Penyumbatan pembuluh darah tidak boleh diabaikan. Pasalnya, ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan serius, seperti stroke, serangan jantung, penyakit pembuluh darah perifer, maupun trombiosis vena dalam.

 

Normalnya, darah mengalir di sepanjang pembuluh darah. Namun karena faktor pembekuan dalam darah bisa menjadi sangat aktif, darah bisa menjadi lebih kental dan membentuk bekuan di dalam pembuluh darah. Alhasil, ada jaringan-jaringan dalam tubuh yang tidak mendapatkan asupan darah yang membawa oksigen dan nutrisi, sehingga terjadi kerusakan.

 

Masalah kekentalan darah dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu genetik dan lingkungan. Menurut Dr. dr. Lugyanti Sukrisman, Sp. PD-KHOM., saat ditemui dalam acara “Hari Trombosis Sedunia” pada 13 Oktober 2018 di Jakarta, pasien yang dirawat dan harus berbaring dalam waktu yang lama juga bisa mengalami kekentalan darah. Selain itu, riwayat penyakit autoimun dan kanker juga berisiko lebih tinggi mengalami kekentalan darah.

 

Baca juga: Masalah Kulit Akibat Tekanan Pembuluh Darah Selama Kehamilan

 

Gangguan kekentalan darah ini sebenarnya bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti tidak merokok, makan makanan yang bergizi, olahraga, rajin minum air putih, menjauhi stres, serta rutin kontrol ke dokter. Namun jika sudah terjadi penyumbatan pembuluh darah, maka tindakan dan pengobatan untuk menghilangkan sumbatan dan mencegahnya berulang perlu dilakukan.

 

Salah satu pengobatan yang bisa diberikan kepada pasien adalah obat pengencer darah. Obat ini dapat berupa suntikan ataupun tablet. Dokter Lugyanti menganjurkan untuk mengonsumsi obat pengencer darah jika pasien memiliki faktor risiko mengalami bekuan darah, di antaranya:

  • Mengalami gangguan irama jantung.

  • Menggunakan ring jantung atau katup jantung buatan.

  • Memiliki riwayat serangan jantung atau stroke.

  • Mengalami trombosis vena dalam atau emboli paru (bekuan darah di pembuluh darah paru).

  • Habis operasi orthopaedi (penggantian sendi panggul atau lutut).

  • Memiliki penyakit autoimun (lupus) dan kanker.

  • Mengalami hangguan pembekuan darah yang bersifat genetik.

 

“Obatnya berbeda-beda, maka harus dilihat bagaimana kerjanya. Obat bisa bekerja sendiri-sendiri maupun dibantu dengan obat yang lain. Karenanya, pemilihan obat pengencer darah harus disesuaikan dengan kebutuhan dan penyakit pasien,” ujar dr. Lugyanti. Jika faktor risikonya permanen, maka kemungkinan pasien akan menggunakan obat pengencer darah dalam jangka panjang.

 

Baca juga: 8 Faktor Risiko Penyebab Serangan Jantung

 

Kebanyakan orang merasa khawatir, jika mengonsumsi obat pengencer darah dalam jangka panjang akan memengaruhi fungsi ginjal. Namun, hal tersebut dibantah oleh dr. Lugyanti. Selain itu, hal lain yang ditakutkan pasien adalah akan terjadi perdarahan. “Perdarahan itu dibagi menjadi 2, yang kecil atau biasa kita sebut minor, dan yang besar atau mayor. Jelas yang berbahaya adalah mayor. Namun jika perdarahan kecil terjadi secara terus-menerus atau berkesinambungan, tetap harus diwaspadai,” jelasnya.

 

Perdarahan kecil misalnya berupa lebam pada kulit jika terbentur dan perdarahan gusi (sedikit). Sedangkan perdarahan besar berupa buang air besar atau buang air kecil berdarah, lebam pada kulit yang luas atau di beberapa tempat, serta perdarahan gusi yang banyak atau terus-menerus. Sementara itu, jika mengonsumsi obat pengencer darah jenis aspirin, maka efek samping yang terjadi adalah nyeri ulu hati dan kembung.

 

“Inilah alasan mengapa setiap pasien memerlukan obat pengencer darah yang berbeda-beda. Tipsnya, konsumsilah obat dengan tepat di waktu yang sama. Misalnya jika mengonsumsi obar warfarin, kalau minumnya malam, ya malam terus. Jaga pula pola makan dan batasi mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin K. Jangan lupa untuk kontrol secara teratur untuk mengecek perdarahan yang terjadi,.

 

Intinya, ungkap dr. Lugyanti, kalau harus minum obat jangan takut, tetapi harus tahu. Pasalnya, mau tidak mau ada pasien yang memang harus menggunakan obat pengencer darah. Langsung konsultasikan ke dokter jika ada tanda-tanda penyumbatan darah dan stroke. Apabila ada rencana operasi, maka beritahukan terlebih dahulu kepada dokter untuk mendapatkan solusi terbaik ketika mengonsumsi obat pengencer darah. (AS/AY)

 

Baca juga: Hal yang Harus Kamu Ketahui tentang Obat Pengencer Darah

 

Cara Mencegah Stroke - GueSehat.com