Kebiasaan baik harus diajarkan terus menerus sejak kecil. Mums dan Dads tentu ingin si Kecil tumbuh menjadi anak sehat dan berkepribadian baik. Mentalnya pun sehat. Mums dan Dads bisa mengajarkan kebiasaan baik yang sederhana misalnya, bangun pagi.

 

Apa dampak bangun pagi? Yuk, simak penjelasan para pakar berikut!

 

Rutinitas Pagi Baik untuk Kesehatan Mental

Psikolog Saskhya Aulia Prima, M.Psi dalam webinar memperingati Hari Susu Sedunia dan Hari Susu Nusantara 2021 yang diselenggarakan Frisian Flag Indonesia, 2 Juni 2021 menjelaskan, ada banyak manfaat bangun pagi, di antaranya membuat pikiran lebih positif, emosi lebih stabil sepanjang hari, dan lebih sehat secara fisik.

 

Bangun pagi tentu saja sebaiknya diikuti dengan rutinitas pagi yang juga baik. Sebuah penelitian pada 2018 menemukan bahwa populasi yang terbiasa bangun dan mulai aktivitas di pagi hari terbukti lebih sehat secara mental.

 

Menurut Saskhya, ada banyak pilihan rutinitas pagi, yang bisa dilakukan Mums bersama si Kecil. Beribadah misalnya. Mums bisa ajak si kecil sholat subuh bersama, atau berdoa pagi. Setelah itu berolahraga, dan ditutup dengan sarapan bergizi.

 

Untuk membiasakan rutinitas pagi ini, Saskhya memberikan tips apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hal-hal di bawah ini sebaiknya dihindari:

- Melakukannya dengan tergesa-gesa dan bertarget, apalagi jika tujuannya melatih si Kecil.

- Memulai hari dengan screen atau melihat handphone dan internet.

- Bangun pagi tanpa merencakan kegiatan yang akan dilakukan,

- Sarapan dengan menu tidak sehat.

 

Baca juga: Yuk, Adopsi 5 Kebiasaan Baik di Pagi Hari!

 

Cara Melatih Anak Bangun Pagi

Untuk memudahkan Mums melatih kebiasaan bangun pagi dan melakukan rutinitas pagi bersama si Kecil, ingat singkatan MULAI ini:

- Mulai biasakan sejak kecil

- Usaha dimulai dari orang tua

- Lakukan dengan konsisten

- Ajak anak melakukan rutinitas dengan menyenangkan

- Ingat untuk mengapresiasi usaha anak.

 

Sarapan Sehat Penting Dijadikan Kebiasaan

Prof. Dr. Hardinsyah MS, ahli gizi dari IPB menambahkan, sarapan dengan menu sehat memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan keluarga. Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa melewatkan sarapan berkaitan dengan masalah kesehatan, salah satunya kenaikan berat badan atau kegemukan.

 

Penelitian pada anak-anak yang tidak pernah sarapan juga akan berdampak pada performa akademik di sekolah. "Kebiasaan sarapan dan program sarapan di sekolah berdampak positif terhadap nilai akademik siswa, terutama matematika dan aritmatika bagi anak kurang gizi," ujar Prof, Hardinsyah mengutip penelitian.

 

Sarapan sehat tentunya sarapan dengan gizi seimbang, di mana dalam menu harus mengandung zat gizi yang diperlukan terutama protein dan air putih. Untuk alasan kepraktisan di pagi hari, Mums bisa memberikan si kecil sumber protein seperti telur atau susu untuk sarapan. Menurut Prof. Hardinsyah, segelas susu mengandung 20% protein dan zat gizi penting lain yang dibutuhkan tubuh.

 

Susu juga mudah dikonsumsi dan diserap tubuh, serta dapat dipadukan dengan berbagai makanan lain. Susu mengandung protein, lemak, kalsium, vitamin A, B1, B2, B12, D, magnesium, potassium dan karbohidrat yang baik bagi tubuh,” jelas Prof. Hardinsyah.

 

Dalam rangka Hari Susu Sedunia, yuk jadikan susu menjadi salah satu sumber asupan bergizi untuk melengkapi kebutuhan gizi harian bagi anak, remaja dan dewasa. Bukan hanya baik untuk diminum secara langsung, berbagai format susu juga dapat diolah dan dipadukan dengan jenis asupan lain untuk meningkatkan rasa dan juga gizi dari asupan. Mums bisa memngolah susu menjadi puding, smoothies, atau milkshake. Si Kecil pasti suka.

 

Baca juga: Inilah Manfaat Minum Susu Berdasarkan Usia