Saat mendengar kata stroke, semua orang akan langsung mengaitkan sebuah serangan yang melumpuhkan, bahkan langsung mematikan penderitanya. Orang yang nampak sehat, bisa tiba-tiba jatuh karena serangan stroke dan menyebabkan separuh badannya tidak dapat digerakkan. Pada kasus yang lebih ekstrem, stroke dapat mematikan. Awas, bisa jadi ini adalah gejala pertama fibrilasi atrium.

 

Penyebab stroke umumnya karena sumbatan di pembuluh darah yang menuju otak atau pembuluh darah otak yang pecah. Dari mana asal sumbatan berupa bekuan darah ini? Selain dari plak ateroskleoris yang lepas, bekuan darah bisa berasal dari jantung, akibat penyakit yang disebut fibrilasi atrium.

 

Apa itu fibrilasi atrium dan mengapa dapat menyebabkan stroke? GueSehat melakukan wawancara tertulis dengan Nadia Yu, Wakil Presiden APAC Franchise Lead, salah satu divisi kardiovaskular di Grup Johnson & Johnson Medical Devices Companies. Berikut penjelasan lengkapnya.

 

Baca juga: Deteksi Gangguan Irama Jantung dengan MENARI
 

Apa itu Fibrilasi Atrium?

Atrial fibrillation atau fibrilasi atrium, juga dikenal dengan Afib, adalah kelainan pada irama jantung yang dapat menyebabkan penggumpalan darah, stroke, gagal jantung, dan komplikasi jantung lainnya. Fibrilasi atrium adalah salah satu jenis gangguan irama jantung (artimia) yang paling sering ditemui.

 

Fibrilasi atrium menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, lebih lambat, atau memiliki irama yang tidak teratur. Penyebabnya adalah ada sinyal listrik ekstra yang tidak terkoordinasi dalam atrium jantung.



Pemicunya adalah kerusakan struktur di jantung, yang bisa disebabkan oleh gangguan metabolisme, hipertensi, penyakit jantung koroner, kerusakan katup jantung, hingga penyakit pada paru.

 

"Namun, bisa saja penyakit ini dikaitkan dengan gaya hidup. Beberapa faktor dari luar tubuh yang menyebabkan irama jantung berdetak lebih cepat, misalnya kafein, nikotin, alkohol, dan bahan stimulan lainnya. Jika berlangsung terus-menerus, dapat berkembang menjadi aritmia," ujar Nadia.

 

Tahukan Kamu bahwa sekitar 2,4 juta orang Indonesia menderita fibrilasi atrium? Di Jakarta, lebih dari 50.000 orang diyakini mengalami penyakit ini. Sayangnya, sebagian besar tidak terdeteksi. Seringnya, penyakit ini terdiagnosis saat penderita mengalami stroke.  

 

Baca juga: Tingkatkan Kesadaran terhadap Kelainan Jantung Bawaan!

 

Sering kali Gejala Pertama Fibrilasi Atrium adalah Stroke

Dalam beberapa kasus, aritmia atau ganggguan irama jantung tidak memperlihatkan gejala atau tanda apapun hingga sudah terjadi. Hal ini disebabkan oleh kesadaran yang rendah serta proses skrining fibrilasi atrium dan aritmia yang masih lemah di Indonesia.

 

Seperti dijelaskan di atas, pada kebanyakan pasien di Indonesia, tanda dan gejala pertama fibrilasi atrium adalah stroke. Sekitar 20-30% kasus stroke terjadi pada penderita fibrilasi atrium. Dibandingkan orang dengan irama jantung normal, penderita fibrilasi atrium memiliki risiko stroke yang jauh lebih tinggi.

 

Sering kali ada yang dirasakan pasien tetapi tidak disadari sebagai gejala fibrilasi atrium, misalnya palpitasi (jantung berdetak lebih cepat), kelalahan, napas pendek, dan lemas. Sebagian kecil mengalami gejala mirip serangan jantung, yaitu nyeri dada.

 

Fibrilasi atrium dialami jutaan orang di dunia. Penderitanya umumnya berusia paruh baya atau lanjut usia. Namun, bukan berarti usia muda terbebas dari kondisi ini. Pasalnya, 1 dari 4 orang dewasa yang berusia 40 tahun ke atas terdiagnosis aritmia. 

 

Untuk usia 65 tahun lebih, hampir 8 dari 10 orang terdiagnosis, dan pria 13% lebih berisiko mengalami fibrilasi atrium dibandingkan wanita di sepanjang hidupnya. 

 

Baca juga: Hati-hati, Sering Hipoglikemia dapat Merusak Irama Jantung!

 

Bagaimana Mendeteksi dan Mengobati Fibrilasi Atrium Sejak Dini?

Mengingat gejala utamanya adalah stroke, maka mendeteksi penyakit ini sedini mungkin sangat penting. Pasien yang tidak mengalami gejala apapun justru paling berisiko mengalami stroke atau komplikasi lainnya, karena tidak pernah melakukan pemeriksaan EKG (rekam jantung) secara teratur.

 

Selain pemeriksaan EKG teratur, penanganan pada umumnya menggunakan obat-obatan untuk mencegah stroke dan kelainan irama jantung. Beberapa pasien direkomendasikan untuk melakukan perawatan intervensi dengan ablasi. Namun, hanya di bawah 5% dari total pasien fibrilasi atrium yang mendapatkan terapi ini.

 

Salah satu inovasi yang dilakukan Johnson & Johnson Medical Devices Companies adalah biosense webster, yaitu alat untuk diagnosis dan perawatan aritmia. Teknologi mereka telah dikembangkan untuk mengoptimalkan pasien Afib dirawat dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

 

Pada saat pelaksanaan Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS) yang diselenggarakan tahun ini di Jakarta, dipaparkan beberapa penelitian tentang biosense webster. "Teknologi ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kesadaran dan pentingnya pengetahuan akan aritmia di Indonesia," ujar Nadia. (AY/AS)

 

Baca juga: Obat yang Harus Dihindari Kalau Kamu Memiliki Penyakit Jantung

 


 

 

Sumber:

Atrial Fibrilation, APHRS

JNJ.com