Pandemi COVID-19 telah membuat perawatan pasien penyakit kronis sangat terganggu. Salah satunya pasien kanker. Hal ini secara signifikan berdampak buruk karena kemungkinan untuk melakukan diagnosis dini, terapi, dan pemantauan pasien kanker menjadi tertunda.

 

Padahal diagnosis dini sangat penting. Jika ditemukan pada tahap awal, sebelum kanker bermetastasis, hasil akhir perawatan pasien biasanya lebih baik. Terlepas dari kondisi pandemi, pasien kanker tetap disarankan untuk terus melakukan konsultasi dengan dokter dan tidak menunda pengobatan. Salah satunya dengan aplikasi. Khusus bagi pasien kanker paru, baru saja diluncurkan nih Geng Sehat, aplikasi PULIH. 

 

Baca juga: Bahaya Merokok di Dekat Anak-anak

 

Kanker Paru dan Faktor Pencetusnya

Berdasarkan data Global Cancer Statistic (Globocan) 2020, jumlah kasus baru kanker paru di Indonesia meningkat 8,8% menjadi 34.783 kasus atau menempati peringkat ketiga sebagai kanker terbanyak. Ini tentu jumlah yang sangat signifikan banyaknya. Apalagi saat ini kanker paru tidak hanya didominasi usia lanjut, namun mulai menimpa usia muda atau usia produktif.

 

Ketua Tim Kerja Onkologi Paru PDPI, Prof. dr. Elisna Syahruddin Ph.D, Sp.P(K) dalam acara Peluncuran Layanan Digital PULIH dalam Rangka Hari Kanker Paru Sedunia, Rabu, 28 Juli 2021 menjelaskan, jumlah kematian akibat kanker paru meningkat 13,2% menjadi 30.843 jiwa atau menempati peringkat pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker.  "Hal itu disebabkan oleh karena sebagian besar pasien terdiagnosis pada stadium lanjut," jelasnya.

 

Oleh karena masyarakat perlu melakukan pencegahan, minimal mengenali faktor pencetusnya. Menurut Elisna, rokok adalah faktor risiko utama kanker paru. Hampir 90% penderita kanker paru adalah perokok. Tetapi bukan tidak mungkin orang yang bukan perokok terbebas dari kanker paru. Salah satu pencetusnya adalah selalu terpapar zat kimia di tempat kerja. 

 

"Diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan pengobatan kanker paru. Masyarakat perlu menghindari faktor risiko kanker paru dan mengetahui gejala kanker paru sehingga apabila merasakan beberapa gejala tersebut, perlu segera melakukan konsultasi kepada dokter agar bisa terdiagnosa lebih cepat. Lebih dari itu, pasien yang sudah terdiagnosis, harus mendapatkan terapi sesuai dengan kondisinya karena kanker paru berkembang dengan cepat. Masa pandemi tidak menyebabkan pasien harus berhenti melakukan pemantauan terlebih melanjutkan terapi," jelas Prof. Elisna.

 

Baca juga: Imuno Onkologi, Terapi Baru untuk Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker Paru!
 

Akses Terapi Pasien Kanker Paru Selama Pandemi

 

Dalam rangka membantu pasien paru tetap bisa terhubung dengan dokter, AstraZeneca bersama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) meluncurkan aplikasi PULIH (Program Peduli Sehat) yang bertujuan memudahkan pasien kanker mendapatkan akses terapi kanker.

 

PULIH merupakan aplikasi yang menyediakan layanan digital terintegrasi yang memberikan kemudahan kepada pasien untuk mengakses program bantuan pasien, pengingat jadwal minum obat, dan materi edukasi seputar penyakit, pengobatan, dan isu kesehatan lainnya.

 

Ketua YKI, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan bahwa kesinambungan dalam perjalanan pengobatan seorang pasien kanker itu amat penting. "Pemanfaatan teknologi digital merupakan langkah strategis. Oleh sebab itu, YKI menyambut baik tersedianya aplikasi PULIH yang dapat memfasilitasi pasien kanker di seluruh Indonesia dengan beragam informasi dan akses seputar kanker.”

 

Layanan digital sangat membantu pasien kanker, terlebih selama pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan dan perhatian terhadap penanggulangan kanker. Melalui kerja sama ini, kami berharap aplikasi PULIH juga dapat mendorong masyarakat untuk menyadari dalam melakukan deteksi dini kanker, termasuk pada kanker paru, guna mencegah ditemukannya kanker pada stadium lanjut,” tambah Prof. Aru.

 

Salah satu penyintas kanker paru, Bapak Stephen, berbagi pengalamannya. Di masa pandemi ini, akses ke fasilitas kesehatan terdapat kendala terutama karena di rumah sakit terdapat banyak pasien dari berbagai penyakit berkumpul sehingga menimbulkan rasa was-was.

 

"Padahal, saya sebagai penyintas kanker paru membutuhkan pemeriksaan dan konsultasi ke dokter secara rutin. Kemudian akses mendapatkan obat juga tidak boleh berhenti demi tetap mempertahankan kondisi dan menghindari progression. Saya bersyukur sudah ada aplikasi PULIH yang dapat membantu pasien kanker untuk mendapatkan akses lebih mudah terhadap pengobatan terapi kanker di masa pandemi. Aplikasi ini memiliki pengingat minum obat dan informasi mengenai kanker yang membantu pasien. Saya berharap semakin banyak pasien dan keluarga pasien mendapatkan manfaat dari aplikasi ini," ujarnya.

 

Aplikasi PULIH saat ini sudah tersedia dan sudah bisa diunduh di Google Playstore ya Gengs Sehat!

 

Baca juga: Dampak Polusi Udara, Warga Jakarta Terancam Penyakit Paru Ini!