Beberapa hari terakhir, muncul berita yang membuat masyarakat resah saat calon presidan nomor urut 02, Prabowo Subianto mengatakan bahwa karena BPJS kehabisan dana, maka satu selang alat cuci darah di RSCM digunakan untuk 40 orang. Pernyataan Prabowo yang disampaikan di kediamannya di Bukit Hambalang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/12), tersebut menjadi viral.

 

Tetapi berita itu langsung dibantah dan diklarifikasi oleh pihak RSCM. Direktur Utama RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, dr. Lies Dina Liastuti SpJP(K), MARS, melalui siaran pers menjelaskan, RSCM menggunakan sekali pakai (single use) untuk selang hemodialisis, begitu pula tabung dialisernya. Sejumlah dokter juga membuat pernyataan seputar proses hemodialisis di rumah sakit Indonesia yang sudah memenuhi standar.

 

Geng Sehat yang masih bingung apa itu hemodialisi dan alat-alat apa saja yang dibutuhkan sehingga muncul isu selang dipakai ramai-ramai mengakibatkan rentan penularan penyakit, inilah penjelasannya!

 

Baca juga: Konsumsi Obat Darah Tinggi Sebabkan Ginjal Rusak?

 

Sekilas Tentang Hemodialisis

Dialisis atau cuci darah adalah tindakan untuk mengganti kerja ginjal yang sudah rusak dan tidak berfungsi. Penderita gagal ginjal tidak bisa membuang sisa-sisa metabolisme dan limbah dalam darah yang sudah tidak berguna di tubuh melalui urin, karena ginjal yang berfungsi sebagai penyaring tidak lagi berfungsi. Oleh karena itu, pasien membutuhkan mesin untuk mencuci darahnya secara rutin 1-3 kali seminggu, tergantung tingkat kerusakan ginjalnya.

 

Ada dua jenis dialisis, yaitu hemodialisis yang pelaksanaannya menggunakan mesin dan dilakukan di rumah sakit, dan peritoneal dialisis, yaitu dialisis melalui rongga perut yang bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah. Pada proses hemodialisis, darah dimasukkan ke dalam mesin penyaring di luar tubuh, dibersihkan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh. 

 

Di Indonesia lebih dari 90% pasien yang menjalani cuci darah, memanfaatkan mesin dialisis yang disediakan rumah sakit, baik melalui BPJS maupun bayar sendiri. pasien gagal ginjal harus menjalani hemodialisis seumur hidup, kecuali ia menjalani transplantasi ginjal.

 

 

Bagaimana Proses Hemodialisis?

Pasien yang baru pertama kali menjalani hemodialisis, langkah pertama yang dilakukan adalah membuat sayatan atau operasi kecil di bawah kulit untuk membuat akses selang ke pembuluh darah. Hal ini bisa dilakukan melalu beberapa cara, diantaranya:

 

Fistula atau A-V fistula: arteri dan vena ditempelkan di bawah kulit lengan. A-V fistula membutuhkan waktu 6 minggu atau lebih untuk bisa berfungsi sebelum digunakan untuk hemodialisis. Setelahnya, bagian yang sudah difistula bisa digunakan selama bertahun-tahun.

Graft atau A-V graft: tabung plastik berukuran kecil dimasukkan ke dalam kulit untuk menggabungkan arteri dan vena. Cara ini hanya membutuhkan waktu 2 minggu untuk sembuh, sehingga pasien bisa melakukan hemodialisis lebih cepat. Namun, bagian yang sudah digraft tidak tahan lama. Kemungkinan pasien harus melakukan graft lagi setelah beberapa tahun.

Kateter: metode ini merupakan pilihan untuk pasien yang harus melakukan hemodialisis secepat mungkin. Kateter dimasukkan ke dalam vena di leher, tepat di bawah tulang selangka, atau di bagian kunci paha. 

 

Selama proses hemodialisis, pasien akan berbaring. Dokter atau staf medis yang terlatih akan memasukkan dua selang ke dalam lengan di lokasi fistula atau graft yang sudah tertanam sebelumnya. Pompa di mesin dialisis akan mengeluarkan darah, kemudian darah disalurkan ke tabung dialiser.

 

Di sinilah proses pembersihan darah terjadi, meniru apa yang dilakukan ginjal, yaitu menyaring garam, zat-zat sisa, dan cairan yang tidak diperlukan. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh lewat selang yang kedua. 

