Pernahkah Kamu mengalami kelelahan sebelum jam makan siang saat berada di kantor? Kadang rasa lelah itu membuat Kamu mengantuk atau lemas, hingga tidak fokus bekerja. Walaupun sebenarnya kelelahan dapat terjadi kapan saja, namun Kamu harus memperhatikan juga bahayanya terlalu sering merasa lelah.

 

Banyaknya pekerjaan dan kegiatan yang harus dilakukan setiap hari membuat banyak orang sering merasakan kelelahan yang ekstrem. Kondisi ini disebabkan oleh Chronic fatigue syndrome (CFS) atau sindrom kelelahan kronis. CFS adalah kelainan kondisi medis kompleks, yang ditandai dengan kelelahan yang terlalu ekstrem dan tidak kunjung hilang, walaupun penderita sudah banyak tidur.

 

Kondisi ini membuat Kamu tidak bisa berkonsentrasi dan tubuh tidak bisa berfungsi secara normal untuk melakukan aktivitas sehari-hari, karena selalu merasa lelah. Kondisi ini terbilang unik, sebab tidak diakibatkan oleh kelainan fisik maupun mental.

 

Diagnosis yang tepat sering kali sulit dilakukan, karena tidak ada tes diagnosis laboratorium yang dapat memastikan apakah pasien mengalami CFS atau tidak. Perlu waktu bertahun-tahun untuk mengetahui apa yang diderita pasien, menurut Leonard A. Jason Ph.D., seorang spesialis CFS dan profesor psikologi di DePaul University, karena bisa saja kelelahan yang dialami merupakan gejala penyakit lain, seperti fibromyalgia dan depresi.

 

Masalah ini juga dikenal sebagai Myalgic Encephalomyelitis (ME), yaitu kondisi lelah yang dialami seseorang selama lebih dari 6 bulan. Dalam rentang waktu tersebut, biasanya penderita akan mengalami sakit kepala, masalah tidur, dan masalah pada ingatan. Kondisi ini lebih umum dialami oleh wanita dibandingkan pria.

Baca juga: Makanan Penambah Daya Tahan Tubuh

 

Penyebab CFS

Belum dapat diteliti secara pasti mengapa CFS bisa terjadi pada seseorang. Namun, kelelahan kronis sudah lama diakui sebagai kondisi medis. Beberapa peneliti percaya bahwa kondisi ini dapat disebabkan oleh perpaduan faktor genetik dan lingkungan, seperti:

 

1. Ketidakseimbangan hormon

Jika dikaitkan dengan masalah hormon, kondisi ini cenderung lebih umum dialami oleh wanita. Hormon adalah senyawa kimia yang berpengaruh langsung terhadap fungsi organ dan sel tubuh. Fluktuasi hormon dapat terjadi karena gaya hidup yang tidak seimbang, racun, atau masa tertentu dalam kehidupan wanita, seperti saat menstruasi dan menopause.

 

2. Sistem imun yang tertekan

Sistem imun pasien yang mengalami kondisi ini biasanya memiliki kelainan, sehingga membuatnya lebih rentan terkena penyakit yang diyakini berperan penting dalam timbulnya CFS.

 

3. Kejadian yang membuat tertekan

Banyak pasien yang mengeluhkan bahwa gejala CFS mulai muncul setelah tekanan fisik dan emosional, seperti operasi, kematian orang terdekat, perceraian, atau trauma.

 

Gejala CFS

Terdapat beberapa tanda atau gejala umum yang sering dialami oleh seseorang yang mengalami CFS selain kelelahan ekstrem yang dialami lebih dari 6 bulan, seperti:

  • Sakit kepala terus-menerus.
  • Tidak dapat berkonsentrasi.
  • Nyeri pada beberapa sendi tanpa bercak merah atau pembengkakan.
  • Tidak terasa segar setelah bangun tidur.
  • Mudah hilang ingatan.
  • Depresi.
  • Memiliki penyakit tidur kronis seperti insomnia.
  • Berkurangnya frekuensi aktivitas fisik.
  • Nyeri otot tanpa penyebab yang jelas.
  • Mengalami hipersensitif terhadap aktivitas sehari-hari, seperti menaiki tangga atau pulang kerja.
  • Otak yang berpikir secara lambat.
  • Kebingungan.

 

Jika Kamu memiliki tanda-tanda seperti di atas, cobalah untuk berkonsultasi kepada dokter tentang apa yang Kamu alami selama 6 bulan terakhir. Wanita lebih berisiko mengalami kondisi ini jika dibandingkan dengan pria. Orang-orang yang berusia 30-50 tahun juga lebih berisiko mengalami kondisi ini.

Baca juga: Manfaat Tidur Tanpa Celana Dalam

 

Pengobatan CFS

Saat ini belum ada tes khusus yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis sindrom kelelahan kronis. Biasanya, dokter membuat catatan kesehatan yang bertujuan untuk mengeliminasi kondisi medis lain dengan gejala serupa, seperti kelainan tidur kronis, gangguan jiwa, maupun depresi. Alhasil, diagnosis yang tepat membutuhkan waktu yang panjang. Biasanya pasien akan didiagnosis mengalami CFS apabila:

  • Menunjukkan gejala CFS, terutama kelelahan ekstrem yang berkepanjangan atau lebih dari 6 bulan, dan tidak hilang meski sudah banyak beristirahat.
  • Tes diagnosis tidak memberikan hasil yang pasti dan tidak dapat mengindentifikasi penyebab gejala pasien.

 

CFS sendiri belum ada obat untuk menyembuhkannya. Namun, dokter menyarankan pasien lebih fokus untuk meredakan gejala dan berusaha meningkatkan kualitas hidup.  Sama halnya dengan pasien yang mengalami depresi, biasanya pasien dengan CFS akan diberikan obat antidepresan agar bisa tidur.

 

Terdapat aktivitas lain yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya CFS, di antaranya:

  • Olahraga yoga dan taichi.
  • Menerapkan gaya hidup sehat, seperti berhenti merokok dan menghindari alkohol.
  • Menghindari stres.
  • Menghubungi dokter.
Baca juga: Kenali Penyebab dan Cara Mengatasi Anemia

 

Penelitian terhadap kondisi ini masih terus dilakukan untuk memahami penyebab pasti seseorang mengalami CFS. Selain itu, dokter juga masih mencari tahu cara untuk mengidentifikasi kondisi ini lebih awal. Semoga cepat terlaksana ya, Gengs! (AD/AS)