Masih kecil atau berusia balita sudah terkena penyakit saraf? Pada kenyataannya, ini banyak terjadi pada anak. Biasanya, masalah kesehatan saraf ini banyak terjadi karena bawaan genetis, cacat lahir, atau kondisi kelainan yang berkembang saat mereka masih berupa janin.

Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengobatan, sekarang banyak kasus penyakit saraf pada anak yang bisa ditangani sedini mungkin. Tapi, apa sajakah jenis penyakit saraf pada anak?

  1. Spina bifida.

Spina bifida (SB) adalah cacat tabung saraf (kelainan yang melibatkan perkembangan otak, sumsum tulang belakang, dan / atau penutup pelindungnya yang tidak lengkap). Penyebabnya adalah kegagalan tulang belakang janin untuk menutup dengan benar selama bulan pertama kehamilan.

Bayi yang lahir dengan SB kadang-kadang menderita luka kulit pada tulang belakang mereka. Di sinilah kerusakan signifikan pada saraf dan sumsum tulang belakang telah terjadi.

Meskipun pembukaan tulang belakang dapat diperbaiki melalui pembedahan segera setelah kelahiran, kerusakan saraf bersifat permanen, sehingga anak mengalami berbagai tingkat kelumpuhan pada tungkai bawah. Meskipun belum tentu ada luka sesudah operasi, tulang belakang terlanjur terbentuk tidak sempurna.

Perawatan:                                                                    

Sayangnya, tidak ada obat untuk SB karena jaringan saraf tidak dapat diganti atau diperbaiki. Perawatan untuk berbagai efek SB mungkin termasuk pembedahan, pengobatan, dan fisioterapi. Banyak penderita SB membutuhkan alat bantu seperti kawat gigi, kruk, atau kursi roda.

Terapi yang berkesinambungan, perawatan medis, dan / atau perawatan bedah mungkin diperlukan untuk mencegah dan mengelola komplikasi sepanjang hidup anak. Pembedahan untuk menutup bukaan tulang belakang bayi yang baru lahir umumnya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kelahiran untuk meminimalkan risiko infeksi dan mempertahankan fungsi sumsum tulang belakang.

Hidrosefalus adalah salah satu penyakit saraf pada anak yang paling sering disebut dan diingat. Bila melihat seorang bayi dengan kepala yang lebih besar dari ukuran normal, nama penyakit saraf ini pasti langsung teringat seketika.

Hydrocephalus adalah suatu kondisi berupa akumulasi cairan serebrospinal (CSF) yang berlebihan atau cairan bening yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Akumulasi yang berlebihan ini menghasilkan pelebaran abnormal dari ruang-ruang di otak yang disebut ventrikel. Pelebaran ini berpotensi menyebabkan tekanan berbahaya pada jaringan otak. Makanya, anak dengan hidrosefalus selalu berkepala lebih besar dari ukuran rata-rata normal.

Ada hidrosefalus bawaan maupun yang didapat karena komplikasi saat kehamilan. Hidrosefalus kongenital terjadi saat lahir karena kelainan genetic atau gangguan penyakit saraf lainnya, seperti spina bifida dan encephalocele (ensefalokel.)

Hidrosefalus yang didapat berkembang pada saat kelahiran atau beberapa saat sesudah kelahiran.

Perawatan:

Pembedahan mungkin diperlukan dalam beberapa kasus hidrosefalus. Pembedahan biasanya melibatkan penempatan alat shunting mekanis ke kepala bayi untuk membantu mengalirkan CSF (cerebral spinal fluid atau cairan tulang belakang) ekstra dari otak dan mengarahkan cairan ekstra ke bagian lain tubuh untuk diserap.

Epilepsi juga merupakan penyakit saraf yang sering disebut, terutama bila yang menderita anak-anak. Epilepsi adalah spektrum gangguan otak. Jenisnya ada yang mulai dari tingkat parah, mengancam jiwa dan melumpuhkan, sampai yang lebih jinak.

Pada epilepsi, pola normal aktivitas neuron menjadi terganggu, sehingga menyebabkan sensasi, emosi, dan perilaku aneh terjadi. Kadang-kadang penderita juga mengalami kejang-kejang, kejang otot, dan kehilangan kesadaran.

Ada ragam kemungkinan penyebab dan jenis epilepsi. Apa pun yang mengganggu pola normal aktivitas neuron — mulai dari penyakit hingga kerusakan otak hingga perkembangan otak yang tidak normal — dapat menyebabkan kejang.

Epilepsi dapat berkembang karena kelainan pada saraf otak, ketidakseimbangan bahan kimia pemberi sinyal pada saraf yang disebut neurotransmitter, atau berbagai kombinasi gangguan saraf lainnya.

Serangan kejang-kejang sebagai akibat demam tinggi (disebut demam kejang) atau cedera kepala tidak selalu berarti bahwa seseorang menderita epilepsi. Bila anak mengalami gejala kejang-kejang yang sama telah terjadi lebih dari dua kali, maka anak menderita epilepsi.

