Orang dengan diabetes yang tidak terkontrol berisiko mengalami penyakit ginjal bahkan berujung dengan gagal ginjal. Itulah sebabnya, banyak penderita diabetes yang menjalani cuci darah. Salah satu tanda kerusakan ginjal bisa dilihat di urine, yakni urine berbusa. Benarkan urine berbusa tanda kerusakan ginjal?

 

Sebelum membahas lebih jauh tentang kerusakan ginjal dan tanda yang bisa dikenali melalui urine, ada baiknya kita pelajari tentang urine yang normal.

 

Baca juga: Proteksi untuk Jantung dan Ginjal Pada Pasien Diabetes Melitus

 

Seperti Apa Urine Normal Itu?

Menurut beberapa pakar kesehatan, secara umum urine yang normal itu jernih, dengan warna kekuningan. Warna urine ini tergantung pula dengan banyaknya asupan minum. Semakin banyak minum air putih, warna urine umumnya semakin cerah, dan kurang minum menjadikan urine berwarna pekat atau kecokelatan.

 

Urine normal juga seharusnya tanpa darah atau buih. Tapi kita harus bisa membedakan antara busa dan gelembung. Jika kamu mendapati ada gelembung di urine, itu bukan busa.

 

Gelembung berbentuk lebih besar, jernih, dan dapat disiram. Setiap orang akan memiliki gelembung di toilet setelah buang air kecil karena efek dari kecepatan aliran air kencing saat buang ari kecil. Umumnya semakin penuh kandung kemihnya, semakin banyak ketika dikeluarkan, semakin cepat/deras alirannya dan ini menciptakan efek gelembung pada urin.

 

Sedangkan busa, di sisi lain, berwarna putih, dan bentuknya kecil-kecil. Saat kita menyiram toilet setelah buang air kecil, busa ini tetap berada di toilet dan tidak ikut tersiram.

 

Baca juga: Obat-obatan yang Dapat Mengubah Warna Urine

 

Apa penyebab urine berbusa?

Haruskah kita khawatir jika urine kita berbusa dan ini berlangsung selama beberapa hari? Jika sesekali saja,  mungkin tidak perlu khawatir. Namun jika urine berbusa terus menerus, ada baiknya cek ke dokter.

 

Busa pada urine bisa menjadi tanda kebocoran protein dalam urin (proteinuria), yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Peningkatan jumlah protein dalam urine bisa berarti ada masalah ginjal yang serius.

 

Faktanya, dari catatan pasien dengan penyakit ginjal, hampir semuanya mengalami gejala urine berbusa, Hanya sekitar sepertiga pasien yang menyampaikan keluhan ini dan tidak ditemukan memiliki proteinuria abnormal, sehingga sebagian besar kasus urin "berbusa" yang tidak terkait dengan ginjal ini penyebabnya tidak dapat dijelaskan.

 

Ginjal berfungsi menyaring protein, dan kemudian menyimpannya di dalam tubuh. Jika ada protein yang bocor ke urine, artinya ginjal tidak bekerja dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh sejumlah penyakit yang berdampak langsung pada ginjal, seperti diabetes, hipertensi, atau lupus.

 

Selain itu, penting untuk dicatat bahwa urine berbusa, jika disertai dengan kaki bengkak dan bengkak di sekitar mata, dapat mengindikasikan kondisi medis yang serius.

 

Baca juga: Ada Protein dalam Urine Ibu Hamil, Bahayakah?

 

Apa yang Harus Dilakukan?

Jika dokter mencurigai adanya kerusakan ginjal setelah melihat urine kamu, biasanya dokter menyarankan dilakukan tes urine sederhana untuk mengkonfirmasi apakah memang ada protein dalam urine dan seberapa banyak.

 

Berdasarkan hasil tes ini, dokter akan menelusuri riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Bisa jadi pasien juga dirujuk ke dokter sub spesialis ginjal dan hipertensi, untuk pengujian dan perawatan lebih lanjut.

 

Terapi yang diberikan akan tergantung dari seberapa berat kerusakan ginjal yang terjadi. Bisa hanya perubahan gaya hidup dengan mengendalikan faktor risiko seperti mengendalikan gula darah dan tekanan darah, mengubah diet, dan memperbanyak air putih. Kadang, dokter memberikan obat-obatan untuk untuk memperbaiki kinerja ginjal. Jika kerusakan ginjal sudah berat, jalan terakhir adalah cuci darah secara rutin atau transplantasi ginjal.

 

Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Ginjal

 

 

Sumber:

Mayoclinic.org. Foamy urine

Nm.org. Foamy urine whats normal whats not.

Asnjournals.org