roselta virus_1360 Setelah Harsya sang kakak, akhirnya Nara si adik bergantian terkena infeksi virus roseola. Hebohnya lagi, ini terjadi di saat Nara baru masuk SD, saat ia sedang menyesuaikan diri dengan lingkungan, teman-teman, dan ritme belajar yang serba baru. Saat pertama kali Nara demam disertai radang tenggorokan, saya sempat mengira ia hanya terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) biasa. Apalagi saat itu hidungnya meler. Tapi, menjelang malam suhu tubuhnya naik menjadi 39.5 C dan saya langsung teringat kata-kata dokter anak langganan saya, bahwa demam yang mendadak tinggi pada hari yang sama biasanya disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit karena infeksi virus ini tidak memerlukan obat khusus, termasuk antibiotik, agar bisa sembuh. Penyakit tersebut akan sembuh dengan sendirinya. Selama ini, saya sering terbalik-balik menyimpulkan mana yang termasuk infeksi virus roseola, campak, dan rubella karena gejala ketiganya mirip satu sama lain, yakni munculnya ruam di tubuh. Setelah mengamati lebih lanjut: demam relatif tinggi, kelenjar getah bening di belakang telinga membengkak, badan pegal-linu, dan pada permukaan kulit Nara terdapat ruam yang masih samar-samar serta tidak menimbulkan gatal, saya menduga ia terkena infeksi virus roseola. Untungnya, jenis penyakit satu ini tidak mematikan dan akan sembuh sendiri paling lama dalam 7 hari. Infeksi virus roseola termasuk penyakit yang umum menyerang anak usia 2 – 6 tahun. Dan kedua anak saya sebelumnya pernah terkena ini saat usia balita. Walau infeksi virus roseola cenderung tidak membahayakan, namun gejala-gejala yang menyertainya terasa cukup mengganggu, terutama rasa sakit ketika menelan. Akibatnya, selama 2 hari Nara hanya mampu menyeruput cream soup dan sup ayam saja, tanpa nasi sama sekali! Sambil merawat si bungsu Nara, saya pun memastikan tidak ada yang terlewat dari observasi terhadap penyakit ini. Observasi yang saya lakukan berpedoman pada daftar gejala infeksi virus roseola yang pernah dituliskan dokter anak di buku pasiennya Nara. Gejala-gejala virus roseola tersebut antara lain:

  • Demam tinggi (biasanya di atas 38.5) selama 3 – 5 hari
  • Pada beberapa kasus bisa terjadi kejang demam
  • Biasanya disertai nyeri tenggorokan, batuk, dan hidung berair
  • Badan pegal dan linu
  • Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening
  • Ketika demam mulai turun, muncul ruam di dada, lalu menyebar ke seluruh tubuh

Dengan bantuan observasi dokter, penyakit sudah teridentifikasi. Berikutnya adalah upaya-upaya yang bisa dilakukan di rumah untuk mendukung kesembuhan Nara. Setelah trial and error beberapa kali, akhirnya saya bisa merumuskan beberapa hal sederhana yang membuat kondisinya lebih nyaman dan berkenan diajak bekerja sama:

1. Cicil asupan cairan.

Walau Nara sulit sekali menelan makanan padat, saya mengingatkan betapa pentingnya asupan air dan nutrisi untuk membantu kesembuhan. Nara pun mau mereguk air putih dan susu tiap 30 menit.

2. Minum parasetamol (obat penurun panas) ketika suhu tubuh di atas 38.5 C.

Tidak hanya menurunkan demam, obat ini berfungsi meredakan pegal dan linu di tubuh.

3. Pijat bagian tubuh yang linu dengan lembut.

Saat memijat, saya menggunakan baby oil dan memastikan udara di ruangan cukup sejuk. Rasa nyaman yang ditimbulkan akhirnya membuat Nara tidur pulas.

4. Tidur siang.

Kita tentu tahu, bahwa salah satu cara ampuh mempercepat kesembuhan adalah dengan bedrest.

5. Bacakan dongeng yang menyenangkan.

Interaksi yang hangat dengan Nara membuat mood-nya enak sehingga ia pun tidak hanya fokus terhadap rasa sakitnya.

6. Ajak beraktivas ringan yang tidak membutuhkan banyak gerak.

Walau Nara tidak bermain lari-larian di luar, bukan berarti ia hanya tiduran melulu. Saat ia mulai bosan, saya mengajaknya bermain tebak gambar atau “ABC 5 Dasar”. Karena infeksi virus roseola mudah menular, maka kita harus pastikan posisi adik dan kakak di rumah saling berjauhan dulu saat salah satu terkena penyakit ini. Yang saya baru tahu lagi, ternyata masa penularan roseola justru terjadi ketika ruamnya belum muncul sama sekali di tubuh. Merawat anak sakit adalah pekerjaan yang amat melelahkan. Apalagi jika sakitnya maraton seperti yang terjadi pada Harsya dan Nara. Jadi, bukan hanya kondisi si penderita saja yang harus diperhatikan, tetapi juga keluarga yang merawatnya, terutama apabila si kecil dirawat di rumah. Selama merawat Harsya dan Nara yang secara bergantian terkena infeksi roseola (kalau ditotal, maka waktu pemulihan mereka berdua adalah 12 hari!), saya memastikan makan lebih sehat dan cukup tidur. Hal ini semata-mata agar daya tahan tubuh tidak anjlok dan malah menjadikan saya pasien ketiga. Setelah mengetahui lebih detail tentang infeksi virus roseola, kini saya jadi ngga panik lagi saat menghadapinya. Cara-cara di atas pun akhirnya tak hanya diterapkan ke Nara saja, tapi juga oleh ibu-ibu temannya Nara ketika anak mereka mengidap infeksi yang sama. Jika ada kiat-kiat lainnya, jangan lupa share pada bagian komentar di bawah, ya!