Salah satu fungsi ginjal adalah menyaring sampah atau limbah metabolisme tubuh, untuk dibuang melalui urine. Ketiga ginjal gagal menjalankan fungsi ini, maka proses penyaringan limbah metabolisme tidak maksimal, bisa dikenali dari zat apa saja yang ikut terbawa keluar melalui urine.

 

Ketika urine seseorang mengandung protein, bisa dipastikan ia mengalami gangguan fungsi ginjal. Protein tidak seharusnya dibuang melalui urine, karena ia adalah zat yang sangat dibutuhkan tubuh. Kondisi di mana protein lolos dan ikut terbuang bersama urine disebut albuminuria atau proteinurea. 

 

Albumin itu adalah jenis protein yang umumnya ditemukan di dalam darah. Tubuh membutuhkan protein sebagai nutrisi penting untuk membangun otot, regenerasi jaringan, dan melawan infeksi. Itulah mengapa albumin seharusnya berada di dalam darah, bukan di urine.

 

Lalu, apa gejala albuminuria dan bagaimana pengobatannya? Berikut penjelasan lengkapnya!

 

Baca juga: Tidak Benar Selang Cuci Darah di RSCM Digunakan untuk 40 Orang! 

 

Bagaimana Cara Mengetahui Ada Protein di dalam Urine?

Kamu bisa mengetahuinya lewat tes urine biasa, yang biasanya sudah termasuk dalam pemeriksaan medis rutin. Kamu hanya perlu memasukkan sebagian urine ke dalam tube kecil. Setelah itu, petugas medis akan langsung mengetes urinnya menggunakan kertas plastik khusus. Sebagian urinnya akan diperiksa menggunakan mikroskop dan dibawa ke laboratorium.

 

Di laboratorium akan dilakukan tes ACR (albumin-to-creatinine ratio). Tes ACR akan menunjukkan apakah di dalam urin Kamu terdapat albumin dalam kadar tertentu yang dinggap tidak normal. Jumlah kadar albumin yang normal di dalam urin harus di bawah 30 mg/g. Kalau hasil tesnya menunjukkan kadar albumin di atas 30 mg/g, maka kemungkinan Kamu memiliki penyakit ginjal.

  

Baca juga: 8 Golden Rules untuk Mencegah Penyakit Ginjal

 

Albuminuria Apakah Selalu Dikaitkan dengan Gangguan Ginjal?

Albuminuria kemungkinan besar adalah salag satu gejala awal penyakit ginjal. Namun, tentu saja perlu dipertimbangkan faktor risiko lain untuk kemungkinan penyakit ginjal. Pada orang yang masih muda, tidak memiliki diabetes atau hipertensi, dan kadar albumin dalam urine tidak terlalu tinggi, kemungkinan besar hanya kurang minum.

 

Untuk memastikan ada tidaknya penyakit ginjal, dokter bisa melakukan tes albumin ulang. Jika mendapatkan hasil positif sebanyak tiga kali selama lebih dari tiga bulan, maka kemungkinan besar Kamu terkena penyakit ginjal.

 

Diagnosis penyakit ginjal juga bisa dilakukan melalui tes darah untuk mengukur GFR, atau glomerular filtration rate (laju filtrasi glomerilar). Bahasa sederhananya adalah seberapa cepat ginjal mennyaring darah.  

 

Beberapa pasien direkomendasikan untuk melakukan sejumlah tes lain, seperti:

  • Imaging test: contohnya seperti ultrasound atau CT scan. Prosedur ini berfungsi mengambil gambar ginjal dan saluran urin. Tes ini bisa menunjukkan jika Kamu memiliki batu ginjal atau masalah kesehatan lainnya.
  • Biopsi ginjal: hal ini bisa membantu menentukan penyebab penyakit ginjal yang Kamu alami. Tes ini juga bisa melihat seberapa jauh kerusakan yang dialami ginjal. 

 

Apakah Tes untuk Mendeteksi Albuminuria Harus Dilakukan Secara Rutin?

Biasanya, orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ginjal harus melakukan tes ini sevagai bagian pemeriksaan medis rutin. Orang yang berisiko tinggi terkena penyakit ginjal adalah:

 

  • Penderita diabetes
  • Penderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Orang yang memiliki riwayat keluarga gagal ginjal
  • Orang yang berusia di atas 65 tahun
  • Orang dengan etnis tertentu, termasuk Afrika-Amerika, Hispanik, Asia, Amerika-Indian

 

Kondisi-kondisi di atas seringkali menyebabkan penyakit ginjal kronis yang tidak bisa diobati, khususnya hipertensi dan diabetes. Untuk melihat lebih jauh tentang hubungan antara hipertensi dan penyakit ginjal, penjelasannya ada dalam video di bawah ini.

 

 

Pengobatan untuk Albuminuria

Kalau Kamu sudah terdiagnosis terkena penyakit ginjal kronis, ada beberapa pilihan terapi yang tersedia, sesuai derajat keparahan penyakit. Penderita penyakit ginjal kronis umumnya ditangani dokter spesialis ginjal dan hipertensi (nefrologi).

 

Adapun untuk pengobatannya sendiri biasanya meliputi:

  • Obat khusus untuk memperbaiki fungsi ginjal, jika kerusakannya belum parah
  • Perubahan diet dan pola makan
  • Perubahan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, rutin olahraga, dan berhenti merokok.
  • Cuci darah atau hemodialisis seumur hidup, 2-3 kali dalam seminggu.
  • Transplantasi ginjal.

 

Baca juga: Lebih dari Separuh Penderita Gagal Ginjal Disebabkan Diabetes

 

Ginjal adalah salah satu organ dengan fungsi yang paling penting. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya Geng Sehat meningkatkan kepedulian dan menjaga kesehatannya. Hindari kebiasaan yang dapat merusak ginjal ini! (UH/AY)

kebiasaan dapat merusak ginjal

 

Sumber:

National Kidney Foundation. Albuminuria. Agustus. 2016.