Salah satu komplikasi diabetes adalah neuropati diabetik, atau kerusakan saraf tepi. Gejala awalnya adalah rasa kebas dan kesemutan terutama di tangan dan kaki, yang bila dibiarkan akan menjadi permanen. Tak jarang neuropati ini disertai rasa nyeri seperti terbakar.

 

Neuropati diabetik ini bisa dicegah. Pencegahan pertama adalah degan mengendalikan kadar gula darah agar selalu di batas normal. Selain itu, rutin cek kesehatan saraf saat kontrol ke dokter.

 

Bagaimana cek kesehatan saraf? Kini sudah ada sarana deteksi kesehatan saraf yang disebut Neurometer. Neurometer adalah aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia. Bagaimana cara mengaplikasikannya?

 

Neuropati Dipicu Penyakit Seperti Diabetes dan Pertambahan Usia

 Vice Secretary General Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), dr.Winnugroho Wiratman.Sp.N(K),Ph.D, menjelaskan, bahwa setiap orang memiliki potensi risiko gejala neuropati, dimana gangguan ini dapat terjadi karena penyakit tertentu seperti diabetes, kondisi fisik, dan usia usia lanjut.

 

Apalagi, Indonesia telah memasuki puncak bonus demografi. Berdasarkan data dari Dukcapil pada tahun 2022, Indonesia didominasi oleh masyarakat produktif yang berusia 15-64 tahun sebanyak 190,83 juta jiwa atau 69,3%.

 

"Tingginya usia produktif disertai gaya hidup dan aktivitas dengan gerakan berulang serta paparan bahan kimia akibat polutan ditempat kerja maupun di tempat umum dapat meningkatkan potensi neuropati yang apabila tidak ditangani sejak dini, akan menimbulkan masalah serius dan mengganggu produktivitas penderitanya,” ungkap Project Manager Officer Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Syahrul Effendi P. SKM.M.KKK. Syahrul berbicara di sela acara pemecahan Rekor MURI Deteksi Risiko Neuropati Terbanyak yang diadakan P&G Health Indonesia melalui brand Neurobion, dan didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Minggu, 11 Juni 2023.

 

Lebih lanjut dr. Winnugroho menambahkan, kurangnya asupan nutrisi seperti Vitamin B1, B6, B12 juga memicu neuropati. Rasa kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas atau terbakar di tangan dan kaki merupakan gejala umum dari neuropati yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50% serabut saraf telah rusak,” jelasnya.

 

Deteksi Dini dengan Cek Kesehatan Saraf Sebelum Terlambat

Deteksi dini adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mencegah neuropati tidak semakin memburuk. Pemecahan Rekor MURI Deteksi Risiko Neuropati Terbanyak juga menjadi salah satu upaya mengedukasi masyarakat tentang penyakit neuropati. Acara ini juga sebagai lanjutan edukasi mengenai neuropati melalui kampanye “Hidup Bebas Tanpa Kebas dan Kesemutan” yang diadakah P&G Health.

 

Neurometer, aplikasi penilaian risiko neuropati untuk deteksi dini neuropati, dapat diakses melalui akun Instagram Neurobion, yakni @Neurobionid. Hingga saat ini, telah lebih dari 9.000 orang melakukan deteksi risiko neuropati yang mengantarkan pencapaian REKOR MURI Deteksi Risiko Neuropati Terbanyak.

 

Pencegahan juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi vitamin B neurotropik yang telah terbukti efektif memperbaiki pertumbuhan jaringan sel saraf. “Menjaga pola hidup sehat dan konsumsi kombinasi vitamin B neurotropik dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan saraf,” jelas Dr. Winnugroho.

 

Studi klinis terkait efektivitas vitamin B neurotorpik yang dilakukan pada 2022 menunjukkan, bahwa terjadi perubahan kondisi saraf dan semakin banyaknya sel saraf yang terbentuk, pada orang yang rutin mengonsumsi vitamin neurotropik B.

 

Jadi Diabestfriend, jangan lupa untuk cek berkala kesehatan saraf, terutama jika mulai kesemutan di kaki atau bagia tubuh lainnya!