Sebagai lapisan terluar dari bola mata, kornea menjadi bagian mata yang penting untuk dijaga. Kornea terdiri dari lapisan epitel, membran Bowman, stroma, membran descement, dan sel endotel yang tersusun sedemikian rupa. Lapisan-lapisan ini berfungsi untuk merefleksikan cahaya yang masuk ke dalam bola mata agar cahaya diteruskan ke saraf otak, melalui retina dan pupil, untuk mengoptimalkan proses penglihatan.

 

Jika ada kerusakan yang terjadi pada salah satu atau kelima lapisan tersebut, dapat mengakibatkan kekeruhan pada kornea sehingga akan mengganggu penglihatan. Inilah alasan utama mengapa setiap orang harus menjaga kualitas kornea. Lalu, bagaimana tips-tips untuk menjaga kesehatan kornea? Serta, adakah solusi orang yang mengalami kerusakan kornea? Simak penjelasan selengkapnya hasil wawancara Guesehat dengan dr. Sharita R. Siregar,SpM pada sebuah seminar kesehatan yang diadakan oleh Jakarta Eye Center, Maret 2018.

Baca juga: Kisah Inspiratif Penderita Kebutaan akibat Kelahiran Prematur
 

Jenis-jenis Gangguan Kornea Mata

Ada beberapa gangguan  atau  kerusakan kornea yang sebaiknya Kamu kenali. Berikut diantaranya.

  • Keratitis. Peradangan kornea yang disebabkan oleh infeksi virusbakterijamur, dan parasit. Penggunaan lensa kontak secara terus menerus dalam jangka panjang  dan tidak sesuai aturan yang dianjurkan, berisiko lebih besar untuk mengakibatkan keratitis dibandingkan penggunaan lensa kontak harian. Selain itu, penggunaan narkoba dan zat terlarang seperti steroid, juga dapat meningkatkan potensi keratitis.
  • Keratopati bulosa (kornea bengkak /edema) 
  • Sikatriks kornea (scar / jaringan parut)
  • Perforasi kornea ( kornea luka tembus atau bolong)
Baca juga: Cek Kesehatan Mata agar Tetap Selalu Sehat
 

Diagnonis dan Pengobatan Kelainan Kornea Mata

Kerusakan kornea tidak dapat dideteksi secara awam. Dokter akan menghitung jumlah sel endotel dalam kornea mata menggunakan alat khusus di rumah sakit spesialis mata. Normalnya, manusial terlahir dengan 3000 sel endotel dalam kornea matanya. Setiap tahun, jumlah ini mengalami penurunan sekitar 0,1%. Dokter mata memiliki panduan khusus tentang jumlah sel endotel yang harus dimiliki oleh setiap orang dari berbagai rentang usia. Penurunan jumlah sel endotel ini, sama sekali tidak dipengaruhi oleh gaya hidup, melainkan oleh kondisi genetik seseorang. Sebagai contoh, ada orang yang terlahir dengan hanya memiliki 2000 sel endotel. Inilah yang disebut dengan pengaruh kondisi genetik pada kornea mata.

 

Lalu, jika seseorang mengalami penurunan jumlah sel endotel dalam kornea mata, apakah operasi transplantasi kornea, menjadi satu-satu cara untuk memperbaiki kondisi kesehatan mata? Tentunya dokter tidak akan langsung merekomendasikan tindakan yang disebut juga operasi keratoplasty ini. Dokter spesialis akan menentukan terlebih dahulu seberapa banyak penurunan jumlah sel endotel terhadap kondisi kornea  pasien.

 

“Bila jumlah sel endotel yang tersisa cukup rendah, tapi tidak menyebabkan terjadinya pembengkakan kornea mata, dokter spesialis mata tidak akan melakukan tindakan operasi. Tim dokter akan melakukan tes darah dan memastikan kualitas kehidupan pasien tidak terganggu. Namun, jika pada tahun-tahun berikutnya, dokter menemukan penurunan jumlah sel endotel yang semakin drastis hingga memengaruhi kualitas penglihatan, barulah dokter menyarankan untuk mengganti sel endotel ini melalui operasi transplantasi kornea mata,” papar dr. Sharita.

