Mums apakah tipe ibu yang enggak suka ribet menyiapkan sarapan? Bisa dimengerti ya Mums, kalau pekerjaan seorang ibu itu berat dan sudah dimulai sejak pagi hari. Begitu bangun, Mums sudah harus mengerjakan banyak hal, termasuk menyiapkan sarapan buat si Kecil dan suami. Jadi maunya pasti yang simpel-simpel saja.

 

Sayangnya, yang simpel dan enggar ribet seringkali tidak sehat. Tipikal ibu jaman now menyiapkan makanan dari makanan siap saji yang tinggal goreng. Sosis, nugget, dan nasi goreng. Sarapan ini mengenyangkan tetapi tidak memenuhi kebutuhan gizi. Jangan sedih, Mums tidak sendiri.

 

 

Baca juga: Mulai Ajarkan si Kecil Kebiasaan Baik: Bangun Pagi dan Sarapan

 

Pentingnya Sarapan Bergizi

Sebagian besar masyarakat Indonesia menyiapkan sarapan hanya sekedar mengisi perut di pagi hari tanpa mengindahkan kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsinya. Data dari Survei Diet Total (SDT) badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 menunjukkan, dari 25.000 anak usia 6-12 tahun di 34 provinsi, terdapat 47,7 persen anak belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan. Bahkan, 66,8 persen anak sarapan dengan kualitas gizi rendah atau belum terpenuhi kebutuhan gizi terutama asupan vitamin dan mineral.

Menurut dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Juwalita Surapsari M.Gizi, Sp.GK, sarapan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebiasaan makan yang baik dan perlu dibangun sejak dini.

 

Dalam menyiapkan makanan yang akan dikonsumsi saat sarapan, penting untuk membiasakan sarapan bernutrisi, tapi tetap enak dan menggugah selera makan anak. Dengan begitu, saat tumbuh besar, anak-anak akan terbiasa untuk makan makanan yang sehat,” jelas dr. Juwalita dalam peluncuruan Puck Keju Oles, dari Arla Foods Indonesia, Selasa, 28 Februari 2023.

 

Menu makanan bernutrisi lengkap untuk sarapan hendaknya terdiri dari karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, serta sayur dan buah. Tidak harus makanan berat, karena waktu sarapan sangat pendek pagi sebagian orang. ”

 

Orang tua perlu memperkaya ide bagaimana membuat sarapan bergizi namun tidak memerlukan waktu lama untuk persiapannya, buat yang simple tapi kaya gizi dan bisa dinikmati oleh anak merupakan yang utama. Contohnya adalah roti isi telur keju (egg and cheese sandwich) yang dibuat dari roti tawar di oles keju, dilengkapi dengan scramble egg serta potongan sayuran seperti tomat ataupun selada.

 

Umumnya karena terburu-buru, kita menyiapkan sarapan dari roti dioles selai yang manis. Itu artinya karbohidrat ditambah gula. Kebanyakan gula tidak baik untuk anak-anak karena membuat ia mengantuk dan cepat lapar lagi,” jelas dr. Juwalita.

 

 

Baca juga: Lupakan Nasi Uduk, Ganti dengan 9 Makanan Sehat untuk Sarapan

 

Kebiasaan Makan yang Baik Diawali dari Sarapan 

Senada dengan Dr. Juwalita, Psikolog Intan Erlita M.Psi mengatakan, kebiasaan makan yang baik dimulai dari orang tua. Jadi jika orang tua ingin anaknya terbiasa dengan sarapan bernutrisi, maka mereka harus mencontohkan dan membiasakan sarapan sebagai bagian dari kegiatan harian.

 

“Sarapan penting untuk tumbuh kembang anak. Ketika anak tidak sarapan, mereka cenderung cranky, dan sulit berkonsentrasi sehingga dalam jangka panjang bukan tidak mungkin mempengaruhi prestasi akademis anak.' jelas Intan.

 

Intan menambahkan bahwa kegiatan sarapan itu harus dibuat happy dan enjoy. Orang tua harus memperhatikan makanan seperti apa yang disukai oleh anak. Bisa juga dengan melibatkan anak untuk merencanakan sarapan atau bekal yang diinginkannya. Sehingga tercipta semacam placebo effect dimana otak sudah membayangkan sesuatu yang diinginkan sehingga anak menanti-nantikan momen sarapan atau makan dengan menu favoritnya tersebut.

 

Dr. Juwalita mengingatkan, bahwa dalam mempersiapkan menu sarapan perlu diperhatikan juga kandungan garamnya. Batasan garam atau natrium per hari untuk anak usia 4-8 tahun adalah 1200 mg natrium atau setara dengan 3 gram garam (setara dengan sekitar ½ sendok teh garam).

Sedangkan pada orang dewasa adalah 2000 mg natrium atau 5 g garam (setara dengan 1 sendok teh) per hari. Berasal dari susu, keju memiliki potensi membantu memenuhi kebutuhan protein dan kalsium harian. Dengan disiplin mematuhi batasan konsumsi garam, anak akan tetap bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya dan kebiasaan makan sehat tetap dapat terpola sejak dini.

 

 

Baca juga: Penting, Kenali Tanda Anak Mengonsumsi Terlalu Banyak Garam