Kasus stroke saat ini semakin meningkat. Bahkan, sudah menyerang kalangan usia yang lebih muda. Stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan tertinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Data Kemenkes tentang 41.590 kematian yang diambil antara Januari-Desember 2014, menunjukkan stroke ada di urutan pertama penyebab kematian pada pria maupun wanita, diikuti penyakit jantung dan pembuluh darah.

 

Belum lagi berbicara tentang biaya pengobatan untuk stroke dan penyakit-penyakit kardiovaskular lainnya yang mencapai triliunan rupiah. “Stroke bisa menyerang siapa saja, bahkan saya memiliki pasien usia 7 tahun terkena stroke,” papar dr. Sahat Aritonang, SpS., dokter spesialis saraf dari RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, dalam acara diskusi bertema “Tindakan Tepat Penanganan Stroke” yang diadakan di Jakarta, 11 Oktober 2018.

 

Baca juga: Cara Mudah Kenali Gejala Stroke, Hafalkan FAST!

 

Stroke bisa disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah yang memberi makan nutrisi dan oksigen ke sel-sel otak. Stroke jenis ini disebut stroke iskemik. Ada pula stroke akibat pecahnya pembuluh darah otak, sehingga mematikan sel-sel otak di sekitarnya, yang disebut stroke hemoragik. “Jadi, baik stroke iskemik maupun hemoragik, akan menyebabkan gangguan fungsional pada otak secara mendadak. Gejala yang ditimbulkan tergantung area otak yang terdampak,” tambah dr. Sahat.

 

Gejala paling umum akibat stroke adalah gangguan motorik, yakni penderitanya lumpuh separuh badan, diikuti gangguan bicara, gangguan memori, dan sebagainya. Tak jarang stroke menyebabkan kematian mendadak. Umumnya, ini tipe stroke yang diakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak dan terlambat ditangani.

 

Penderita diabetes lebih berisiko stroke?

Meskipun stroke bisa menimpa siapa saja, tetapi ada beberapa orang yang berisiko lebih tinggi mengalami stroke. Penderita hipertensi, diabetes, obesitas, dan gangguan lemak (dislipidemia) adalah mereka yang paling berisiko. Masih ada lagi penderita gangguan irama jantung (aritmia), perokok, stres, dan mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan stroke. 

 

Diabetes adalah adalah satu faktor risiko terjadinya stroke. Penderita diabetes memiliki risiko stroke 2-4 kali lebih besar dibandingkan orang tanpa diabetes .Mengapa penderita diabetes berisiko mengalami stroke? Berikut penjelasan dr. Sahat.

 

"Diabetes bersama hipertensi adalah dua penyakit yang rentan menyebabkan gangguan pada pembuluh darah, berupa penyempitan pembuluh darah atau aterosklerosis. Aterosklerosis menjadi penyebab utama stroke dan serangan jantung.”

 

Aterosklerosis sebenarnya berisiko dialami semua orang, bahkan sudah berkembang sejak anak-anak. Hanya saja, gaya hidup lah yang membedakan apakah aterosklerosis akan cepat berkembang atau tidak. 

 

Cara Mencegah Stroke - Guesehat

 

Baca juga: Gejala Stroke pada Wanita yang Tidak Boleh Diabaikan
 

Dikutip dari stroke.org, hubungan antara diabetes dan stroke sangat erat dengan bagaimana tubuh mengelola glukosa sebagai sumber energi. Pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat masuk ke sel-sel tubuh karena kekurangan insulin atau insulin yang tidak sensitif lagi, sehingga glukosa menumpuk di darah. Sel-sel tubuh menjadi kekurangan energi.

 

Lambat laun jika dibiarkan, gula darah bersama dengan lemak akan menumpuk di dinding pembuluh darah, lalu menyebabkan penyempitan. Maka tinggal menunggu waktu pembuluh darah menyempit 100%. Jika terjadi di pembuluh darah yang menuju ke otak, maka dapat terjadi stroke.


3 Faktor pendukung risiko stroke pada penderita diabetes

Dokter Sahat menjelaskan, terkait gangguan darah dan pembuluh darah, ada tiga faktor yang kerap dijumpai pada penderita diabetes yang kemudian memicu stroke. 

 

1. Gangguan komponen darah

Komponen darah pada penderita diabetes kerap menyebabkan gangguan pembekuan darah, sehingga rentan terjadi bekuan darah. Bekuan darah (blood clot) ini dapat menyumbat aliran darah ke otak dan menyebabkan stroke.


2. Kerusakan dinding pembuluh darah

Seperti dijelaskan di atas, gangguan pembuluh darah yang dimaksud adalah terbentuknya plak di dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan sumbatan.

 

3.Gangguan aliran darah

Pada penderita diabetes, menurut dr. Sahat, umumnya aliran darah lebih lambat karena komponen darah yang tinggi gula menyebabkan darah lebih kental. Aliran darah cenderung berkurang, sehingga risiko terbentuknya plak semakin tinggi. Sumbatan pembuluh darah tidak langsung 100% terjadi, tetapi secara bertahap. Jika penderita diabetes tidak mengubah gaya hidupnya, maka risiko stroke tinggi,” tegasnya.

Baca juga: Inilah Cara Tercepat Turunkan Gula Darah!

 

Jadi bagi penderita diabetes, jangan hanya takut dengan risiko serangan jantung. Karena menurut dr. Sahat, baik serangan jantung maupun stroke sama-sama tinggi kejadiannya di kalangan penderita diabetes. Mulai sekarang, kelola gula darah agar berada pada kisaran normal. Lakukan diet sehat, berolahraga secara teratur, dan jangan pernah lupa minum obat diabetes. (AY/AS)