 

Sharita pun menambahkan, paket biaya operasi transplantasi kornea mata di Indonesia, jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan paket biaya operasi transplantasi kornea di luar negeri. “Mungkin di luar negeri, prosedur operasi transplantasi kornea mata, jauh lebih cepat dibandingkan prosedurnya di Indonesia. Akan tetapi, biaya untuk melakukan operasi transplantasi kornea di luar negeri, tetap sangat lebih mahal,” imbuh Sharita.

 

Mengenal Keratoplasty, Operasi Transplantasi Kornea

Menurut dr. Sharita, keratoplasty merupakan operasi pencangkokan kornea yang dilakukan jika ada kelainan di kornea yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kualitas penglihatan ataupun kebutaan. Seluruh kerusakan dan komplikasi kornea dapat mengakibatkan  gangguan penglihatan sementara  maupun permanen. Inilah tujuan utama dari tindakan operasi cangkok kornea (keratoplasty) untuk mengganti kornea yang sudah rusak dan tidak berfungsi.

Umumnya, rumah sakit mata menggunakan teknologi Intralase Enabled Keratoplasty (IEK) dan Lamelar Keratoplasty untuk melakukan tindakan keratoplasty. Secara garis besar, terdapat dua jenis operasi keratoplasty, yaitu:

  1. Penetrating Keratoplasty. Operasi yang mengganti seluruh lapisan kornea dengan menggunakan donor kornea dari bank mata.
  2. Lamelar Keratoplasty. Operasi yang hanya mengganti sebagian lapisan kornea. 

 

Siapa Saja yang Membutuhkan Transplantasi Kornea?

Tanpa mengenal batasan usia, setiap orang yang memiliki kondisi berikut ini, membutuhkan operasi transplantasi kornea:

  • Orang dengan kondisi kornea keruh akibat penyakit kongenital atau bawaan lahir.
  • Luka fatal yang berakibat menurunnya tingkat kejernihan mata.
  • Adanya kondisi trauma mata pasca kecelakaan yang membuat kejernihan mata terganggu. 

 

Bagaimana Proses Cangkok Kornea Dilakukan?

Cangkok kornea dilakukan dengan mengambil jaringan kornea dari orang yang telah meninggal dan sebelumnya telah mendaftarkan diri sebagai pendonor kornea tanpa paksaan apapun. Prosedur ini tentunya dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pendonor meninggal dunia.Setelah kornea diambil, jaringan kornea akan dievaluasi untuk dipastikan tidak terkontaminasi infeksi. Selama proses evaluasi ini, konea akan disimpan menggunakan pelarut khusus agar kornea dapat bertahan selama 14 hari dalam laboratorium bank mata.

Baca juga: 10 Tips Melindungi Mata untuk Penderita Diabetes 

 

Hal-hal yang Harus Diperhatikan sebelum Melakukan Operasi Pencangkokan Kornea

Untuk memaksimalkan hasil Kertoplasti, pasien harus memastikan dirinya tidak mengalami kondisi kesehatan berikut ini.

  • Tidak memiliki luka infeksi yang belum pulih.
  • Tidak mengidap penyakit diabetes. Pasien yang ingin melakukan Keratoplasty atau operasi mata apapun, tidak boleh memiliki gula darah di atas 200. Level gula darah yang lebih tinggi, akan memperlambat proses penyembuhan sayatan pasca operasi. Bila seorang pasien memiliki kondisi gula darah di atas 200, dokter akan menunda operasi dan memberikan perawatan rujukan ke dokter spesialis penyakit dalam agar ia dapat menurunkan gula darahnya terlebih dahulu.

 

Amati selalu kondisi kesehatan korneamu. Waspadai bila Kamu menemukan kondisi yang aneh dengan kualitas penglihatanmu. Contohnya, penglihatanmu terasa buram hingga situasinya tidak dapat diatasi dengan kacamata ataupun lensa kontak. Jika Kamu tidak bisa melihat dengan jelas, tetapi kondisinya kembali membaik saat Kamu mengenakan kacamata, itu artinya kesehatan korneamu masih optimal.

 

Namun, jika Kamu merasa tetap tidak bisa melihat dengan baik meskipun telah menggunakan kacamata, ada baiknya Kamu berkonsultasi pada dokter mata. Bisa jadi, ada gangguan pada kornea, retina, atau sistem saraf mata sehingga mengurangi kemampuannya untuk menangkap cahaya yang masuk ke dalam mata. Jangan menunda untuk memeriksakan keluhan yang dirasa, karena mata memiliki peranan penting untuk kelangsungan hidup kita semua. (TA/AY)