Kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 sangat erat keterkaitannya dengan masalah saraf tepi. Peran vitamin yang dikenal juga sebagai vitamin neurotropik ini adalah memperlambat proses degenerasi sel-sel saraf tepi. Studi yang melakukan pengamatan terhadap pasien yang mengonsumsi sebutir vitamin neorotopik selama 90 hari menunjukkan, pada minggu kedua setelah pemakaian secara rutin, tingkat rasa nyeri pada saraf tepi yang dirasakan oleh responden, menurun drastis dari skala 6 menjadi skala 1.  Bahkan di akhir studi (12 minggu) ditemukan juga bahwa kualitas hidup responden meningkat secara signifikan akibat berkurangnya gejala neuropati yang diderita, seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar, dan nyeri yang signifikan.

 

Penelitian juga tidak menemukan efek samping akibat mengonsumsi kombinasi vitamin neurotropik secara rutin dalam jangka panjang. Kalaupun ada, relatif kecil.  "Studi ini membuktikan bahwa vitamin neurotropik tidak hanya mencegah namun juga bisa mengurangi gejala kerusakan saraf tepi, ” papar dr. Manfaluthy Hakim, SpS(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) Pusat, dalam acara seminar Studi Klinis NENOIN, Maret 2018.

 

Dalam acara tersebut juga hadir Prof. Dr. Rima Obeid dari Saarland University Hospital, Jerman, yang menjelaskan tentang neuropati dan ragam manfaat vitamin neurotopik untuk kesehatan. Berikut penjelasan tentang neuropati yang perlu Kamu ketahui:

Baca juga: Hati-hati, Kesemutan Bisa Jadi Pertanda Penyakit Serius!

 

Apa itu neuropati?

Neuropati merupakan kondisi gangguan dan kerusakan saraf yang ditandai dengan gejala seperti kesemutan, kebas, dan kram. Penyebab neuropati atau kerusakan saraf tepi salah satunya akibat gaya hidup sehari-hari. 50% kasus neuropati disebabkan aktivitas yang meningkatkan risiko neuropati. Kerusakan saraf tepi ini mempengaruhi kualitas hidup serta mobilitas sehari-hari karena neuropari menyebabkan gangguan pada saraf sensorik dan motorik, yang berdampak langsung pada penurunan kualitas hidup pasien.

 

Gaya hidup apa saja yang berpotensi menurunkan elastisitas sistem saraf tepi?

Aktivitas yang cepat dan tanpa istirahat, hanya salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan penurunan kualitas saraf tepi. Misalnya penggunaan gadget, smartphone, kamera, perangkat komputer, alat elektronik, terlalu lama di kendaraan, dan mengangkat alat-alat berat akan membuat saraf rusak. Inilah sebabnya dokter spesalis syaraf menyarankan untuk menjaga kesehatan syaraf tepi sejak dini, agar kekuatannya tetap optimal pada usia lanjut.

 

Dicegah dengan mengonsumsi vitamin B1, B6 dan B12

Ada banyak sekali manfaat vitamin B1, B6, dan B12. Salah satunya, vitamin B sangat dibutuhkan oleh mitokondria dalam inti sel untuk sistem perbaikan sel. Menurut Prof. Dr. Rima Obeid,  mengonsumsi kombinasi vitamin neurotropik (gabungan vitamin B1, B6 dan B12) terbukti lebih efektif untuk mencegah dan mengatasi penyakit neuropati dibandingkan dengan mengonsumsi vitamin neurotropik tunggal, yaitu hanya vitamin B1, B6 atau B12 saja secara terpisah. Kombinasi vitamin neurotropik dapat mengurangi gejala kerusakan saraf tepi seperti rasa nyeri, mati rasa, kesemutan dan menurunnya sensasi sentuhan. Saat sel-sel yang rusak dalam tubuh mengalami peradangan (inflamasi), penguraian vitamin B6 akan meningkat sehingga mengurangi rasa nyeri pada syaraf tepi. 

 

Berdasarkan data yang diperoleh dari studi selama 12 minggu yang dilakukan di 9 kota besar di Indonesia ini, secara keseluruhan gejala neuropati berkurang hingga 62,9% pada orang-orang yang mengonsumsi vitamin B1, B6, dan B12 secara teratur. Dengan perincian, rasa sakit berkurang 64,7%, rasa terbakar berkurang 80,6%, rasa kesemutan berkurang 61,3% dan rasa baal/kebas berkurang 55,9%.