Pengukuran aktivitas listrik di otak dan pemindaian otak seperti pencitraan resonansi magnetik atau computed tomography adalah tes diagnostik umum untuk epilepsi.

Perawatan:

Berhubung tipe epilepsi yang diderita setiap anak bisa berbeda, sebaiknya konsultasikan dulu pengobatan si kecil dengan dokter ahli saraf. Sekitar 70 persen kasus epilepsi dapat ditangani dengan pengobatan medis modern dan bedah.

Untuk epilepsi yang sulit dikendalikan, konsultasikan dengan ahli saraf untuk terapi dan perubahan pola makan. Pastikan menu diet anak sudah tepat dan tidak akan memicu serangan kejang-kejang berikutnya.

Autisme juga termasuk salah satu penyakit saraf pada anak yang sering disebut. Lengkapnya, autisme disebut dengan gangguan spectrum autisme atau ASD (autism spectrum disorder).

Anak-anak autis mengalami kesulitan dengan interaksi sosial, baik dengan komunikasi verbal maupun nonverbal, dan menunjukkan perilaku berulang atau minat yang sempit dan obsesif. Perilaku ini dapat berkisar mulai dari yang ringan hingga berat. Hingga kini, para ilmuwan belum menemukan penyebab pasti autisme, kecuali kemungkinan bahwa genetika dan lingkungan ikut berperan.

Gangguan spektrum autisme didiagnosis berdasarkan gejala, tanda, dan pengujian lainnya sesuai dengan Manual Diagnostik dan Statistik V, panduan yang dibuat oleh American Psychiatric Association untuk mendiagnosis gangguan mental. Anak-anak harus menjalani screening untuk keterlambatan perkembangan selama pemeriksaan secara berkala dan khusus untuk autisme pada usia 18 dan 24 bulan.

Perawatan:

Sayangnya, tidak ada yang dapat menyembuhkan autisme. Yang ada hanyalah beberapa jenis manajemen perawatan anak dengan autisme. Misalnya: terapi pendidikan, perilaku, pengobatan, dan lain-lain. Para terapis sepakat bahwa semakin cepat autisme didiagnosis, penanganannya semakin cepat dilakukan – sehingga tidak terlanjur parah.

  1. Cerebral palsy.

Jika suka menonton serial “9-1-1”, Mums mungkin tahu aktor Gavin McHugh yang memerankan Christopher Diaz, putra pemadam kebakaran sekaligus penderita cerebral palsy. Sang aktor sendiri juga benar-benar hidup dengan penyakit saraf ini.

Istilah cerebral palsy mengacu pada sekelompok gangguan neurologis yang muncul pada masa bayi atau anak usia dini dan secara permanen mempengaruhi gerakan tubuh, koordinasi otot, dan keseimbangan anak. CP mempengaruhi bagian otak yang mengontrol pergerakan otot.

Mayoritas anak-anak dengan cerebral palsy lahir dengan penyakit saraf ini, meskipun mungkin tidak langsung terdeteksi. Ada yang baru terlihat sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.

Tanda-tanda awal cerebral palsy biasanya muncul sebelum seorang anak mencapai usia 3 tahun. Yang paling umum adalah kurangnya koordinasi otot ketika melakukan gerakan sukarela (ataksia); otot kaku atau kencang dan refleks berlebihan; berjalan dengan satu kaki atau menyeret kaki; berjalan di atas jari kaki, gaya berjalan berjongkok, atau gaya berjalan seperti gunting; dan tonus otot yang terlalu kaku.

Perawatan:

Sayangnya, CP juga tidak bisa disembuhkan. Namun, dengan penanganan sedini mungkin, kemampuan fisik anak tetap bisa berkembang. Penanganan dapat berupa terapi fisik dan okupasi, terapi wicara, obat untuk mengontrol kejang, membuat relaks kejang otot, dan mengurangi nyeri; operasi untuk memperbaiki kelainan anatomi atau meluweskan otot yang tegang; kawat gigi dan perangkat ortotik lainnya; kursi roda dan alat bantu jalan; dan alat bantu komunikasi seperti computer untuk CP yang mempengaruhi pita suara.

Sebenarnya, masih banyak jenis penyakit saraf pada anak. Lima (5) jenis penyakit saraf ini adalah yang paling sering disebut. Semoga si kecil sehat selalu, Mums. Namun, bila anak menderita penyakit saraf, jangan kecil hati. Rawatlah mereka dengan kasih sayang agar mereka tetap menikmati masa kanak-kanak dengan ceria dan dalam kondisi sehat.

Sumber:

https://www.childneurologyfoundation.org/disorder-directory/

https://www.ucsfbenioffchildrens.org/conditions/neurology/

https://www.mottchildren.org/pediatric-brain-neurological