 

Proses hemodialisis di rumah sakit biasanya memakan waktu sekitar 3 - 5 jam. Pasien tidak perlu menginap, dan ia akan datang kembali saat jadwal cuci darah berikutnya. 

 

Baca juga: Anak pun Bisa Kena Gagal Ginjal, Waspada Gejalanya!

 

Semua Komponen pada Mesin Hemodialisis, Steril

Pemerhati kesehatan, dr. Erik Tapan dari Rena Medika Klinik Hemodialisa, memberikan klarfikasi terkait isu yang meresahkan masyarakat. Menurutnya, setiap rumah sakit sudah tahu pentingnya kebersihan dan kesterilan alat-alat hemodialisis. Pasalnya, jika tidak steril, penyakit bisa menular dari satu pasien ke pasien hemodialisa lainnya. Proses hemodialisis ini minimal melibatkan tiga alat utama:

 

1. Mesin dialisis

Menurut dr. Lies, mesin dialisis berfungsi sebagai pengatur proses dialisis dan tidak ada kontak langsung dengan darah pasien. Mesin dialisis digunakan bergantian untuk beberapa pasien. Hanya saja, kali ini dijelaskan dr. Erik, ada kasus khusus untuk pasien infeksi. 

 

"Mesin dialisis harganya cukup mahal, sehingga penggunaannya dibedakan pada pasien yang memiliki penyakit menular dan pasien dengan penyakit tidak menular. Penyakit menular yang dimaksud adalah pasien hepatitis dan HIV/AIDS. 

 

Kalau pada klinik atau rumah sakit yang mesinnya tidak banyak, umumnya tidak menerima pasien dengan penyakit menular. Semua pasien baru, wajib hukumnya diperiksa status infeksinya sebelum memulai proses dialisis. Pemeriksaan ini diulang setiap 6 bulan sekali," jelas dr. Erik.

 

2. Tabung dialiser

Dialiser (tabung dialiser) merupakan ginjal buatan yang berfungsi untuk membersihkan darah dan toksin sisa metabolisme tubuh. Dialiser dapat digunakan lebih dari sekali namun hanya pada pasien yang sama, setelah dilakukan proses sterilisasi dan uji kelayakan. Itulah mengapa setiap tabung dialiser ditempelkan nama pasien. Biasanya pada kasus di mana jumlah mesin dialisis di sebuah rumah sakit terbatas.

 

Di Indonesia, rumah sakit tipe A umumnya menggunakan tabung dialiser satu kali pakai (termasuk di RSCM). Sementara itu, di rumah sakit tipe B dan seterusnya, yang digunakan umumnya adalah tabung yang bisa dipakai sebanyak delapan kali.

 

Menurut dr. Erik, maksimal penggunaan tabung dialiser pada satu pasien yang sama adalah hingga tujuh kali (delapan kali dihitung dengan pencucian). "Sudah ada penelitian bahwa penggunaan tabung dialiser satu kali hingga delapan kali hasilnya tidak jauh berbeda. 

 

Jadi, penggunaan tabung dialiser sebanyak delapan kali masih diperbolehkan, terkecuali jika dialisernya sudah rusak. Dokter bisa mengetahui jika tabung dialiser rusak saat proses pencucian. 

 

Baca juga: Yuk, Ketahui Penyebab Ginjal Rusak!

 

3. Selang dialiser

Polemik berawal dari sini. Padahal tidak benar bahwa selang bisa digunakan berkali-kali bahkan ke banyak pasien. "Selang hemodialisis digunakan untuk mengalirkan darah dari tubuh pasien ke dialiser dan mengembalikan  darah yang sudah didialisis ke tubuh pasien. 

 

"Selang dialisis, apapun tipe klinik atau rumah sakitnya, baik bayar sendiri atau menggunakan BPJS, sepengetahuan saya hanya digunakan satu saja setiap kali hemodialisa," pungkas dr. Erik.

 

Dirut RSCM menambahkan, "Pelayanan pasien di RSCM selalu mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, begitu pula dengan pelayanan hemodialisis." Jadi Geng Sehat tidak perlu khawatir dengan kualitas proses hemodialisis di rumah sakit Indonesia.

 

Semua alat yang digunakan pasti baru dan masih steril. Untuk kualitas hemodialisis, rumah sakit di Indonesia memang sudah tergolong baik. Jangan ragu melakukan dialisis di rumah sakit Indonesia. Selalu cek kesehatan jika ada gejala gangguan pada ginjal. (UH/AY)