Hiperfagia, atau biasa disebut polifagia, adalah kondisi yang cukup umum dialami penderita diabetes. Hiperfagia merupakan kondisi dimana seseorang merasa selalu lapar meskipun sudah mengonsumsi makanan yang cukup.

 

Hiperfagia juga bisa menjadi tanda awal diabetes ketoasidosis, yaitu komplikasi berbahaya, dimana tubuh memproduksi asam berlebihan di dalam darah. Supaya Diabestfriends lebih paham tentang hiperfagia, baca penjelasan di bawah ini, ya!

 

Baca juga: Obat Diabetes untuk Ibu Hamil yang Aman
 

Apa Itu Hiperfagia?

Hiperfagia bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah gejala dari kondisi medis tertentu. Ciri dari hiperfagia adalah rasa lapar yang sangat kuat dan terus menerus, dimana seseorang merasa tidak puas meskipun sudah makan. Kondisi ini bisa menyebabkan kelebihan berat badan

 

Hiperfagia merupakan salah satu gejala diabetes yang paling umum, termasuk pada diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Pada penderita diabetes, hiperfagia biasanya disebabkan oleh kadar glukosa yang kurang di dalam tubuh atau ketidakmampuan tubuh dalam mengolah glukosa menjadi energi.

 

Baca juga: Awas, Kolesterol Tinggi Mengintai Penderita Diabetes!
 

Bagaimana Diagnosis Hiperfagia?

Mungkin sulit membedakan hiperfagia dengan sensasi sekadar ingin mengonsumsi suatu makanan. Ciri khas dari hiperfagia adalah keinginan untuk makan terus menerus yang tidak bisa diatasi dengan mengonsumsi makanan.

 

Hiperfagia tidak hanya bisa disebabkan oleh diabetes. Ada beragam penyakit lain yang salah satu gejalanya hiperfagia. Namun, hiperfagia dicurigai disebabkan oleh diabetes dicurigai jika seseorang mengalami gejala diabetes lain, seperti rasa haus berlebihan, penglihatan buram, lelah berlebihan, dan lainnya. 

 

Baca juga: Apakah Penderita Diabetes Boleh Makan Kentang Rebus?
 

Pengobatan Hiperfagia Akibat Diabetes

Pengobatan hiperfagia yang paling efektif adalah dengan cara mengobati penyebab dari kondisi tersebut. Pada kasus dimana hiperfagia disebabkan oleh diabetes, maka mengontrol diabetes dapat mengobati kondisinya.

 

Diabetes dapat dikontrol dengan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Diabetes tipe 1 hampir selalu membutuhkan pemantauan kadar gula darah dan insulin. Jadi, penting memiliki alat tes gula darah di rumah. Diabetes tipe 2 bisa harus atau tidak harus dikontrol dengan pengobatan seperti insulin atau obat oral diabetes, tergantung dari kondisi pasien dan pertimbangan dokter. 

 

Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 membutuhkan gaya hidup sehat, seperti:

  • Makan sehat
  • Olahraga
  • Pola tidur yang sehat
  • Manajemen stres
  • Kontrol gula darah
  • Kontrol gejala komplikasi

Mengontrol rasa lapar juga penting untuk mengatasi hiperfagia akibat diabetes. Sebagai tips untuk, Diabestfriends bisa melakukan:

  • Cek kadar gula darah. Kalau rendah, konsumsi karbohidrat kerja cepat untuk meningkatkannya.
  • Mengonsumsi makanan tinggi serat, rendah kandungan karbohidrat.
  • Minum air yang cukup.
  • Konsumsi sarapan tinggi protein.
  • Olah makanan dengan beragam rasa menggunakan bahan-bahan alami.
  • Olahraga saat merasa lapar.
  • Alihkah perhatian dari rasa lapar dengan melakukan hal yang disukai.
  • Kontrol kadar stres.
  • Selalu bawa camilan sehat.

 

Kalau Diabestfriends mengalami gejala hiperfagia, sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk menentukan cara mengatasi kondisi tersebut. Nantinya dokter akan menentukan cara mengatasi kondisi tersebut sesuai dengan kondisi personal Diabestfriends. 



Sumber:

Very Well Health. Diabetic Hyperphagia: Why You’re Always Hungry. April 2023.
Heymsfield SB, Avena NM, Baier L, et al. Hyperphagia: current concepts and future directions proceedings of the 2nd international conference on hyperphagiaObesity. 2014;22(S1):S1-S17. doi:10.1002/oby.20646
Fayfman M, Pasquel FJ, Umpierrez GE. Management of hyperglycemic crises: diabetic ketoacidosis and hyperglycemic hyperosmolar stateMed Clin North Am. 2017 May;101(3):587–606. doi:10.1016/j.mcna.2016.12.011
Nigro N, Grossmann M, Chiang C, Inder WJ. Polyuria-polydipsia syndrome: a diagnostic challenge. Intern Med J. 2018 Mar;48(3):244-253. doi:10.1111/imj.13627.