum obat antihipertensi tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter. Dalam beberapa kasus, menghentikan obat bisa sangat berbahaya, menyebabkan lonjakan besar dalam tekanan darah yang dapat memicu stroke atau serangan jantung. 

  1. Jika Kamu hamil atau berencana untuk hamil, konsultasikan dengan dokter agar diberikan obat antihipertensi yang paling aman untuk kehamilan. ACE Inhibitoratau Angiotensin reseptor bloker (ARB) dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya bagi wanita hamil dan janin. 

  1. Jika Kamu juga penderita diabetes yang menggunakan insulin, bicarakan dengan dokter. Karena obat antihipertensi diuretik atau beta blocker dapat memengaruhi kadar gula darah. 

  1. Jika Kamu memiliki masalah dengan ereksi saat berhubungan seks, bicarakan dengan dokter. Hal ini karena beberapa obat tekanan darah tinggi dapat menyebabkan efek samping ini. (AY/WK)