Baca juga: Diklofenak Redakan Nyeri dan Peradangan

 

Dampak kekurangan vitamin neurotopik

Lalu, bagaimana bila tubuh kekurangan vitamin B1, B6, dan B12?  Berikut dampaknya:

  • Bila tidak ada vitamin B6 dan B12, tubuh tidak bisa mengolah asam folat.
  • Saat tubuh tidak tercukupi akan vitamin B, pembentukan DNA dapat terganggu.
  • Ketiga varian vitamin B ini, sangat dibutuhkan untuk proses perubahan bentuk homosistein. Homosistein adalah asam amino (bagian terkecil dari protein) terjadi akibat hasil proses perubahan bentuk homosistein menjadi sistein dalam siklus metionin. Siklus ini melibatkan vitamin B6 dan B12.
  • Secara umum, kekurangan vitamin B12, dapat berakibat anemia, demensia, serta gangguan neuropati.
  • Jika terjadi defisit vitamin B12 pada ibu hamil dan ibu menyusui, dampaknya bisa berimbas pada anak. Pada beberapa kasus, anak menjadi sering menangis, mengalami gangguan kognitif, terjadi perubahan mood yang tidak stabil, hingga anak jarang tersenyum.
  • Pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang kekurangan kombinasi vitamin B, rentan mengalami gangguan fungsi liver. 

 

Siapa saja yang berisiko kekurangan vitamin B1, B6, dan B12?

Secara garis besar, ada 3 kondisi yang dapat mengakibatkan seseorang lebih rentan kekurangan vitamin B, di antaranya.

  • Vegetarian. Kombinasi vitamin B banyak terdapat dalam daging merah dan daging unggas. Vitamin B1, B6, dan B12 juga diperoleh dari ikan dengan kandungan lemak sehat, seperti ikan tuna, beras, gandum, jeruk, kacang kedelai, kacang hijau, buncis, kacang panjang, dan bawang putih. Vegetarian sebaiknya mengonsumsi suplemen vitamin neurotropik.
  • Usia. Semakin tua usia seseorang, semakin rentan terjadi kerusakan sistem saraf. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk menjaga kesehatan saraf tepi sejak usia muda. Solusi yang dapat dilakukan oleh lansia untuk memulihkan kekuatan saraf tepi, adalah dengan mengonsumsi kombinasi vitamin B, berolahraga, serta tetap aktif bergerak, sekalipun telah berusia lanjut.
  • Pasien Diabetes. Mengapa? Karena pada umumnya, penderita diabetes harus mengonsumsi obat-obatan tertentu yang meningkatkan risiko kekurangan vitamin B12. Pasien diabetes juga sangat rentan kekurangan vitamin B1 dan B6 akibat penurunan fungsi ginjal. Meskipun penurunan fungsi ginjal ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, tetapi tidak ada salahnya untuk mencegah kondisi ini terjadi dengan rajin mengonsumsi vitamin neurotopik. Kombinasi vitamin B1, B6, dan B12, akan memberikan hasil yang efektif dan lebih optimal bagi penderita diabetes. 
Baca juga: Mengenal Beragam Vitamin B dan Kegunaannya

 

Amankah mengonsumsi vitamin neurotopik dalam jangka panjang?

Karena sifat vitamin B yang larut dalam air, mengonsumsi vitamin B1, B6, dan B12 secara teratur, aman bagi siapapun. “Hingga saat ini, belum ada laporan medis yang menyebutkan bahwa vitamin B bisa mengalami keracunan. Vitamin B tidak mengendap di usus, dan residunya akan dikeluarkan langsung melalui urin," jelas dr. Manfaluthy.

 

Prof. Dr. Rima Obeid ikut menambahkan, kombinasi vitamin B bahkan sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes. Tujuannya, untuk memperlambat serta memperingan risiko terkena neuropati akibat komplikasi diabetes (neuropati diabetik). “Tidak benar jika ada pihak yang menganggap bahwa mengonsumsi vitamin neurotik dalam jangka waktu lama, berpotensi memicu munculnya penyakit parah seperti kanker,” imbuhnya.

 

Menurut hasil riset yang dilakukan Rima, ditemukan fakta medis pada orang-orang yang terkena kanker bahwa mereka sebenarnya memang sudah memiliki riwayat penyakit kanker akut dalam keluarga dan pola hidup tidak sehat. Jadi bukan disebabkan oleh konsumsi vitamin B secara rutin.

 

Penurunan fungsi sel-sel saraf memang tidak dapat dihindari seiring usia bertambah. Oleh karena itu rawatlah saraf tepi dengan rajin berolahraga, diet seimbang, mengurangi penggunaan gadget, dan rutin mengonsumsi vitamin B1, B6, dan B12. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi vitamin B1, B6, dan B12 secara berkala terbukti mengurangi gejala neuropati. Studi yang menyatakan hal ini sudah dipublikasikan dalam Asian Journal of Medical Science 2018 lalu. (TA/AY)