Diabetes merupakan beban yang semakin berat bagi dunia. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan 425 juta orang atau setidaknya satu dari 11 orang berusia 20 – 79 tahun hidup dengan diabetes di tahun 2017, dan Indonesia menjadi rumah bagi 10,3 juta orang yang hidup dengan diabetes. Oleh karenanya dibutuhkannya upaya yang konsisten dalam menciptakan sebuah inovasi serta inisiatif terkini untuk penanganan diabetes.

 

Salah satu komplikasi akut yang dialami penderita diabetes adalah hipoglikemia. Hipoglikemia terjadi saat kadar gula terlalu rendah, 70 mg/dL atau lebih rendah lagi. “Hipoglikemia dan konsekuensinya adalah beban yang cukup besar untuk pasien diabetes. Hipoglikemia ini adalah sebuah kondisi yang berbahaya, terutama karena kejadian hipoglikemia seringkali tidak disadari oleh pasien diabetes, sehingga mereka tidak melaporkan kejadian ini kepada dokter. Padahal hipoglikemia kronis dapat menyebabkan koma hingga kematian,” jelas Dr. Dante Saksono, SpPD-KEMD, Ph.D, dalam acara diskusi tentang diabetes yang diselenggarakan Novo Nordisk di Jakarta, 24 Oktober lalu.

 

Apa saja sih bahaya hipoglikemia yang berulang-ulang? Inilah penjelasan dr. Dante :

 

Baca juga: Waspada Hipoglikemia di Malam Hari!

 

Kasus hipoglikemia tinggi!

Hipoglikemia (gula darah rendah) merupakan sebuah kondisi yang membutuhkan perhatian khusus dari pasien diabetes dan keluarga pasien selama 24 jam. Menilik data dari studi IO HAT Indonesia baru-baru ini, secara umum ditemukan sebanyak 36,4% pasien diabetes tidak tahu apa itu hipoglikemia ketika gejala awal muncul.

 

Padahal angka kejadian hipoglikemia per tahun tidak sedikit, yakni mencapai 25,7% dan 13% angka kejadian hipoglikemia berat. Siapa yang berisiko? Menurut studi tersebut, 83 persen penderita diabetes tipe 1  lebih sering mengalami hipoglikemia, setidaknya sekali sebulan. Sedangkan pada penderita diabetes tipe 2, angka kejadian hipoglikemia setidaknya sekali sebulan, sebesar 47%.

 

Pengaruh obat antidiabetes atau kurang makan

Hipoglikemia pada pasien diabetes bisa disebabkan karena dampak pengobatan yang tidak sesuai. Dr. Dante menambahkan, ada 2 jenis terapi pengobatan untuk diabetes, dengan OAD (obat antidiabetes yang diminum) atau insulin. Kelebihan dosis, kerap menyebabkan hipoglikemia. Hipoglikemia juga bisa disebabkan saat penderita diabetes tidak teratur makan.

 

Baca juga: Pengguna Insulin, Awas Kelebihan Dosis!

 

Mengontrol diabetes di kantor - Guesehat

 

Gangguan irama jantung karena hipoglikemia

Ada banyak sekali komplikasi penyakit akibat diabetes, mulai dari kebutaan, neuropati atau kerusakan saraf, disfungsi ereksi, gagal ginjal, stroke dan penyakit jantung. “Kematian penderita diabetes 70-80 persen disebabkan penyakit jantung, terutama serangan jantung yang disebabkan penyempitan pembuluh darah koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jantung,”' jelas dr. Dante.

 

Namun komplikasi penyakit jantung pada penderita diabetes tidak hanya disebabkan penyumbatan pembuluh darah. Ada penyakit jantung yang disebabkan gangguan irama jantung. Gangguan ini berpotensi menyebabkan stroke. Salah satu penyebab gangguan irama jantung pada penderita diabetes adalah akibat sering mengalami hipoglikemia.

 

“Hipoglikemia akan mengubah detak dan irama jantung menjadi tidak normal. Kebanyakan orang dengan diabetes yang mengalami kondisi aritmia (gangguan irama jantung), biasanya karena kerap mengalami hipoglikemia,” jelas dr. Dante.

 

Untuk menyelamatkan jantung, maka hipoglikemia harus dihindari. Menurunkan kadar gula darah memang penting pada penderita diabetes, namun jangan sampai membuat gula darah serendah mungkin.

 

Baca juga: Deteksi Gangguan Irama Jantung dengan MENARI

 

Pilih pengobatan yang tepat

Untuk mencegah hipoglikemia, penderita diabetes mungkin perlu mengeavaluasi kembali obat-obatan atau insulin yang selama ini digunakan. Jika memang penyebabnya adalah obat atau insulin, maka solusinya adalah dengan mengatur dosis atau mengganti obat.

 

Banyak obat-obatan antidiabetes yang efektif menurunkan gula darah, namun memiliki efek hipoglikemia rendah. Bagi penderita diabetes tipe 1 maupun 2 yang menggunakan insulin, hipoglikemia bisa dihindari dengan menggunakan insulin yang memiliki kerja lambat (slow acting).

 

Baca juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan saat Menggunakan Insulin

 

Setelah melakukan semua itu, penderita diabetes tetap dianjurkan melakukan cek gula darah rutin agar hipoglikemia yang tidak bergejala bisa segera diketahui. Jangan terlambat mengenali hipoglikemia yang ditandai dengan gejala mirip orang kelaparan, seperti lemas, gemetar, sakit kepala, pusing, atau  mudah tersinggung. Semakin rendah  bukan berarti semakin baik. Target gula darah yang optimal adalah antara 100-180 mg/dL. (AY)