Kementerian Kesehatan sudah mengidentifikasi 9 penyakit kronis penyebab kematian tertinggi yaitu jantung, stroke, kanker, ginjal, diabetes melitus, hepar (liver), kesehatan Ibu & Anak, tuberkulosis, serta penyakit infeksi emerging.

 

Kesembilan penyakit ini selain menyebabkan kematian yang tinggi juga menyedot pembiayaan yang terbesar. Namun, Kemenkes memprioritaskan pada 4 penyakit terlebih dahulu yang menyedot anggaran kesehatan hingga 90% yakni: kanker, jantung, stoke dan ginjal.

 

Baca juga: Penyintas Kanker Anak Bisa Hidup dengan Masa Depan Cerah!

 

Masalah Kompleks Penanganan Kanker

Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, terhitung hampir 10 juta kematian pada tahun 2020, yang didominasi oleh kanker payudara, paru, kolon dan rektum serta kanker prostat.

 

Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa prevalensi kanker meningkat sebanyak 28% dari 1,4 per 1000 penduduk pada 2013 menjadi 1,8 per 1.000 penduduk pada 2018, atau berjumlah 477.000 penduduk.

 

Diperkirakan bahwa lebih dari 70% pasien kanker didiagnosis sudah pada stadium lanjut sehingga diperlukan intervensi yang lebih sulit. Berdasarkan data Globocan 2018, kanker payudara dan serviks merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia (untuk seluruh jenis kelamin dan untuk khusus wanita). Sedangkan untuk pria didominasi oleh kanker trachea, bronkus dan paru. Kanker darah atau leukemia merupakan kanker yang paling banyak diderita anak-anak di Indonesia.

 

Menurut sampel Data BPJS Kesehatan tahun 2017 – 2018, 76,5% total kasus kanker terjadi di Jawa dan Bali. Data Profil Kesehatan 2021 menunjukan bahwa kanker merupakan penyakit katastropik dengan pembiayaan program JKN yang tertinggi setelah penyakit jantung, yaitu dengan biaya 3,5 trilyun untuk 2.595.520 kasus pada tahun 2021.

 

“Keterlambatan diagnosis serta intervensi penyakit katastropik juga dipengaruhi oleh karena kurangnya akses ke pelayanan kesehatan rujukan terutama di daerah terpencil, kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit, waktu tunggu lama, kurangnya alat, keterbatasan dokter spesialis, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mendiagnosis penyakit belum optimal,” jelas dr. Yanti Herman, MH, MKes selaku Plt Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan/Direktur Pelayanan Kesehatan Primer, Kementerian Kesehatan, di Jakarta, 18 Oktober 2022.

 

Berbicara dalam acara kolaborasi antara RS Murni Teguh dan GE Healthcare, dr. Yanti mengapresiasi kerjasama RS swasta yang ikut berperan dalam penanganan kanker. Sebagai langkah awal, RS Murni Teguh dan GE Healthcare menghadirkan solusi onkologi dan kedokteran nuklir yang berpusat di RS Murni Teguh dan ke depannya akan tersedia di seluruh cabang di Indonesia.

 

Layanan kedokteran nuklir saat ini merupakan teknologi yang terbaru untuk penanganan onkologi. Radiologi kedokteran nuklir merupakan salah satu bidang radiologi yang memanfaatkan tenaga nuklir sebagai pengobatan penyakit kanker, yang menggunakan energi radiasi terbuka untuk menilai fungsi suatu organ, mendiagnosis dan mengobati penyakit.

 

Terapi ini menggabungkan 2 konsep teknologi, yaitu radiologi dan tenaga nuklir. Pada pengobatan kanker, radiologi berperan untuk mencari dan memetakan lokasi keberadaan sel kanker dan penyebarannya. Sementara panas dari nuklir berperan sebagai penghantar zat obat untuk membunuh sel-sel kanker pada area target yang spesifik dan aman digunakan dalam dosis rendah.

 

“Saya berharap kontribusi GE Healthcare dan RS Murni Teguh dalam peningkatan layanan onkologi dan kedokteran nuklir dapat mempercepat tercapainya tujuan transformasi layanan rujukan,” ungkap dr. Yanti. Dalam penanganan kanker, sejak masa diagnosis hingga terapi, peran teknologi kedokteran sangat penting. 

 

 Baca juga: 5 Jenis Kanker yang Paling Banyak Terjadi pada Laki-laki, Waspada!

 

Transformasi Kesehatan Kemenkes

Kementerian Kesehatan sendiri, sudah melakukan transformasi kesehatan untuk meningkatkan akses dan mutu layanan sekunder dan tersier, termasuk layanan kanker, yang ditargetkan mencapai 100% kabupaten/kota di tahun 2027.

 

Nantinya, pelayanan kanker akan dibagi rata dalam jaringan rumah sakit yang terbagi dalam 4 tingkatan, yaitu:

  1. Strata dasar mempunyai kemampuan tindakan bedah kanker;

  2. Strata madya mempunyai kemampuan melakukan tindakan bedah, dan kemoterapi;

  3. Strata utama mempunyai kemampuan melakukan tindakan bedah, kemoterapi dan radioterapi; dan

  4. Strata paripurna mempunyai kemampuan melakukan tindakan bedah, kemoterapi, radioterapi dan penanganan komprehensif serta mutakhir.

 

“Program pengampuan ini terbagi dalam 2 tahap, dimana di tahap 1 ditargetkan 34 provinsi memiliki minimal 1 RS strata paripurna/utama, dan 50% kabupaten/kota dengan populasi terbesar memiliki minimal 1 RS strata madya hingga akhir tahun 2024. Sedangkan pada tahap 2 dilakukan peningkatan RS strata madya di 50% kabupaten/kota sisanya hingga tahun 2027,” jelas dr. Yanti.  

 

Baca juga: Hati-Hati Gejala Kanker Ini Mirip Flu!