Apakah Kamu pernah mendengar penyakit myasthenia gravis? Penyakit autoimun ini menyebabkan gangguan neuromuskular yang cukup langka. Secara harfiah, myasthenia gravis bermakna "kelemahan otot yang berat". Artinya, otot-otot penderita myasthenia gravis cenderung menjadi mudah lelah dan lemah, terutama otot mata, wajah, tenggorokan, lengan, dan kaki.

 

Penyebabnya dipicu oleh saraf yang bermasalah saat merangsang kontraksi otot. Akan tetapi, tenang saja. Pada kasus yang ringan, kualitas hidup bagi penderita penyakit ini dapat dikatakan normal. Yuk, telusuri penjelasannya lebih lanjut!

 

Baca juga: Waspada Gejala Kerusakan Saraf akibat Neuropati Diabetes

 

Seberapa Umumkah Penyakit Myasthenia Gravis?

Dilansir dari medicalnewstoday.com, myasthenia gravis memengaruhi sekitar 14-20 orang dari setiap 60.000 jiwa di Amerika Serikat. Penyakit ini bisa terjadi pada usia berapa pun, tetapi lebih besar kemungkinannya terjadi pada wanita di bawah usia 40 tahun dan pria di atas usia 60 tahun.

 

Gejala Umum Penyakit Myasthenia Gravis

Secara awam, gejala yang paling bisa dilihat dari penyakit ini adalah kelelahan. Selebihnya, gejala myasthenia gravis sangat bervariasi. Pada beberapa orang, hanya otot mata yang terpengaruh. Sementara pada kasus lain, ada banyak otot yang terkena dampaknya, termasuk otot yang mengendalikan pernapasan. Untuk lebih jelas, kenali tanda-tanda lengkapnya di bawah ini:

  • Terkulainya salah satu atau kedua kelopak mata.
  • Pasien mengalami penglihatan ganda. Masalah penglihatan ini juga dikenal sebagai myasthenia gravis okular.
  • Sekitar 1 dari 6 pasien myasthenia gravis mengalami tanda kelelahan di otot tenggorokan dan wajah. Tanda kekelelahan ini biasanya juga ikut menurunkan kinerja otot-otot tungkai dan mata.
  • Kelelahan yang dirasakan dapat semakin memburuk saat penderita myasthenia gravis beraktivitas. Kendati demikian, kondisi fisik penderita akan membaik kembali setelah beristirahat.
  • Setidaknya 10% dari total penderita myasthenia gravis mengeluhkan otot lengan dan otot kakinya melemah. Kondisi ini berakibat memengaruhi aktivitas fisik, seperti saat berjalan atau mengangkat benda.

 

Penderita myasthenia gravis juga biasanya mengalami masalah berikut ini:

  1. Sulit berbicara: Suara penderita sering terdengar sengau.
  2. Sulit menelan: Penderita myasthenia gravis cenderung mudah tersedak. Proses makan, minum, dan menelan obat pun menjadi lebih sulit. Tak jarang, saat pasien minum, cairan air pun keluar dari hidung.
  3. Sulit mengunyah: Otot yang digunakan untuk mengunyah dapat melemah saat makan, terutama saat mengonsumsi makanan yang keras atau kenyal, seperti steak.
  4. Sulit bersikap ekspresif. Pasien myasthenia gravis sulit untuk menunjukkan ragam senyum yang berbeda karena terjadi penurunan respons pada otot wajah.

 

Penyebab Myasthenia Gravis

Gangguan penghantaran sinyal saraf menuju otot menjadi penyebab utama myasthenia gravis. Sementara pemicu utama gangguan ini tak lain adalah kondisi autoimun, yaitu sebuah kelainan kondisi pada sistem kekebalan tubuh, yang menyerang jaringan dan saraf sehat pada tubuh.

 

Bagaimana bisa terjadi gangguan hantaran sinyal saaraf pada penderita myasthenia gravis? Berikut penjelasan sederhananya. Dalam kondisi normal, sinyal saraf akan dihantarkan menuju ujung-ujung saaraf untuk menghasilkan sebuah senyawa kimia yang disebut dengan asetilkolin.

 

Asetilkolin kemudian ditangkap oleh reseptor-reseptor di otot, sehingga menghasilkan kontraksi otot. Sayangnya pada kondisi autoimun, sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan protein-protein yang menghancurkan reseptor di otot tersebut. Akibatnya, asetilkolin tidak dapat ditangkap oleh otot. Otot pun akan melemah karena tidak mampu berkontraksi.

 

Baca juga: Sering Merasa Lelah? Ini 9 Cara Mengatasinya!

