Bermain bersama anak-anak lain itu penting untuk perkembangan sosial dan kerja sama si Kecil, Mums. Keinginan anak untuk bermain bersama umumnya mulai muncul di usia dua atau tiga tahun, ketika anak sudah cukup dewasa untuk bergantian dengan temannya, berbagi mainan, mengikuti aturan, dan bernegosiasi dengan temannya. 

Supaya Mums lebih paham lagi tentang manfaat anak bermain dengan teman-temannya, baca penjelasan di bawah ini, ya!

 

Baca juga: BPOM dan IDAI: Obat Sirup untuk Anak sudah Aman
 

Manfaat Anak Bermain dengan Teman-temannya

Anak bermain dengan teman-temannya bukan hanya menunjukkan bahwa ia menyadari ia bukanlah satu-satunya orang di dunia ini, melainkan juga mengajarkan anak tentang keterampilan sosial yang penting untuk pertumbuhannya.

Saat bermain bersama teman-temannya, anak bisa memecahkan masalah dengan bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama. Tidak seperti permainan yang bersifat kompetitif yang dimana harus ada pihak yang menang dan kalah, bermain bersama yang dimaksud di sini adalah bermain secara kolaboratif.

Bermain merupakan bagian penting dalam perkembangan anak. Dengan bermain, anak bisa belajar. Bermain meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan anak untuk mengembangkan kemampuan emosional, sosial, fisik, dan kognitif.

Semakin besar anak, ia semakin mengerti bahwa bersosialisasi itu penting. Hal ini bermanfaat untuk kehidupannya kelak hingga ia dewasa nanti. Bermain bersama teman-temannya secara kolaboratif merupakan langkah awal untuk belajar akan hal ini.

 

Baca juga: Mums, Ini Adalah Contoh Perkembangan Motorik Kasar Anak yang Harus Dipantau
 

Berikut sejumlah hal penting yang bisa anak pelajari dengan cara bermain dengan teman-temannya secara kolaboratif:

Berbagi: untuk membantu mengajarkan anak tentang berbagi, gunakan istilah ‘berbagi’ dalam arti kolaboratif. Contohnya, jangan menyuruh anak untuk berbagi biskuit yang tinggal satu, ini akan membuat anak berasumsi bahwa ketika ia berbagi mainan, dia tidak akan pernah mendapatkan kembali mainan tersebut. 

Bergantian: diperlukan kontrol impuls yang sangat besar untuk anak-anak bisa berhenti menginginkan hal yang mereka inginkan sekarang dan menunggu. Mulailah dengan menyuruh anak bergantian melempar bola dengan teman-temannya. Ini akan membantu anak untuk memahami bahwa ia akan mendapatkan kembali kesempatannya.

Mengikuti aturan: salah satu cara untuk mengajarkan anak tentang aturan adalah dengan tidak selalu membiarkannya menang. Mungkin si Kecil akan kesal, namun ini merupakan cara yang baik untuk mengenalkan bahwa semua permainan memiliki aturan dan semua orang harus mengikutinya.

Kerja kelompok: ajarkan anak tentang kolaborasi dibandingkan dengan kompetisi dengan cara menekankan keuntungan dari kerja bersama. Hal ini juga bisa dilakukan di rumah, Mums. Mungkin si Kecil belum cukup besar untuk membantu melakukan pekerjaan rumah tangga, namun Mums bisa mengajarkan kolaborasi dengan mengajak anak bersama merapihkan mainan. 

Negosiasi: Mums bisa mengajarkan anak bernegosiasi di rumah, contohnya dengan cara memberikan anak makanan favoritnya dengan syarat ia berbuat baik, misalkan dengan membantu Mums membersihkan kamarnya.

 

Baca juga: 8 Tips Menjalani Kehamilan sambil Mengasuh Balita, Jangan Sampai Stres
 

Sumber:

Very Well Family. How Collaborative Play Benefits Toddlers. Januari 2021.
Scott HK. Peer Play. StatPearls [Internet].
Bornstein MH, Haynes OM, O'reilly AW, Painter KM. Solitary and collaborative pretense play in early childhood: sources of individual variation in the development of representational competence. Child Dev. 1996;67(6):2910-29. PMID: 9071765
Allen LR. Child Development and Early Learning. Transforming the Workforce for Children Birth Through Age 8: A Unifying Foundation.
Panitz T. Collaborative versus Cooperative Learning: A Comparison of the Two Concepts Which Will Help Us Understand the Underlying Nature of Interactive Learning.
Stevens CA, Daamen J, Gaudrain E, et al. Using Cognitive Agents to Train Negotiation SkillsFront Psychol. 2018;9:154. doi:10.3389/fpsyg.2018.00154