 

Opsi Pengobatan Myasthenia Gravis

Meskipun myasthenia gravis tidak dapat disembuhkan, sejumlah obat-obatan, terapi, hingga operasi dapat membantu mengendalikan gejala kelemahan otot yang dikeluhkan. Jenis penanganannya pun disesuaikan dengan usia pasien, tingkat keparahan, lokasi otot yang diserang, serta ada tidaknya penyakit penyerta.

 

Dengan waktu istirahat yang cukup dan langkah perawatan rutin yang tepat, banyak pasien myasthenia gravis yang dapat melanjutkan rutinitas normal sehari-hari. Berikut ini jenis-jenis obat yang bisa dugunakan untuk mengembalikan kekuatan otot pada pasien myasthenia gravis:

  • Imunosupresan. Obat ini akan menekan kinerja sistem kekebalan tubuh, sehingga mengendalikan produksi antibodi yang abnormal. Contohnya azathioprinemethotrexate, dan mycophenolate. Biasanya, dokter meresepkan imunosupresan saat keluhan pasien bertambah parah.
  • Obat Pyridostigmine dan neostigmine. Obat penghambat kolinesterase ini berfungsi memperbaiki komunikasi antara saraf dan otot agar kontraksi serta kekuatan otot menjadi lebih baik. Diberikan sebagai langkah penanganan awal untuk gejala-gejala myasthenia gravis yang ringan hingga menengah.
  • Kortikosteroid, seperti prednison. Diberikan pada saat gejala penyakit bertambah parah. Fungsinya untuk menekan sistem kekebalan saat tubuh memproduksi antibodi.

 

Terapi untuk Myasthenis Gravis

Terdapat 2 terapi yang dibutuhkan untuk menangani keluhan lemah otot pada tingkat yang cukup parah.

  • Terapi plasmaferesis. Serupa dengan dialisis, pada prosedur ini darah dialirkan ke dalam mesin yang akan menyingkirkan antibodi penghalang sinyal dari saraf ke otot.
  • Terapi imunoglobulin. Melalui infus, antibodi normal akan dimasukkan dari darah pendonor, sehingga kinerja sistem kekebalan tubuh penderita berubah. Meski sangat efektif, biasanya dokter hanya menyarankan kedua terapi ini untuk dijadikan solusi jangka pendek saja. Manfaatnya hanya dapat dirasakan oleh pasien sekitar 2 minggu.
  • Timektomi. Operasi pengangkatan kelenjar timus juga terkadang dibutuhkan oleh penderita myasthenia gravis, baik yang memiliki tumor dalam kelenjar timus ataupun tidak. Prosedur ini hanya dianjurkan bagi pasien berusia di bawah 60 tahun.

 

Efek Samping Obat yang Dapat Dialami

Beberapa obat, seperti penghambat kolinesterase dan imunosupresan, dapat mengakibatkan efek samping diare, kram perut, mual, dan otot berkedut. Sementara efek samping jangka panjang dari konsumsi kortikosteroid antara lain diabetes, osteoporosis, dan kenaikan berat badan. Risiko komplikasi juga bisa terjadi bagi penderita myasthenia gravis yang parah.

 

Komplikasi Myasthenia Gravis

Myasthenia gravis dapat menyebabkan komplikasi. Setiap komplikasi ada yang dapat dikendalikan, tetapi ada pula yang berisiko fatal. 

  • Kesulitan bernapas. Komplikasi ini bisa terjadi saat pasien myasthenia gravis mengalami infeksi parah atau tengah mengalami penurunan drastis pada kinerja otot-otot pengendali pernapasan. Segera atasi dengan membawa penderita ke rumah sakit.
  • Gangguan autoimun lain, di antaranya gangguan kelenjar tiroid (seperti hipertiroid atau hipotiroid), lupus, dan rheumatoid arthritis.
  • Tumor Timus. Sebagian kecil pengidap myasthenia gravis memiliki tumor pada kelenjar timus, yang bersifat tidak ganas.
  • Krisis myasthenia. Krisis ketika otot-otot sistem pernapasan terlalu lemah untuk berfungsi. Penderita akan mendapatkan alat bantu pernapasan mekanik.

 

Penyakit myasthenia gravis sulit dicegah. Namun, ada beberapa solusi untuk mencegahnya bertambah parah. Contohnya, berhentilah beraktivitas sebelum kelelahan, jagalah kebersihan agar terhindar dari infeksi, lekas obati luka jika terjadi infeksi, hindarilah suhu tubuh yang terlalu panas ataupun terlalu dingin, serta pandai-pandailah mengelola stress. (TA/AS)

 
Baca juga: Cegah Kerusakan Saraf Tepi dengan Vitamin Neurotopik